"maaf, tapi aku gabisa nemenin kamu hari ini."
"kenapa begitu?" suara minghao tercekat di tenggorokan, sebentar lagi tangisnya akan pecah. di seberang, terdengar suara helaan nafas. mencoba untuk ekstra sabar menghadapi makhluk manis macam minghao yang manja dan cengeng tidak ketulungan.
"aku udah ada janji sama yang lain. memangnya jihoon atau seungkwan gabisa nemenin kamu?"
minghao menggeleng, walaupun sebenarnya dia tahu orang yang sedang dia telepon tidak akan bisa melihatnya. tentu saja. "jisoo hyung, kumohon. hanya sebentar saja."
jisoo—yang ditelepon oleh minghao—hanya menghela nafasnya lagi. sebenarnya dia tidak tega jika harus menolak ajakan minghao untuk pergi. sayangnya, dia sudah memiliki janji. "aku pengen pergi bareng kamu. tapi, aku udah punya janji. aku gak bohong. coba deh kamu perginya bareng wonwoo atau jeonghan."
pemuda china ini menyerah, dia memutuskan line telepon secara sepihak. dia ngambek dengan jisoo. dan sekarang, minghao tengah merebahkan tubuhnya diatas karpet di ruang tengah. berguling kesana kemari dengan air mata yang sudah membasahi wajahnya dan rengekan yang terus keluar dari mulutnya.
"didi, kamu kenapa gelundungan gitu? eh yaampun, kenapa nangis?" kakaknya minghao yang baru saja keluar dari kamarnya langsung terkejut ketika disuguhi pemandangan sang adik yang gelundungan diatas karpet seraya menangis.
tidak ada jawaban dari minghao, melainkan suara tangisnya semakin besar dan sekarang kedua kakinya sudah menendang udara. persis seperti bocah umur tiga tahun yang mengamuk karena tidak dibelikan balon.
"huweee... sepatu adidasnya tertukar, gege. tapi, aku enggak tahu punya siapa." minghao masih enggan berhenti dari aktivitasnya berguling kesana-kemari. membuat sang kakak hanya melongo keheranan.
"mbaknya salah bungkus kali." ucap sang kakak seraya berjongkok disebelah adiknya yang masih merengek tidak jelas. sejujurnya, keamanan indera pendengarannya harus dipertanyakan ketika mendengar tangisan sang adik.
minghao menggeleng pelan, menarik baju kakaknya. "gak mungkin sicheng gege. aku kemarin lihat pas mbaknya bungkus, kok. enak sih kalau muat, ini sepatunya kebesaran—huwee..."
sicheng menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan mengulurkan kedua tangannya pada minghao, memberi gestur supaya adiknya itu beranjak dari acara berguling tidak bermanfaatnya itu.
akhirnya, minghao berhenti bertingkah. menyambut uluran tangan kakaknya, namun rengekannya masih belum berhenti.
"yaudah gini aja, gimana kalau nanti gege yang bantuin kamu nyari siapa yang sepatunya ketuker? lagian kenapa bisa ketuker, sih." usul sicheng, disambut oleh anggukan minghao.
"tapi, enggak sekarang ya, gege."
kakaknya mengerenyitkan dahi, menatap heran pada minghao yang sekarang sudah menampakkan senyum inosen yang lebar. "kenapa enggak sekarang?"
"mager, hehe."
apa boleh buat. sicheng hanya bisa menuruti kemauan adiknya, daripada nanti satu rumah porak poranda oleh amukan minghao.
tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
i. adidas ㅡjunhao✔
Fanfiction1st book of tumblr series. satu itu kebetulan. kebetulan karena sepatu adidas. carolineakim©2017