Seli Pov
Sembilan hari telah berlalu, mama belum pulang juga dan tak pula memberi kabar.Aku senang dia tak ada di rumah, tapi ku akui sekarang ku rindu. Aku kesal mama yang cerewet, mengomentari segala kelakuanku, omelannya terngiang ditelingaku. Tapi aku ingin mengetahui bagaimana keadaannya. Terakhir, ia berkata akan menemui teman kerjanya di gwangju, aku tidak peduli apa yang ingin ia lakukan disana, enggan bertanya lebih rinci soal itu. Asalkan ia menyetok makanan di kulkas, membayar bibi wuwi, dan memberi uang saku, ditinggal di rumah sendiri bukan jadi masalah.
Masih hari sekolah, aku masuk dalam mobil, seperti biasa diantar oleh supirku pak jihan. Aku duduk di kursi belakang. Mungkin ini aneh, tapi aku belum pernah mendengar musik maupun radio di mobil. Suara mesin mobil ini sangat halus, sampai tidak terdengar, awalnya memang bukan begini, mama sudah 5 kali membawanya ke bengkel berbeda untuk mengecilkan suaranya, semua karena aku.
Jalanan sangat sepi, memandang keluar terlihat toko-toko yang tertutup rapat, satu-dua mobil, burung bertengger di ranting, embun daun, udara luar berhembus dinginnya pagi. Sejak 05.00 aku berangkat.
Lewati gerbang sekolah, tebakanku aku yang pertama lagi menginjak kaki sebagai seorang murid, satpam gerbang terlihat tertidur di pos-nya.
Berjalan menuju seli's room. Mungkin ini terdengar curang tapi aku punya ruangan khusus di sekolah.
Ku buka dengan kunci ditanganku. Ini dia tempatnya, ditutup dua lapis karpet peredam suara, empuknya seperti karpet di bioskop. Ada tempat tidur kecil, sofa, dan meja belajar disertai komputer.
Game. Aku tunggu bel masuk dengan bermain.
Author Pov
Seli sedang asik menamati gamenya tapi ia tidak tahan lagi, setelah menahan cukup lama, ia putuskan mematikan komputer dan menuju ke kamar mandi umum sekolah. Ia sempat protes dulu, karena seli's room tidak memiliki toilet.Tas nya sekalian ia bawa, 15 menit lagi kelas dimulai.
Pandangannya fokus ke depan, ketika di sekitarnya dipenuhi murid dengan berbagai kegiatannya.
Syukurlah, tak ada antrian pengguna toilet. Setelah menyelesaikan urusannya, ia mencuci tangan di salah satu westafel di tengah, dari 3.
Seli meneguk ludah, kedua sisinya terdapat 2 cewek yang sedang berkutik pada make-up nya. Ia takut akan terjadi percakapan, sehingga ia basuh secepat mungkin.
Ia berbalik. Tetapi ia tidak dapat berjalan, pundaknya dihentikan.
"Hei sombong sekali."
Ia memberanikan menatap orang itu.
"Ada perlu apa ya?" Nadanya dingin.
Cewek berdandan menor itu melipat tangan di perut, meneliti Seli dari bawah ke atas.
"Kakak kelas rupanya."
Setelah itu, cewek westafel satunya menghampiri, berdiri di sebelah kiri, ikut memperhatikan seli.
"Kelas mana?" ucap cewek satunya sambil mendongakkan kepala.
Seli diam, urusan apa dia harus tahu.
"Kalau ditanya jawab bitch!" Si cewek kanan emosi, menarik ikatan rambut Seli.
"Jawab!"
"3-2. Udah lepas!" Seli menaikkan suara, dan menjatuhkan tangan itu dari rambutnya.
"Sial, anak beruntung." Cewek itu memicikkan mukannya tak terima.
"Wae huh?"
"you don't know? Oh god..."
Seli mengernyitkan dahi.
![](https://img.wattpad.com/cover/83186091-288-k965324.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
No Sound | Kim Taehyung SS
Kurzgeschichten"Taehyung klo gak cerewet ya berisik, ini orang spesies apa coba?" -SELI Seli berpenyakit benci suara... Dia mencari cara untuk menjadi pusat perhatian. Aku mencari cara menghindari. Dia pembawa keramaian. Aku berlari dari keramaian. Kita sangat ber...