chepter 6

2 0 0
                                    

Author pov

Kring.... kringgg.... kringg
Bel istirahat berbunyi.

"Baiklah anak-anak jangan lupa tugas kalian. Minggu depan saya terima. Kalian taukan resiko kalau tidak mengerjakan. Oke kalian bisa istirahat sekarang"

"Baik mrs"

"Ryan. Ke kantin yuk!"
Carmel menarik tangan Ryan.

"Iya... iya bentar kali" Ryan membereskan bukunya

"Mau ke kantin?"
Tanya Arja pelan agak berbisik. Kepada Herlyn.

"Tidak. Terimakasih"
Lagi-lagi nada datar itu.

"Hmhm begitu. Baiklah"
Arja sebenarnya ingin sekali kalau Herlyn akan mau menemaninya makan di kantin

"Arja mau ikut ke kantin bareng kita nggak?"
Tanya Carmel memastikan Arja ke kantin atau tidak.

Arja hanya mengangguk pelan dan meninggalkan Herlyn di dalam kelas sendirian.

Herlyn keluar membawa aerphonenya menuju rooftoop.

Herlyn pov

Aku duduk membiarkan tangan ku terbuka menghirup nafas kemudian menghembuskan pelan.

"Herlyn" seseorang menepuk bahuku membuatku kaget.

"Vanesa"
Kata ku dingin. Meskipun aku tak berbalik melihat siapa yang menepuk bahu ku. aku sudah tau itu Vanesa. Gadis yang memiliki suara cempreng ini ,ia membenci ku sangat .aku tidak tau kenapa ia membenci ku.

"Ada apa?"
Tanya ku datar ia melepas tangannya dari bahu ku.

"Tidak. Aku hanya ingin hiburan. Boleh aku bermain dengan mu?"
Katanya sinis.

Aku tidak mau berbasi-basi lagi lebih baik aku pergi.

"Aku pergi"kata ku melangkah meninggalkannya.

Prok.. prok .. prok
Tepukan tangan Vanesa membuat ku di kepung oleh 3 orang berbedan besar dan berotot

"Aku tahu kau pandai berkelahi. Jadi coba saja lawan bodygurd ku"
Katanya memainkan rambut ku. Segera ku hempas tangannya.

"Oh...oh..oh putri Herlyn. Jangan marah. Aku hanya bermain saja. Aku bosan boleh kah kau menghiburku?"

"Tidak. Aku tidak ingin bermain-main"

"Tapi aku ingin bermain-main. Hajar dia"

Dia memang keras kepala. Kalau aku melawan aku akan dapat musibah tapi kalau aku tidak melawan ia akan selalu ingin bermain-main dengan ku.

Satu pukulan tepat di perut ku. Aku ingin mual pukulan itu sangat keras.
Aku mengambil ancang-ancang.

"Sudah ku katakan aku tidak ingin bermain"

Satu gerakan membuat 3 orang di depan ku memegang tulang keringnya.

Kali ini 2 orang  memegang bahu ku dan satunya memukul wajah ku.

Satu pukulan di wajah ku membuat bibir ku berdarah.

Aku tersenyum miring.

"Kalian orang bodoh yang ingin saja bekerja dengan gadis bodoh ini."

Vanesa membalas dengan senyuman sinis.

"Pukul dia terus. Aku akan menambah gaji kalian dua kali lipat"

Ku melompat ke dinding rooftoop kemudian menendang dua orang yang memagang bahu ku. Ku patahkan leher salah satu dari mereka.

Dan yang satu ini ia menarik rambut ku hingga ku meringis kesakitan. Ku tendang selangkangnya. Kemudian memukul perutnya dengan sikut ku, mematahkan tangannya hingga ia meringis kesakitan.

My Lovely ArmynTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang