08.

660 23 0
                                    

SASHA

"Nebeng Vito aja, gih,"

"Gue bisa balik sendiri kali,"

"Halah, sok banget lo! Siapa ya yang waktu itu digangguin di tengah jalan terus nangis - nangis nelfon gue?" Melanie tertawa.

Teman - teman ku yang lain sudah pulang sejak setengah jam lalu. Sedangkan Nadhif, ia baru pulang 5 menit yang lalu. Dan saat aku menolak pelukannya tadi, damn he looked so offended. Tapi emangnya lo siapanya gue ? Enak aja mau ngambil first hug gue. Oke gue dari tadi agak membohongi diri gue sendiri. Gue terdengar sok cuek, padahal perasaan gue ke elo gak secuek itu, Dhif. Percayalah. Dan sekarang, tersisa aku, Vito, dan si Tuan Rumah di sini.

"Hahaha, najis,"

Waktu berjalan sangat cepat. Gak kerasa gue udah bukain semua kado bangsat yang sengaja dibungkus tebel - tebel pake koran. Bukan luarnya doang yang bangsat, isinya juga. Masa gue dikasih makanan anjing. Kan anjing gitu loh. Dan yang lebih bego lagi, gue percaya Melanie bakal nge endorse. Gila, kan nggak banget gitu, kan.

"VITOO! SI SASHA MAU NEBENG NIH," Melanie berteriak.

Vito yang sudah keluar dari ruang keluarga beberapa saat lalu balas berteriak,

"OKE,"

"Eh, najong lu apaan si,"

"Biar kayak 17an waktu itu, Sha," Melanie tertawa.

Ingatanku tertuju ke kejadian 4 hari yang lalu. Saat kaki ku terluka dan ia lah yang mengantar ku pulang. Tapi dia justru menyulik ku ke Nasi Goreng Mak Syukur. Fun fact, walaupun namanya Mak Syukur tapi yang jualan itu abang - abang, loh. Bingung kan? Sama bingungnya dengan aku saat Vito, kali ini dengan sengaja, melewati gang ku begitu saja.

"Nasgor?" Vito berkata dengan nada yang lebih friendly dari biasanya, namun dengan muka datar yang sama.

"Ntar dicariin mama," aku menjawab seadanya.

"Ya elah anak mami banget sih lu. Tinggal izin bentar susah amat,"

Apaan sih? Sedeng ya lu, To? Padahal aku berniat akan membuka diri kepadanya tapi aku langsung ditampar dengan kata - kata sekasar itu. Ke neraka aja lu sana. Dan hey, To. Beberapa saat yang lalu kau baru saja menjadi friendly. Kayak cewek pms aja. You're so unpredictable.

NADHIF

"Tiada masa paling indah, masa - masa di sekolah. Tiada kisah paling indah, kisah kasih di sekolah.*"

Lirik lagu era 90-an itu kini terbukti. Gue emang menikmati banget masa - masa gue sekolah. Urusan gue cuma dua, sekolah sama main. Di sekolah, gue bisa berhaha-hihi buat onar bareng kurcaci gue yaitu si Rizky sama Favio. Pulang sekolah gue bisa mampir ke warung Bi El buat nongkrong bareng Ghostie, komunitas otomotif yang gue ikuti diem - diem, atau cuma buat nyari angin ngobrol sama Bi El tentang keselnya dia karna harga cabe naik atau curhatan dia kalo warungnya mau digusur. Bi El tuh baik banget, suka ngasih gue bakwan gratisan. Kalo sampe warungnya beneran digusur, rela gue demo sendirian depan kantor polisi. Siapa takut? Kalo urusan 'kisah kasih' sih gue bukan expertnya. Ganteng - ganteng gini gue selektif, bro. Dan selama 16 tahun ini, gak ada cewek yang lulus audisi 'cari jodoh' gue. Cantik sih banyak, tapi matre, boi! Gila aja, sekali ngemall belanjanya Zara, H&M, Aigner, Kate Spade dan merk merk highclass lainnya yang bikin cowok kayak gue ini elus - elus dada. Kalo gue lakinya, bisa gak makan tiga hari gue! Tapi belakangan ini, gue tertarik sama seseorang. Ya, lo pada udah bisa nebak lah. Cewek yang jatoh gara - gara ngejar gue, yang gue suapin spaghetti ke mulutnya, yang tanpa wajah bersalah berani nolak pelukan gue.

Kalo kata adek tiri gue, "Lo itu kan diantriin banyak cewek bang. Ngapa masih ngejar sih? Gue mah jadi lo udah gue pacarin semua," Dia kalo soal umur emang lebih muda, tapi pengalaman ceweknya gak bisa lo remehkan, bro! Meet Farrell. Bocah SMP kelas 9 yang harusnya lagi sibuk - sibuknya Try Out sana sini dan dia dengan santainya malah ngeclub sana sini. Segala jenis cewek udah dia taklukan. Gue masih inget bener waktu itu gue sama dia lagi ngacir ke Purwakarta demi nyobain Sate Maranggi yang kata ceweknya enak banget. Nah waktu kita sampe, everything went right sampe tiba - tiba kita ketemu ceweknya yang lain yang lagi liburan di Purwakarta. Before you ask, iya dia punya dua pacar. Pecah udah World War III. Dan setelah mengeles panjang lebar, adek gue ini akhirnya ditinggal dua ceweknya. Dalam satu hari. Gila, malemnya dia langsung ngajak gue ke tempat di mana dia ngabisin bergelas - gelas minuman Afterburner, campuran Cool Citrus After Shock Liqueur dan Bacardi Rum 151. Gak usah nanya gimana cara bocah under-age kayak kita gini berhasil masuk. Dan gue, gue cuma duduk menyantap red wine yang gue pesen sambil ngeliatin dia frustasi di dance floor. Kadang yang kayak gini nih yang bikin gue males pacaran. Ogah banget gue kalo heartbroken malah clubbing ngabisin duit. Cemen, ah. Anjas, Farrell punya kakak yang keren ya, sok - sok ngatain clubbing cemen tapi nonton Finding Nemo masih nangis.

"Halo?"

Damn, suara lo itu ya, Sha.

"Malem, Sashaa! Apa kabar?"

"Nadhif, ya?"

Akhirnya ya, lo mulai hafal suara gue. Jangan bosen - bosen ya, Sha gue giniin.

"Yoilah, sang pangeran negeri dongeng," Gue tertawa.

"Hahaha, ada apaan?"

"Cuma mau bilang kalo nyokap lo cantik."

"Apa nih? Ngegoda nyokap gue ceritanya? Hahahah," ketawa lo sukses bikin gue senyum - senyum sendiri, Sha.

"Gue belom selese ngomong, ih. Nyokap lo cantik, tapi anaknya lebih cantik. Anjassss," Aduh, mulai kayak Farrell gua.

"Halah, halah. Basi gombalan lo, Dhif. Hahahah," Basi basi gini masih bisa buat lo ketawa, kan?

"Ah, udah ah malu gua. Night!" Gue langsung mutusin telfon.

Gue gak pernah kepikiran bakal ngomong gini, tapi kayaknya gue butuh Farrell jadi guru privat how-to-get-a-girlfriend gue.

SASHA

Ada sebuah film yang pernah ku tonton di Fox Movies Premium, yang menceritakan tentang seorang agen federal yang berusaha mencegah meledaknya bom di suatu kapal feri di United States. Ia mencoba segala cara hingga ke cara paling mind-blowing, time travel. Dia pergi ke masa lalu dengan bekal mengetahui semua rencana peledakan bom itu, sampai siapa si pelaku dan di mana si pelaku berada. Semuanya ia lakukan untuk mencegah meledaknya bom itu. Namun, takdir Tuhan memang tidak bisa dicampur tangani oleh makhluk hina seperti manusia. Bom itu tetap meledak, tetapi memakan lebih sedikit korban jiwa. Dan Doug (Denzel Washington), agen federal itu, termasuk ke dalam mereka yang tewas. Ia tewas demi menyelamatkan banyak nyawa. Dan film yang ku maksud itu berjudul Déjà Vu. Sama seperti yang ku rasakan sekarang. Deja Vu. Pulang dari kediaman Melanie bersama Vito, pergi ke Nasi Goreng Mak Syukur, Nadhif menelfon, dan akhirnya pulang ke rumah dengan dibanjiri seribu satu pertanyaan 'kenapa baru pulang?' dari wanita yang telah melahirkanku. What's next?

VITO

Yang ngajak ke Nasi Goreng Mak Syukur: gue. Yang bayar nasi goreng: gue. Yang nganter Sasha pulang: gue. Tapi kayaknya usaha - usaha gue ini gak berarti kalo dibandingin sama lo ya, Dhif?. Ya, fisiknya sih sama gue, tapi telfon - telfonannya sama elo, haha - hihi-nya sama elo. Kenapa lo gak bisa sekali aja, Sha, ketawa sama gue kayak lo ketawa sama si Nadhif? Sekali aja. Mimpi kali ya, gue.

___________________________
*Kisah Kasih Di Sekolah - Chrisye

Part 8!! Jangan lupa vote + comment!

Tell Me Why?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang