Part 1

131 9 0
                                    


Darah.... keringat..... dan air mata....
Darah.... keringat... dan air mataku...,
Adalah persembahan teradil untuk hidupku
Adalah milikmu yang terakhir dari sebuah penghianatan
Adalah kecenderunganku terhadap kedustaan
Kesakitan tiada akhir atas dasar cinta dan kebiadaban
Penderitaan terindah yang menghancurkan kenyataan
Tak peduli apapun itu..... darah, keringat, dan air mataku adalah milikmu

Itu adalah bertahun-tahun silam, ketika bangsa Evils melakukan penghianatan terhadap bangsa penciptanya sendiri, Illuminator. Sebuah prasangka tak jelas telah mengadu domba 2 bangsa yang saling berkait. Kedamaian yang dulu sempat terciptapun berubah menjadi kerusuhan yang menyebar dimana-mana. Bahkan karena hal ini, pertunangan antara Pangeran Kim Taehyung (Evils) dan Putri Kim Soo Hyun (Illuminator) terpaksa dibatalkan. Perseteruan ini telah mengakibatkan keduanya kehilangan cinta abadi yang mereka pelihara selama bertahun-tahun. Keduanya tak akan pernah bisa memilih antara cinta dan bangsa, ibarat makan buah simalakama. Jika cinta itu dilanjutkan, bangsanya yang akan hancur, namun jika tidak dilanjutkan, hidup mereka yang akan hancur. Mau memohon pada siapa ? cinta tak dapat mengubah segalanya.

“Evils telah menghina kita ! Mereka telah menginjak-injak bangsa kita ! kita tidak boleh tinggal diam !,” teriak Park Jimin geram karena teror terus menerus dari Evils.
“Sebenarnya apa yang membuat mereka menghianati bangsa penciptanya sendiri ?,” ucap Panglima perang termuda  yang dimiliki Illuminator, Jeon Jungkook.

“Persahabatan telah hancur ! semuanya telah berubah ! apa yang bisa dipertahankan ???!!!” lanjut Jungkook dengan mata memerah menahan amarah.
Benar, apa yang bisa dipertahankan ketika persahabatan suatu bangsa telah hancur ? tidak ada. Tentang Illuminator yang telah menciptakan suatu bangsa bernama Evils. Tapi, entah karena alasan apa, secara tiba-tiba Evils malah menyerang mereka. Melakukan teror, dan membunuh satu persatu rakyat Illuminator. Padahal mereka menjalin hubungan yang baik selama berabad-abad. Tapi, tanpa suatu kejelasan, serangan yang dilakukana secara tiba-tiba oleh Evils telah membuat Illuminator kalang kabut dan kehilangan banyak nyawa di kalangan prajurit. Seperti badai yang tak memberi kabar saat akan datang, Evils menyerang tanpa ada tanda.

“Bagaimana dengan putriku, Kim Namjoon ?,” tanya Raja Illuminator kepada salah satu orang kepercayaannya.
“Putri Kim Sohyun telah kami amankan, Anda tidak perlu khawatir,” balas Namjoon menundukkan kepala tanda hormat kepada sang raja.

Perlu diketahui, Kim Namjoon adalah salah satu orang yang paling bisa dipercaya Illuminator. Ia adalah keturunan keluarga Kim yang terkenal sangat setia terhadap bangsanya. Bahkan, Kim Namjoon memang diciptakan sebagai abdi yang setia tanpa sedikitpun celah pengkhiatan dalam dirinya. Sejak lahir, ia telah mengabdikan dirnya untuk Illuminator, hingga ia disegani dan sangat terkenal di kalangan masyarakat.

“Kau selalu bisa ku andalkan Namjoon,” balas sang raja sambil tersenyum. Sedangkan Namjoon hanya sedikit menyunggingkan bibirnya.
“Jangan terlalu memuji hamba raja, itu memang sudah menjadi kewajiban saya,” ucap Namjoon tanpa menerima balasan lagi.
“Mohon maaf raja, hamba harus segera pergi untuk membahas strategi perang bersama Panglima Jeon dan Jenderal Park,” lanjutnya.
“Pergilah, berikan yang terbaik yang bisa kalian lakukan untuk menyelamatkan bangsa ini,” balas raja dengan mata yang berkaca-kaca.

Setelah kembali memberikan penghormatan kepada sang raja, Namjoon segera meninggalkan tempatnya menuju ruang pertemuan yang dimaksud untuk membicarakan strategi perang yang akan mereka gunakan untuk melawan kekuatan Evils. Langkahnya berat seiring pikirannya yang mengacau karena beban yang ia tanggung. Ia membayangkan suara tangisan manusia yang akan menanggung derita karena serangan bertubi-tubi dari Evils. This is nightmare.

Sesampainya ia di ruang pertemuan, ia melihat Panglima Jeon Jungkook yang berada di dekat jendela. Pandangannya menuju area bekas kebakaran di sebuah desa, namun entah dengan pikirannya. Matanya kosong menatap jauh ribuan kilo cakrawala yang tembus pandang. Sedangkan Jenderal Park menelungkupkan wajah dengan kedua tangannya di meja yang ada di ruang tersebut. Entah apa yang sedang ia renungkan, tiada yang ingin tau. Biarlah, mungkin begitu caranya untuk berpikir.
“Ada apa ?,” tanya Kim Namjoon memecahkan keheningan.

Blood Sweat And TearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang