Warning!!
There's adult content on this chapter.
Tolong bijaksana ya. Yang belum cukup umur bisa baca awalnya dan langsung scroll aja ke akhir chapter ini 😁👻
Oh chapter ini banyak narasinya. Semoga gak ngebosenin.Happy Reading 😄
***
Kegiatannya hari ini sangat kacau. Jordan tidak dapat berkonsentrasi pada apa pun karena ciuman panasnya dengan Eliza di taman bunga ibunya. Hal tersebut terus mendominasi pikirannya. Dan ia tidak bisa menyingkirkannya dengan mudah.
Jordan berusaha memeriksa laporan bulanan yang dikirimkan Mr. Walker padanya, tetapi yang ada di benaknya hanya kelembutan tubuh Eliza yang ada dalam dekapannya. Balasan ciuman Eliza terhadap ciumannya yang tidak kalah menggebu.
Jordan bekerja keras mengembalikan konsentrasinya. Ia memang berhasil. Ia berhasil memeriksa laporan bulanan estatnya dengan teliti, tetapi konsentrasi yang ia butuhkan membuat kepalanya seperti siap meledak.
Dirinya kembali berusaha mengenyahkan bayangan Eliza dari benaknya dengan minum dan berjudi di siang hari ke salah satu klubnya. Tapi lagi-lagi Jordan tak bisa menyingkirkan bayangan bibir Eliza yang lezat ketika ia mencumbunya.
Dengan frustrasi, Jordan keluar dari klubnya dan pergi ke sasana tinju Jackson's. Di sana, Jordan menumpahkan rasa frustrasinya dengan melumpuhkan dua lawan mainnya secara membabi buta. Membuat para lawannya mendapatkan lebih dari satu luka kecil di wajah mereka. Ia juga berlatih hingga malam di sana. Setelah selesai bertinju, akhirnya Jordan bisa sedikit melemaskan otot-ototnya yang tegang. Hanya sedikit.
Ia kembali ke Devonshire House dengan tubuh lelah namun pikirannya tetap terjaga. Dan itu sangat menyiksa dirinya. Olahraga yang ia lakukan dengan membabi buta ternyata tidak bisa menghilangkan hasratnya untuk menyempurnakan pernikahannya.
Kepalanya terus berdenyut dengan menyakitkan. Pistolnya bahkan sudah mulai kembali menegang ketika ia mendengar suara Eliza yang berbicara dengan Jeremy di lorong untuk membawa makan malam ke kamarnya.
Jordan menarik ikatan cravat-nya dengan kasar. Membuat cravat itu terlepas dan tergeletak di bawah kakinya. Kancing kemejanya yang tinggi juga ia buka dengan terburu-buru. Hingga akhirnya ia bisa sedikit bernapas dengan lega. Rompinya sudah tergeletak di kursi dekat perapian sesaat setelah ia memasuki kamar. Jordan memang sengaja tidak memanggil pelayan pribadinya untuk membantu melepas atribut kebangsawanannya. Karena saat ini ia butuh dan menginginkan kesendirian. Meratapi hasratnya yang bergelora.
Telinganya mendengar pintu kamar Eliza tertutup. Membuat tubuh Jordan bergetar karena ia berusaha menguatkan pertahanan dirinya. Penempatan kamar tidur ini sangat menyiksa dirinya.
Hanya beberapa menit ia berdiam diri hingga akhirnya ia berjalan cepat menuju pintu penghubung dan membukanya dengan kasar.
Persetan dengan apapun. Hasratku sudah menggebu dan tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Aku akan memiliki Eliza sekarang juga.
Hasratnya ingin menyergap Eliza saat itu juga karena apa yang disuguhkan Eliza sungguh sangat menggoda. Gaun sorenya sudah teronggok di kedua kaki Eliza. Hanya menyisakan kamisol tipis sebagai dalaman dan korsetnya yang menyatu dengan kerangka roknya.
Jordan tidak mengindahkan keterkejutan di wajah Eliza. Ia menikmati pemandangan di hadapannya dengan lapar. Kamisol tipis itu sangat memudahkan Jordan untuk menciptakan imajinasi liar cara bercinta yang akan ia tunjukkan pada Eliza.
"Jordan...." Panggilan lirih Eliza yang menyebut namanya menghancurkan sisa pertahanan diri terakhir Jordan.
***
![](https://img.wattpad.com/cover/87115265-288-k330444.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pleasures Of a Wicked Duke [Revisi]
Historical Fiction[18+] Rotherstone #1 Jordan Cavendish, Duke of Devonshire, bujangan paling diincar para ibu yang ingin menikahkan anaknya. Tampan, bergelar, kaya. Masa lalu membawanya menjadi Duke yang arogan. Dan ia tidak ingin menikah dalam waktu dekat. Lady Eliz...