04.

798 29 1
                                    

Sasha memeluk gulingnya lebih erat dari biasanya. Sebuah senyuman tipis menghiasi wajahnya malam ini. Sudah pukul 11 malam, tetapi yang ia lakukan dari tadi hanyalah membolak-balikkan badan di bawah selimutnya yang hangat. Petir dan kilat memang sedang sahut-menyahut di luar. Membuat malam ini terasa lebih dingin. Tetapi dinginnya malam tak membuat Sasha berhenti memikirkan apa yang baru saja terjadi hari ini.

Dari Senin sampai Minggu, dari tanggal 1 sampai 31, bulan Januari sampai Desember. Masing-masing hari mempunyai ceritanya tersendiri bagi setiap orang. Seperti hari ini misalnya. Hari Senin, 17 Agustus. Hari di mana Sasha mengenal dua sosok laki-laki dengan kepribadiannya yang berbeda beda . Yang selalu membuat kejutan-kejutan tak terlupakan bagi dirinya. Dan di sinilah dia, sedang mencoba mencerna apa yang terjadi beberapa jam yang lalu. Tepat di mobil, saat Vito mengantarnya pulang. Saat Vito secara tidak sadar sudah mengukir cerita pada tanggal 17 Agustus ini di hidup Shabrina Celestina Ghefira.

VITO

"Ehhh, mau ke mana? Rumah gue kesitu, woy!"

Teriakan Sasha membuat kuping gue penging. Kalo boleh jujur, cewek yang duduk di sebelah gue ini bawelnya gak ketulungan. Kalau bukan karena si kucing garong nyuruh gue, gak bakal gue anterin nih anak. Tapi ya, boleh juga lah ya. Udah lama passenger seat gue suci dari cewek. Sekalian aja gue ajak makan nih orang.

"Eh? Ya udah gue mau mampir makan dulu. Terlanjur juga kelewatan."

Sasha menaikkan sebelah alisnya sambil menoleh ke arah gue yang masih pura -  pura fokus menyetir. Awalnya gue kira dia bakal ngomel lagi. Tapi untung aja dia langsung balik menatap jalanan. Lo kalo lagi diem gini lucu, Sha.

***

"Lu mau apa?" tanya Vito bahkan sebelum Sasha sempat menarik nafas.

"Eh? Sama kayak lo aja," ucap Sasha sambil menarik kursi dan duduk. Ternyata Vito membawanya ke gerobak nasi goreng yang tak lain adalah gerobak nasi goreng favoritnya. Walaupun hanya tempat biasa, Nasi Goreng Mak Syukur mempunyai cita rasa yang nendang. Tempat inilah yang selalu jadi tujuan pertama Sasha jika ia sedang bad mood. Tempat ini juga selalu menjadi tempat yang dituju Vito jika ia malas makan di rumah. Harganya yang pas untuk kantong juga membuat tempat ini tak pernah sepi pembeli. Warung ini terletak di depan ruko bimbel dan hanya memiliki 2 meja. Memang orang-orang lebih gemar take-away karena sulitnya mendapatkan meja dan juga dinginnya udara malam. Nasi Goreng Mak Syukur hanya buka dari jam 7 malam, setelah bimbel tutup, sampai jam 11 malam. Di luar waktu tersebut, jangan harap kalian bisa menikmati nasi goreng ini.

Sasha sibuk menunduk dan menatap entah apa yang sedang ditatapnya. Sedangkan, Vito sibuk mema-

Hatchuu!

Hatchuu!

Sasha sudah tidak kuat lagi dengan udara juga angin malam yang dari tadi menusuk tulangnya. Ia hanya memakai kaus lengan pendek dan itu menyebabkan dirinya akhirnya bersin-bersin.

"Ah, jadi flu kan gue. Elu sih pake ngajak ke sini segala." Sasha sudah tak kuasa menahan amarahnya yang dari tadi ia bendung. Takut kalau-kalau laki-laki di hadapannya ini akan berbuat sesuatu yang akan membuat Sasha menyesal. Saat Vito melihat mata Sasha yang sudah melotot ke arahnya, ia langsung merogoh kantung celananya.

"Nih," Vito menyodorkan kunci mobil persis di depan wajah Sasha yang membuat cewek itu memundurkan wajahnya beberapa sentimeter dan menatap balik cowok dingin di hadapannya dengan tatapan tak mengerti.

"Lo di mobil aja, nanti gue yang ambil nasgornya." lanjut Vito sambil menggoyang-goyangkan kunci mobil berwarna hitam itu di depan wajah Sasha.

"Anjir, lo bisa ngomong panjang juga ternyata. Gue kira lo di desain cuma buat ngomong singkat," Sasha langsung terkekeh lalu buru-buru mengatupkan mulutnya rapat-rapat begitu sadar apa yang baru keluar dari mulutnya. Kok gue berani ngomong gitu, sih?

"Terserah."

Vito sepertinya tidak peduli dengan apa yang baru saja diucapkan teman barunya itu. Sasha yang tak mau berlama - lama di tempatnya langsung menyambar kunci mobil itu dengan wajah tertunduk, ia tak mau melakukan kontak mata di situasi seperti ini.

SASHA

Hoamm

"Gila, udah jam 10 aja. Pantes gue ngantuk."

Aku lalu mengecek pesan Line yang masuk. Ada teman-temannya yang asik mengobrol di grup, ada mama yang bertanya di mana keberadaanku, ada Melanie, dan lain - lain. Nothing special. Eh, bentar bentar. Nadhif? Ngapain dia ngeline malem - malem?

Nadhif: Lo udah di rumah?

Sasha: Belom...

Gila, langsung di read, bos.

Nadhif: Weleh, weleh. Nakal juga lu malem-malem gini masih keluyuran wkwkwk

Sasha: Enak aja. Gue lagi di tukang nasi goreng tauu

Nadhif: Cie malem- malem sendirian di tukang nasgor... Dasar jomblo wlee

Sasha: Yahh sok tauu wkwk. Ada Vito disinii

Nadhif: Lho kok tiba - tiba ada Vito?

Sasha: Kan tadi Melanie nyuruh dia nganter gue pulang, terus kelewatan, eh dia malah ngajak kesini. Udah mana gue ngantuk.

Nadhif: Hahah mampus lu.

Nadhif: Ya udah, hati - hati. Nite.

'Nite.' Mungkin kalo kalian diginiin udah biasa kali, ya. Tapi buat cewek tipe - tipe kayak aku gini di good night-in itu efek sampingnya bisa bikin blank seketika.

Semenit.

Dua menit.

Aku bingung antara ingin sok jual mahal atau tidak. Aku sedari tadi terus mengetik dan menghapusnya lagi. Ugh, what am I doing? Akhirnya aku memilih membalas dengan sebuah kata simpel yang diakhiri sebuah tanda titik. Yang artinya mengakhiri percakapan hari ini.

Sasha : Iyaa.

Cowok aneh, tapi bikin baper. Atau aku yang terlalu mudah terjerumus ke dalam jurus gombalnya?

____________________

Masih part 4. Masih jauh ceritanya wkwkwk. Jangan bosen ya bacanya!

Jangan lupa vote + comment!

Jkt, 17.02.2017

Tell Me Why?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang