5.1 Worthless

2.7K 304 31
                                    

You have no idea
How worthless you made me feel.


From: Kak Sydney

Bagaimana ujian terakhirnya princess? Aku sangat merindukanmu.

Aku tersenyum geli melihat balasan Kak Sydney yang lain dari biasanya. Tapi bahagia karena mendapat balasan juga akhirnya setelah menunggu sekian lama. Dulu, bukan hanya cinta yang tak berbalas, tapi pesan singkatku pun tak pernah mendapat balasan darinya.

Ujian yang aku hadapi selama beberapa hari ini membuatku tak bisa bertemu dengan Sydney, secara langsung dia menolakku untuk bertemu.

Hari ini, aku memilih bertemu dengan beberapa temanku tanpa membalas pesan Sydney atau memberi tahunya. Kemana aku pergi, dan dengan siapa? Karena biasanya walau ia tak pernah membalas pesanku, aku tetap akan memberitahukan nya.

Aku mematut penampilanku, from head to toe. Mendekati sempurna untukku, setidaknya aku tidak akan di remehkan karena penampilanku. Di sadari atau tidak, semakin banyak orang sekarang memperdulikan penampilan karena semakin banyak orang yang menilai dari penampilan seseorang. Tidak ada yang ingin di anggap remeh orang lain.

"Mam, Kay mau ketemu Sabrina ya Mam" ucapku pada Mami dan mengecup sebelah pipinya, "Pa" ucapku sambil mengecup pipi Papa.

"Masih punya simpenan kan? Minta transfer kakakmu kalo memang kurang, jangan sampe nyusahin temen" ucap Papa membuatku meringis, terbiasa dengan kebiasaanku yang lupa membawa dompet, atau ga punya uang cash tapi sudah terlanjur makan atau belanja banyak.

Aku berangkat memakai mobil Mami, karena ukuran mobil lebih besar di jalanan ibu kota memiliki kemungkinan kecil untuk di intimidasi mobil lain saat kemacetan terjadi. Alasan lainnya tidak memakai mobilku adalah karena GPS yang di pasang Sydney dan Kak Kenzi membuatku tak memiliki privasi, walau sebenarnya memang tidak lagi.

Dalam perjalanan, berkali-kali aku melihat ponsel usangku yang aku beli di tahun 2013 dimana jaringan masih 3G dan belum mengenal 4G. Aku tersenyum lagi setelah mendapat pesan dari teman-temanku yang menanyakan keberadaanku, beruntung lokasi pertemuan kali ini dekat dengan rumah. Membutuhkan waktu tak kurang dari setengah jam untuk sampai jika keadaan jalan lenggang seperti kali ini.

Tibalah akhirnya di tempat tujuan, aku berhenti sesaat mencari keberadaan mereka. Sebuah restoran jepang yang membuatku ketagihan dengan pilihan menunya. Segerombolan pemuda-pemudi tak menyadari kedatanganku, sebelum akhirnya aku mendekati mereka dan mendapat sorakan meriah dari mereka yang membuatku malu.

Terlibat obrolan serius tentang 'kemana mereka akan pergi melanjutkan pendidikan? Bagaimana menghadapi orang tua yang tidak sependapat dengan pilihan mereka? Atau sepertiku-'

"Kalo gue bisa, gue lebih milih nikah sambil kuliah sama Kak Sydney biar bareng-barengnya bisa lama" ucapku mendapat toyoran dan sorakan dari yang lain membuatku meringis. "Setidaknya gue punya impian lah ya"

Aku baru menyadarinya, apa yang sebenarnya aku inginkan. Bukan lagi menjadi sebuah bayangan yang nampak namun tak di anggap lagi oleh Sydney, tapi menjadi sebuah rumah yang menjadi tempat ia berpulang dan merasa nyaman.

Apa keinginanku terlalu tinggi untuk sekedar menjadi yang terpenting untuknya.

"Kay! Sydney tuh!" Seru Rena yang membuatku otomatis menoleh dan benar saja, Sydney tengah membawa tas belanja salah satu produk ternama dengan seorang wanita dewasa yang aku jelas melihatnya, namun tak mengenalnya.

Dear Kayla (Fast Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang