Woots, Cerita baru. Sequel dari My Ex Man.
Hayo yang mana?
Rajin vomments, bakal rajin update juga Kanin nya.❤❤❤❤
I love you like a love song.
Ia seperti lagu yang selalu aku putar berulang kali, lagu yang membuatku selalu mengingatnya ketika lagu itu berputar, seperti lagu yang selalu berdengung di kepalaku, seperti lagu yang membuat badanku mengikuti iramanya. Ucapku dalam hati sambil memperhatikan pria tampan di depanku saat ini.
Aku berada di suatu ruangan bersama dia yang tampak kesal karena aku yang selalu berada di dekatnya, membiarkan dia kesal dan menganggapku menyebalkan itu lebih baik daripada tidak di anggap sama sekali.
Lihat, kedua alisnya sudah bertaut dan habis ini dia akan menatapku kemudian mengatakan kekesalannya padaku.
"Berhentilah menyukaiku, Kayla. Kamu tau betul jika kamu bukan tipeku" ucapnya membuatku tersenyum karena tebakanku benar dan membuatku mendekatinya yang sudah mengangkat alisnya lalu mengernyit menatapku.
"Siapa bilang Kay suka sama Kak sydney deh? Orang Kay nya cinta sama Kak Sydney" ucapku kemudian mengecup pipinya, walau ini bukan yang pertama tapi masih saja membuat dia tidak suka dan reflek mendorong tubuhku hingga terjatuh membuat dia sedikit terkejut akan apa yang ia lakukan.
Segini aja sih tidak sakit, akan lebih sakit kalau dia pergi dengan wanita lain atau menikah dengan wanita lain. Oh tidak tidak, aku tidak berani berpikir seperti itu. Sungguh menyeramkan.
Aku tidak segera berdiri, aku memilih duduk di bawah menunggu uluran tangannya untuk membangunkanku. Namun, hanya lirikan tajam yang aku dapatkan "pulanglah, kakamu tidak akan senang melihatmu mengejar-ngejar seorang pria Kayla" ucap Sydney tanpa menolongku yang terjatuh karena nya tadi.
"Ga ada seorangpun yang berhak mencampuri perasaanku, kalau Kaka emang ga bisa. Cukup diam saja, anggap aku hanya angin lalu. Biarkan aku yang menikmati perasaanku sendiri" ucapku dan akhirnya berdiri karena sudah merasakan dinginnya lantai ruangan ini, "kalaupun aku bisa mengatur perasaanku, sudah dari awal aku memilih untuk tidak menyukai sahabat dari kakakku sendiri apalagi sudah tau kalian terlibat perjanjian konyol orang dewasa yang membuatku tak mengerti"
Sydney hanya terdiam dan masih tak menggubrisku, aku memilih untuk duduk di sofa hitam di tengah ruangan dan mulai mengganti-ganti saluran televisi, membunuh waktu untuk bersamanya lagi walau selalu seperti ini. Dalam keramaian suara isi hatiku, dan kesunyian dari keterdiamannya. Sesekali aku meliriknya yang nampak sibuk, dan aku tidak pernah bisa membiarkan dia benar-benar diam dengan kesibukannya tanpa memperhatikanku.
Aku berjalan ke arahnya, dan dari gestur tubuhnya tampak ia yang sedang waspada karena aku yang mendekatinya. Aku tertawa kecil memperhatikannya. Lucu sekali dia, tampan dan aku ingin memilikinya.
"Kay, stop dan kembali ke kursi" perintahnya tanpa menatapku, namun aku tetap berjalan ke arahnya. Menopang daguku di depannya yang tetap tidak menatapku.
Aku tersenyum memperhatikan dia yang sudah mulai tidak fokus, merasa terganggu karena aku. Membuatku tergelak melihat alisnya yang sudah hampir menyatu, kemudian aku memegangnya dan mengurut kerutan keningnya.
"Kenapa sih ini alisnya selalu kaya gini kalo lagi bete sama Kay, kan ngangenin" ucapku membuat dia terdiam lagi namun tidak menghindariku, malah memegang pergelangan tanganku.
"Tanganmu panas" ucapnya sambil memperhatikanku, lihat kan? Sebenarnya dia perhatian denganku. Tapi kenapa sok galak dan sok ga mau sama aku, jawabannya cuma karena perjanjian arisan bapak-bapak antara kak Kenzi sama dia ini.
"Khawatir ya?" Godaku membuatnya reflek melepaskan tanganku, membuatku tersenyum geli.
"Aku mau makan siang, pulanglah" ucapnya membuatku mencibir ke arahnya, dan menyamakan langkahku dengan langkah lebarnya.
"Ngomong aja sih kalo ngajakin Kay makan siang" ucapku membuatnya berhenti berjalan dan menatapku.
"Apa yang kamu pikirkan sampai membuatmu berkata seperti itu? Aku menyuruhmu pulang, tidak menempel seperti perangko denganku" ucapnya tegas, namun tak menyurutkan langkahku menyamai langkahnya dan mengikutinya hingga sampai di lobby. Sesekali membalas sapaan pegawai Sydney yang menyapa kami.
"Kalo Kay ga di ajak, Kay tetep maksa ikut. Tau kan?" Ucapku kemudian masuk ke dalam mobil tanpa izin darinya, aku mendengar helaan nafas menyerahnya membuatku tersenyum menatapnya.
Dalam perjalanan yang hening, di enterupsi oleh suara ponsel milik Sydney yang membuyarkan kediaman Sydney.
Aku yang memperhatikan Sydney yang tengah salah tingkah dan melirik ke arahku membuatku mengerti, aku mengambil paksa ponselnya tanpa perlawanan dari Sydney dan melirik tajam ke arahnya.
"Kak Sydney masih nyimpen nomer nenek sihir ini? Sengaja apa gimana sih?" Tanyaku kemudian mengangkat sambungan tersebut tanpa bicara, aku mendengar suara manja khas Clara yang memanggil nama Sydney dan membuatku sekali lagi menatap Sydney tidak suka.
"Ngapain telfon Sydney?" Tanyaku pada Clara, dan mendengar suara tawanya.
"Oh, adik kecil masih saja ya nempelin calon suami orang?" Ucap Clara membuatku memutar bola mataku jengah, hanya itu yang ia ucapkan.
"Ya karena dia calon suamiku, makanya aku di deketnya terus. Ga usah ganggu-ganggu lagi, awas kalo telepon calon suamiku lagi," aku melirik ke arah Sydney yang tersenyum sedikit sekali namun masih bisa aku lihat senyum tipis itu. "Atau kalo masih aja gangguin, aku bener-bener akan bilang ke Om Ben" ancamku kepada Clara kemudian menutupnya paksa.
Tanpa aku kembalikan ponsel Sydney, aku menghapus nomer Clara dan melihat beberapa aplikasi chating yang masih aman. Tidak ada chat dari cewek lain selain aku yang bertanya, bercerita namun tak pernah ia balas.
"Awas aja kalo Kak Sydney ga setia sama Kay" ucapku sambil mengembalikan ponselnya, dan baru aku merasakan pusing yang sebelumnya tidak aku rasakan. Membuang pandanganku pada jalanan dan gedung bertingkat yang kami lewati.
Sering aku bertanya dalam hati, bagaimana bisa seorang manusia sangat bisa tahan dalam kebisuan dan kesunyian seperti Sydney. Tapi, entah kenapa dia membuatku nyaman. Aku menyenderkan kepalaku ke kepala kursi, menahan pusing yang membuatku juga terdiam sesaat mendengar deheman Sydney dan membuatku membuka mata, menatapnya yang tengah membuang muka dariku. Mengembangkan senyumanku.
"Kalo mau liat Kay, liat aja kak" ucapku sambil mengarahkan wajahnya menatapku. Tatapan sendunya yang aku rindukan kini aku lihat kembali "masa merhatiin Kay kalo Kay lagi sakit doang sih?"
"Kamu kelelahan Kay, Mommy dan Papamu pasti akan khawatir. Kamu sudah kelas tiga SMA dan setelah ini akan ujian, fokuslah sama sekolah kamu terlebih dulu" ucapnya membuatku ternganga, takjub akan berapa kata yang ia keluarkan untuk menasehatiku, menatapnya tak percaya.
"Terus setelah Kay lulus, apa kak Sydney mau menikahi Kay?" Tanyaku membuatnya menghela nafas dalam dan membuang mukanya dariku. "Ah ya ya, aku sudah hafal jawabannya pasti tidak bisa Kayla, kita tidak akan pernah bisa menikah" cercaku mengikuti jawaban yang biasa dia ucapkan atas pertanyaanku.
Aku cemberut, namun menyenderkan kepalaku ke dada Sydney tanpa penolakan darinya. "Kay ga bisa mikirin apa jadinya Kay kalo kak Sydney nikah sama cewek lain" ucapku pelan dan memilih memejamkan mataku, hingga kegelapan menyelimutiku, hanya mendengar desahan nafas berat dan debaran jantung Sydney sebagai pengantar tidur siangku.
- T B C -
9 April 2018
By Kaniiin
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Kayla (Fast Update)
Ficção Adolescente[Sequel My Ex Man/ EX's] Kayla Heeney, seorang gadis yang percaya bahwa cintanya bukanlah cinta sesaat. Ia percaya yang ia alami ialaha cinta sejati yang mampu membuatnya jatuh terjungkal, berdiri tegak kemudian berlari hingga kakinya melayang jauh...