PERTEMUAN PERTAMA
Biasanya hari Sabtu kuhabiskan waktuku dirumah. Tetapi tidak untuk saat ini, dimana aku memulai untuk test psikotest yang diadakan sekolah ku. Aku mendapatkan ruang 21, sayang sekali aku tidak satu ruangan dengan kedua sahabatku Tiara dan Syifa.
Aku berjalan menyusuri koridor untuk mencari dimana ruang kelasku. Setelah mencari cukup lama akhirnya aku menemukan ruang kelas ku yang terletak di lantai dua kelas XII IPS.
"Al kita seruangan?" Tanyaku kepada Alya.
"Iyaaa!!" Jawabnya penuh antusias.
"Hehe. Tiara sama Syifa dimana?"
"Dia di ruangan 22."
"Dimana ruangannya?" Tanyaku.
"Di bawah, di kelas X IPA." jawab Alya.
"Jauh, eh lo duduk dimana?"
"Tuh." Jawabnya sambil menunjuk kursi paling depan.
"Selalu didepan ya hahaha."
"Ngeselin anjir." Ucapnya dengan muka yang kesal.
"Hahaha udah ah gue mau taruh tas dulu."
Aku pergi mencari dimana tempat dudukku. Aku duduk di baris ke tiga dari belakang. Sambil menunggu bel berbunyi, aku melanjutkan membaca novelku yang belum lama ku beli.
Tidak lama kemudian datang seorang anak laki-laki, mungkin dia calon anak IPTEK. Dengan bajunya yang dikeluarkan, rambutnya yang acak-acakan, mukanya yang terlihat cool, badannya yang tegap dan tinggi itu, membuat aku sempat tidak menoleh melihatnya. Hingga akhirnya dia melihatku dengan tatapan yang seakan-akan bertanya "kenapa ngeliatin?"
Duh mampus kan ngeliat. Bodohnya dirumu Tan. Ucapku dalam hati.
Akhiranya aku memalingkan wajahku dan pura-pura melanjutkan bacaan novelku yang sempat tertunda. Cowok itu terus berjalan melewati ku dan ternyata dia duduk tepat dibelakangku.
Dalam hati aku bertanya-tanya.
Siapa dia? Kok aku baru lihat? Ganteng. Ah tapi sombong, kayaknya cuek juga."Anjir budek banget. WOI KINTAN." Dengan suara yang cukup keras Alya memanggilku.
"Anjir lo. Berisik!! jangan teriak-teriak." Ucapku dengan kesal.
"Dari tadi gue udah manggil lo tapi lo gak nyaut-nyaut. Mikirin apa sih?" Tanyanya dengan muka yang terlihat kesal.
"Hah.. Oh heheh sorry. Gue gak denger lagi fokus ke novel baru." Ucapku bohong sambil menjukkan novel yang kubaca.
"Really?"
"Jangan sok Inggris kalo nilai bahasa Inggris lo masih remed." Ucapku sambil melanjutkan bacaan novelku.
"Kapan gue pernah remed? Hem?" Tanyanya dengan muka yang menantang.
Kuakui memang dia pandai dipelajaran itu tidak sepertiku yang selalu remed dipelajaran Bahasa Inggris.
"Serah lo. Udah ah sana balik ketempat duduk lo lagian juga bentar lagi bel. Hush hush hush." Usirku dengan muka datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Only You
Teen Fiction"Gimana kalo gue suka sama lo?" Sungguh aku tidak tahu apa yang aku katakan. Rasanya aku mau mati sekarang juga. "Suka? Sorry tapi gue gak suka sama lo." Ucapnya tegas. Dan dia pergi begitu saja dari hadapanku. Tanpa mengerti perasaanku. Sakit mema...