2. Message on the bottle of sauces

3.9K 389 37
                                    

Votes and comments.


Aku 'terjatuh' tepat di depan matamu,
Tapi kamu sama sekali tidak menatapku.

♡♡♡♡

Tanpa tau pastinya kapan aku mulai memperhatikan gadis dengan mata bulat sempurna menatapku, tatapan yang selalu bisa membuat jantungku berdetak tidak normal. Alis hitam rapih yang terkadang terangkat lucu jika sedang menentangku, bibir merah yang selalu saja bicara cinta padaku, pipi merona yang bersemu saat aku memujinya dulu karena saat ini aku tidak bisa memuji nya karena perasaan gadis itu terlarang untukku. Ayunan geraian rambut hitam ikalnya membutku tersenyum tanpa ia sadari, seandainya ia masih ingat jika dulu saat ia masih bayi, aku selalu memberikan aneka ramuan tradisional penyubur rambut dari nenek yang memang di berikan padanya. Pemilik rambut lebat dan indah saat ini, yang selalu membuatku tak mengerti apa yang ku mau.

Aku menatapnya curiga saat menyentuh pergelangan tangannya yang panas, yang akhirnya membuat aku dan dia berada di kedai Pizza terkenal yang mampu memberikanku keluasan untuk berdua saja dengan Kayla, walau aku tidak pernah mengakuinya pada Kayla, tapi dia selalu tau alasan atas apa yang aku coba tutupi.

Kayla mulai antusias memilih makanan kesukaannya sembari mengeluh atas kecurangan yang ia lakukan hari ini. "Padahal, hari ini Kay itu diet" ucapnya sambil masih menggerutu, namun tak bisa membuatku menimpali sesuatu karena apa yang dia bicarakan seakan mutlak di pendengaranku.

Aku hanya mendengar ocehan dan menatap wajahnya yang menggemaskan di hadapanku, debaran jantungku tak karuan saat bersamanya entah sejak kapan? Tapi aku masih berusaha untuk menghiraukannya, mengingat apa yang aku janjikan pada Kenzi, kakak Kayla yang juga sahabatku sejak SD. 'Sama-sama menjaga Kayla seperti adikku sendiri' begitu yang aku janjikan padanya, walau nyatanya tidak akan pernah ada seorang kakak yang mencintai adiknya sendiri, seperti yang aku rasakan pada Kayla.

Sejak kelahirannya dengan wajah bersemu merah, dia sudah mengambil hatiku, untuk selalu ingin menjaganya, menginginkan dia jadi milikku saja.

"Kak, Kay nyusahin banget apa emang?" Tanyanya sambil menyentuh tanganku, menyadarkan lamunanku "daritadi Kak Sydney diem terus, kalo emang ga mau makan disini harusnya ga usah aja, daripada Kay di diemin kaya gini kan ga enak" ucapnya kembali dengan wajah memelas, menyiratkan kekecewaan tidak jelas karena pemikirannya sendiri.

"Kalo emang udah selesai ayo aku anterin kamu pulang Kayla" ucapku tanpa menatapnya langsung, namun tetap bisa aku tatap dari ujung mataku, walaupun ia tengah cemberut namun tak membiarkan pizza di depannya nganggur terlalu lama di udara bebas setelah beberapa saat lalu seorang pelayan mengantarkan ke meja kami bebarengan dengan minum satu pitcher soda untuk kami berdua.

Jari lentik yang menyobek pizza itu membuatku terkagum entah ke berapa kalinya membuyarkan kembali pertahananku.

"Jadi, kita pulang setelah pizza habis ya? Deal?" Tanya Kayla tanpa butuh jawabanku, dia kembali dengan kesibukan dia sebelumnya menikmati aneka makanan di atas meja, dan aku melirik botol sauce di depan Kayla dan memutarnya, melihat stick note berwarna merah muda menempel di sana.

I love pizza so much, but i love you more.

Aku melirik Kayla yang tengah bersemu menahan senyumnya, sama hal nya dengan jantungku yang ingin melompat ke peraduannya. Namun, aku sudah melatih wajahku untuk tidak terlalu ekspresif menghadapi hal seperti ini, sekalipun ini Kayla-ku.

Mungkin karena aku yang tidak menanggapinya, dia kembali diam tanpa menatapku kali ini. Wajah dia yang seperti ini membuatku tidak pernah tahan membiarkannya terlalu lama, tanpa obrolan di antara kami hingga aku memutuskan menyudahi kebisuan ini dengan memanggil pelayan dan membayar semua yang Kayla makan.

"Jadi, kesini buat apa? Kak Sydney kira Kay ga bisa bayar ini? Kalo Kak Sydney mikir Kayla ngikutin kakak karena minta di traktir atau minta makan, kakak salah" ucap Kayla setelah pelayan itu pergi membawa kembali tanda pembayarannya.

"Terus apa alasan kamu nempel dan selalu deketin aku Kayla?" Tanyaku menatap mata bulatnya yang beberapa saat tampak terkejut mungkin karena pertanyaanku.

"Karena, Kay suka sama kakak bukan cuma suka-sukaan aja tapi Kay cinta sama kakak-"

"Kamu sudah tau pasti jawabanku Kayla, selain kamu adik sahabatku, kamu juga bukan tipe ku. Kamu masih terlalu kecil dan saat aku ngliat kamu, itu slalu membuatku jijik mengingat masa kecil kamu yang jorok dan yah aku ga perlu mengingatnya lagi" jelasku bohong, namun sirat wajahnya masih tidak berubah.

"Lebih dari tiga puluh kata yang kakak ucapin, ini kaya de javu" ucapnya tidak merespon apa yang aku ucapkan, karena ucapan itu sudah sangat sering aku lontarkan padanya. "Apa itu mantra?" Tanya Kayla, tak aku perdulikan dan memilih bangun dari dudukku meninggalkan dia yang tergelak di belakangku namun tetap setia mengikuti langkahku, jika dia tidak melakukannya, aku akan sedih.

"Kay pulang naik taxi aja ya? Tiba-tiba Kay inget ada urusan" ucapnya kemudian tak ku dengar langkah yang mengikutiku, membuatku berhenti dari langkahku, menghela nafasku dalam dan memilih menatapnya yang saat ini menunduk menatap ujung sepatunya. Dia seperti ini lagi, membuat dadaku sesak tanpa tau apa yang harus aku lakukan.

"Ada ongkos?" Ternyata itu yang keluar dari mulut kurang ajarku lagi, membuat mata indah yang berkaca-kaca menatap kesal ke arahku.

"Kayla ga kekurangan uang" ucapnya pelan, aku mendekatinya dan membuatnya menunduk kembali.

"Aku salah, maaf" ucapku pada akhirnya, namun tak membuat Kayla mengangkat wajahnya. Dengan senang hati aku mengangkat dagunya agar wajahnya bisa aku lihat.

"I am falling appart in front of your eyes,
But you don't even see me, never" ucap Kayla membuat dadaku sesak, seakan oksigen berkurang di sekitarku. Kayla menyampingkan tanganku di dagunya, dan dia menggenggamnya "sekarang Kayla masih bisa ngerti, Kay masih bisa nunggu entah sampai kapan, Kay pulang dulu." ucapnya kemudian mengecup pipi kiriku sambil berjinjit, hingga aku tak melihat lagi punggungnya ketika ia memasuki taxi yang berada di depan tempat makan ini.

Apa yang harus aku lakukan dengan perasaanku? Persahabatanku dan Kayla? Semua sangat amat penting, hingga tak bisa sekalipun aku mampu menebak jawabannya.





- T B C -
By Kaniiin
22 April 2018

Dear Kayla (Fast Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang