SEMBILAN-Day and Night

42 4 2
                                    

Senyum masih merekah di bibir Darrel. Tak biasanya ia senyum-senyum seperti ini. Satu hal yang membuatnya bahagia;bercanda dengan Gladys di malam minggu, malam keramat untuk urusan kisah kasih. Dan lucunya, malam minggu penuh canda bagi Darrel itu bukan saat berduaan dengan Gladys, malah berkumpul latihan basket dengan teman-teman yang lain.

Selama latihan, keduanya tetap menjadi bintang pada umurnya. Kemampuan yang mereka miliki diatas rata-rata teman setim lainnya, yang sangat serasi jika dibandingkan. Sesekali mereka bercanda. Tertawa. Hal yang paling jarang di lakukan oleh Darrel. Latihan kali ini ia nampak berbeda. Selalu bibirnya melengkung selagi beradu cakap dengan Gladys.

Gladys tak kalah senangnya. Es balok yang selama ini teman-temannya sematkan pada Darrel berubah jadi es campur--manis, tapi tetap dingin. Tapi Gladys suka!

Apa? Gladys suka?

Engga engga, Darrel sahabat Gladys paling oke. Eh, Avero! Tetap Avero! Tapi malem ini Darrel deh. Batin Gladys.

Avero mana ya?

Dimana ada siang, belahan bumi lainnya pasti ada malam. Ada matahari yang terang benderang bersinar membuat sang siang lebih berwarna. Cerah. Dibelahan bumi yang lainnya ada malam. Dingin, gelap. Dan sayangnya dan tambah parahnya, kali ini malam tak ditemani sang bulan maupun bintang. Mendung.

Avero lah sang malam. Ia berjalan lunglai memasuki tempat yang sudah 1 jam ini dipenuhi tawa riang. Darrel mengubah segalanya malam ini. Ia tak lagi Darrel yang selalu marah-marah, jutek, dan pelit senyum. Hal tersebut berpengaruh juga pada teman-temannya. Juga pelatih. Dan hampir semua tahu karena terlihat, itu karena Gladys.

Tapi tidak dengan Avero, sang malam mendung.

***

Gladys bangun dengan senyum yang merekah pada bibirnya. Semalam ia bermimpi menjalajahi angkasa! Cita-citanya menjadi seorang astronaut. Ia bahagia, apakah karena efek dari hari kemarin yang menyenangkan dari Darrel?

Tok tok tok...

"Dys, bangun, Avero ada di bawah.." teriak mama Gladys dari luar kamar.

Avero... sampai kapan rasa gue gini terus kak?

Itulah Gladys. Kemarin lusa rasanya untuk Avero, tadi malam sudah untuk Darrel. Ia masih anak kelas 3 SMP yang labil dengan perasaannya. Mungkin terlalu dini jika ia sudah benar-benar jauh cinta. Maka dari itu ia mudah suka dengan laki-laki. Entah sebagai sahabat atau gebetan.

Gladys sudah mulai tak tahan akan rasa yang ia pendam untuk Avero selama ini. Bukankah memang benar tak ada persahabatan 'murni' antara perempuan dan laki-laki?

Ya, mereka. Gladys dengan Avero. Gladys dengan rasanya, dan Avero entah. Satu hal yang tidak Gladys tahu selama ini;Avero punya pacar.

Gladys bergegas kebawah menemui Avero setelah pergi ke kamar mandi sebentar.

***

"Kak," panggil Gladys dari belakang punggung Avero. Yang dipanggil menoleh ke asal suara.

"Eh, Dys, masih tidur ya tadi? Sorry aku ganggu."

"Iya engga apa-apa kok, Kak." Gladys sudah duduk di samping Avero. "Emm.. Kak, tumben pagi-pagi kesini? Kenapa?"

Walaupun sebenarnya sudah sering Avero pagi-pagi kerumahnya, tapi kali ini entah mengapa Gladys ingin bertanya.

"Khayla,"

Ada apa ini yaAllah, Avero udah manggil pake nama Khayla pasti ada sesuatu ini mah...

Avero menatap mata Gladys dengan dalam. Yang Gladys tebak dari tatapan Avero adalah: kesedihan.

Gladys membulatkan matanya yang sipit dan sama-sama menatap mata Avero dalam.

"Maaf,"

Gladys mengernyitkan dahi. "Ke-kenapa, Kak?"

Avero memejamkan mata, menarik nafasnya dalam-dalam lalu menunduk dan kembali menatap Gladys. "Aku mau pergi."

Mata Gladys terbelalak, dengan spontan ia menanggapi ucapan laki-laki yang ia anggap sedang bercanda sekarang dengan suara yang agak meninggi. "Kemana, Kak?! Ah lu suka bercanda deh ya sebel! Paling juga ke Jakarta hahaha!"

Gladys tertawa renyah. Tapi yang ditanya malah menambah kadar sedih dalam raut wajahnya. Tak ada senyuman paling indah yang biasanya Gladys liat. Yang Gladys harapkan saat ini.

"Aku serius. Aku mau sekolah ke Swiss. Ada satu hal yang aku juga baru tau selama ini."

Gladys masih tak percaya. Ia menatap Avero dengan tajam. Maksud lo apasih? Jelasin cepetan!

"Sorry i'm very sorry, my little princess."

Hati Gladys meleleh. Akhir-akhir ini ia selalu merasakan hatinya ya menghangat saat Avero memujinya.

"I must go to Swiss for my study. Before my mom gone, she told my father about my school. My mom had one of favorite school there. Dan itu sekolah yang aku impi-impikan selama ini, Khay. Aku lolos seleksi disana. Can't u deserve it?"

Gladys tak bergeming. Ia mulai menangis. "Avero engga bohong sama Khayla, kan?"

"Engga, Khay. Aku engga bohong. Besok lusa aku harus berangkat."

"Avero kenapa baru kasih tau Khayla sekarang sih!" Gladys mulai histeris. Ia menangis kencang-kencang. Avero hanya diam dan mulai menitikkan air matanya juga.

Faridah di balik lemari besar memperhatikan kejadian tersebut. Ia sudah mengetahui ceritanya sebelum Gladys bangun tadi. Ia juga sangat sedih karena begitu sayangnya pada Avero yang sudah ia anggap sebagai anak sendiri.

"Khay, maafin Vero, ya?" Avero menggenggam tangan Gladys yang sekarang masih menangis sesengukan. Gladys tak menjawab. Ia masih tetap menangis.

Setengah jam kemudian, Gladys buka suara. "Kak Vero,"

Avero menatap manik mata Gladys.

"Khayla engga mau tau besok Kak Vero harus seharian sama Khayla. Khayla engga mau sekolah pokoknya Khayla mau seharian sama Kak Vero!"

Avero tersenyum, lalu merangkul adiknya itu.

***

Baru up lagi,sorry2 huft:( engga ada pencerahan juga wkwk baru sembuh dan harus ttp rajin lat (krn seleksi2). Jd jrg ngetik deh HEHEHE.

Selamat puasa ya bagi yang menunaikan😊

vomments n i'll b love💕

GladysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang