ENAM-Avero Mandarin

63 8 0
                                    

Avero mematikan mesin motornya tepat di pelataran rumah bercat putih gading. Ia tak lantas turun dari motor sportnya, menunggu seorang perempuan turun dari boncengannya.

"Avero," panggil Gladys sebari melepaskan helmnya.

Helm tersebut merupakan milik Gladys, tetapi selalu ada di motor Avero. Helm berwarna biru muda, warna kesukaan Gladys. Gladys membeli helm itu untuk ia gunakan jika naik motor, dan Avero meminta untuk disimpan olehnya, dengan alasan kamu kan kemana-mana sama aku, jadi biar engga ribet, aku aja yang simpen helm kamu.

Avero menoleh, lalu membuka kaca helmnya. "Apa, Dys?" Gladys tak langsung membalas. Ia menatap laki-laki yang mengantarnya pulang, lalu menghembuskan nafas berat. "Engga ada apa-apa." lalu tersenyum.

"U can't lie, tell me. Kenapa?" tatapan mata Avero melunak. Ada sensasi hangat yang dirasakan Gladys saat Avero menatapnya seperti itu. Belakangan ini.

"Kamu mau masuk dulu?" tanya Gladys mengalihkan pertanyaan Avero. Dan berhasil. "Aku langsung pulang aja, besok aku mau jalan-jalan. Mau ikut?"

Avero sendiri kaget mendengar apa yang dirinya ucapkan. Ia tak bisa mengajak Gladys untuk jalan-jalan besok. Sangat tidak bisa.

Gladys berfikir sejenak. "Engga deh, makasih. Aku ada acara sama keluarga Bunda, aku harus ke Jakarta."

"Tumben mau ikut?"

"Bosen di Bandung terus."

"Lah Jakarta lebih panas,"

"Biarin. Aku suka ada disana."

Avero tertawa. Lucu. "Dasar,"

"Kalau kamu mau nitip sesuatu, bilang aku, ya. Kadang kan kamu suka tiba-tiba ke Jakarta sendiri cuma mau beli barang yang engga ada di Bandung,"

"Iya. Ntar aku bilang. Yaudah aku pulang, ya?" Avero memutarkan motornya, agar mengarah ke pagar jalan keluar rumah Gladys.

"Iya. Thank you, ya! Hati-hati, kasih tau kalau udah dirumah," Gladys melambaikan tangannya. Avero membalas dengan senyuman serta mengacungkan sebelah jempolnya. "Assalamualaikum!"

"Waalaikumsalam."

Gladys memperhatikan Avero pulang. Ia bingung, ia harus mengatakannya. Tapi tidak sekarang.

***

Avero memarkirkan motornya di garasi. Sebelum bisa masuk ke pintu depan rumahnya, ia harus menaiki beberapa anak tangga karena memang rumahnya berada di atas. Garasi ada dibawah, bagian tangganya condong ke arah taman halaman rumah. Banyak bunga yang seolah mengiri kedatangan laki-laki berusia 15 tahun itu. Bunga-bunga milik mendiang ibundanya.

Langkahnya tidak cepat. Ia merogoh saku jaketnya, mencari ponsel. Ia menyalakan data dari jaringan seluler, menunggu beberapa saat. Avero masuk ke dalam rumahnya, lalu kembali menutup pintu. Ia membalikkan badan, serta terdengar bunyi notifikasi dari ponselnya.

Avero mengernyitkan dahi. "Natasya? Tau apaan, deh?"

Ia mematung sesaat, membalas pesan yang dikirim Natasya saat memasuki mobil ayahnya, setelah diingatkan pulang oleh Darrel karena hari mulai malam.
Natasyaa: Avero. Aing tau.

Avero Mandarin: Tau apaan?

2 detik.

Read.

Avero memandangi ponselnya, menunggu balasan Natasya karena melihat pesan balasan darinya langsung di baca.

Natasyaa: Wanna know something about Darrel and ur little princess?:)

GladysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang