Author pov
Herlyn terus berlari mengintari gang sepi dengan air mata turun tanpa henti. Dari awal perasaannya sudah tak nyaman akan mamanya dan sebuah pesan membuktikan kecemasannya
Flasback on
"Pak, tidak bisakah Carmel saja yang membantunya. Carmelkan pintar"
Herlyn memohon dengan suara dinginnyaNdrittt.........ndrittt
Heandphone Herlyn berbunyi tanda pesan masuk.
Dari bibi alexa. Saudara mamanya
"Mamamu masuk rumah sakit. Keadaannya buruk. Datanglah kerumah sakit Felixia"
Flasback of
Herlyn terlihat tegesa-gesa berjalan memasuki rumah sakit.
"Dimana kamar, ibu Rindamelia cryle" tanyanya kepada kariawan
"Tunggu sebentar saya cek dulu." Ia membuka lembar perlembar
"Diruang 301 nonna""Terimah kasih"
Herlyn pov
Aku berlari tergesa-gesa di lorong-lorong rumah sakit mencari kamar 301. Dada ku terasa sesak saat mengingat kejadian pagi tadi. Mama menyuruhku sekolah dan dia harus menerima pukulan dari pria brengsek yang tak layak ku sebut papa itu.
Aku menemukan kamar nomor 301. Kutarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkan hembusan pelan. Kemudian Aku masuk, tangis ku pecah bersamaan dengan waktu. Wanita paruh baya di depan ku terbaring lemah di ranjang rumah sakit.
Wajahnya pucat. Sangat pucat. Lebam-lebam biru keunguan terlihat pada bibir ranumnya, tangannya, semua tubuhnya hampir di penuhi luka-luka.
Ini sudah sangat kelewatan batas. Tidak seharusnya papa Brengsek itu memukul mama sampai segininya.
Aku mengepalkan tangan ku."Herlyn....... Herlyn..... Herlyn"
Mama mengigau sambil menereaki nama Ku"Ia terus memanggil nama mu sedari tadi" bibi Alexa menepuk bahu ku. Aku mengangguk dan duduk di kursi samping tempat tidur mama. Memegang tangannya dan mengelusnya lembut.
"Iya Ma aku di sini. Tidak yang akan menyakitimu lagi. Aku berjanji" tangan mama ku tempelkan di pipi ku.
Mama tersenyum dengan mata tertutup.
"Aku tidak akan diam kali ini. Jangan salahkan aku bila ini harus terjadi, kau yang membuat segalanya rumit. Papa kau Brengsek aku tidak akan tinggal diam"
"Bibi, aku pergi tidak akan lama kok"
Bibi Alexa mengangguk dan aku pergi.
----------------------
Tangan ku mengepal saat ku lihat pria di depan ku ini. Aku menatapnya dengan benci,marah, sakit hati,jijik bercampur jadi satu. Aku sangat muak melihat ia. Bajunya acak-acakan,rambutnya berantakan, yang ku yakin ia habis mabuk setelah kejadian malam itu dan ia memukul mama ku.Ia menatap ku cemas
"Bagaiman-"
"Jangan bicara. Apa peduli mu! Kau bagai manusia tak berhati. Cukup lama. Hmmm cukup lama aku dan mama ku selalu bersabar dengan apa yang kau lakukan. Lidah ini selalu keluh dan dada ini selalu sesak saat memanggil mu sebagai papa. Kau pernah berpikir apa kekuranganmu. Hmhm kurasa tidak pernah, manusia seperti mu merasa diri paling sempurna di banding yang lain. Apa gunanya memiliki harta berlimpah tapi hati mu busuk. Aku selalu saja diam menghadapi apa yang terjadi. Kau membawa wanita-wanita mu kerumah. Kau tidur bersama mereka bahkan kau bermesraan di depan mama ku. Kau memang tak memiliki hati. Pernahkah kau berpikir ia sangat mencintai mu? Cinta memang buta ia selalu sabar menunggu mu, tapi kau tidak pernah melihatnya."
"Reylin,"
"Bahkan panggilan itu kau masih mengingatnya. Ku kira kau sudah lupa. Kami berdua akan pergi dari sini, terserah apa yang ingin kau lakukan kami menyerah. Kau sangat keterlaluan, kau boleh menyakiti ku tapi jangan sentuh mama ku. Jika kau membuatnya terluka lagi, ku peringatkan untuk pertama dan terakhir kalinya akan ku buat hidup mu nggak akan baik-baik saja. Meskipun kau adalah pria brengsek yang berstatus papa ku."
"Reylin" wajahnya tampak pucat tapi aku tak peduli ia membuat segala sesuatu menjadi tak stabil.
"Berhenti memanggil ku Reylin. Bukankah itu yang kau mau, kami harus pergi? Ah sudalah lebih baik aku pergi. Jaga diri mu,ah tidak aku lupa tidak seharusnya aku mengkhuwatirkan dirimu. Aku pergi Tuan Roys" aku tersenyum hambar melangkah pergi keluar dari rumah neraka itu. Membawa koper berisi pakaian ku dan mama ku.
Aku tercengang saat sebuah tangan memegang lengan ku.
"Herlyn kamu mau kemana?"
Sontak ku berbalik.
"Dari mana kau tau namaku Arja?"Ia menggaruk tengkuknya.
"Rahasia. Tidak harus ku katakan kan? Itu kan nggak penting"
Menyebalkan. Pria ini sangat menyebalkan.
"Mau kemana?" Kok bawah koper?Ku hembuskan nafas ku kasar. Ia membuat ku panik.
"Bukan urusanmu"
Lalu aku pergi meninggalkannya yang ku tahu punya banyak pertanyaan yang di tujukan pada kuArja pov
Ia terlihat panik. Ada apa? Apa yang terjadi?
Apa ada masalah? Pertanyaan-pertayaan itu muncul di otakku membuat ku mengacak rambut ku frustasi tidak mungkin pertanyaan ini bisa ku jawab sendiri. Dan ku putuskan mengikutinya.Ini bukankah mengarah ku rumah sakit? Untuk apa Herlyn pergi ke rumah sakit? Apa ada yang sakit? Tapi siapa? Dan untuk apa ia membawa koper?
Arghhhhh ia benar-banar membuat ku penasaran hanya karena gadis ini membuat ku tertarik.Aku terus mengikutinya hingga ia berhenti di sebuah kamar pasien nomor 301.
Ia masuk ke kamar itu.
Aku keluar dari tempat tersembunyi ku. Melangkah menuju kamar itu. Aku mengintip di balik pintu. Ia menangis. Tapi siapa wanita di sampingnya? Rasanya wajah itu aku pernah melihatnya. Tapi dimana ?aku lupa.Ndrit....ndrit...
Heandphone ku bergetar.Ada pesan. Dari kak Arny
"Brother, can help me? Beliin donat dong, nanti uangnya aku ganti. Lagi pengen nih ok. Brother you the best of the best"
"Mulai deh" aku mengacak rambut ku frustasi kak Arny selalu saja jadi pengganggu di saat yang tidak tepat.
"Ok"
Balas ku singkat.dengan paksaan Lalu ku pergi meninggalkan rumah sakit menuju toko donats.-------------------▶▶▶▶▶▶▶
:-( sorry chepter 4 nya dikit doang habis bingung kelanjutan ceritanya gimana jangan lupa yah coment dan voment. Salam ku mrs. A
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Armyn
ChickLitXixelia Herlerlyn Peterson seorang gadis yang memiliki sikap dingin,pintar namun terkesan cuek. Hmmm sikap dingin dan terkesan cueknya membuat Herlyn dijauhi banyak orang yaitu sahabat-sahabatnya tapi tidak mamanya karena ia hanya bersikap hangat pa...