Chika's POV.
"Ayok dek!!" Aku mengucek mata dan memandang abangku yang sedang berdiri dihadapanku dari atas hingga bawah.
Tumben rapi banget, ada gerangan apa nih? Dapat hidayah dari mana nih abang? Ada yang tau? Kalo tau tolong sms no. Dibawah ya.
"Iya, ntar dulu. Abang keluar gih. Aku mau mandi dulu."
Bang Faro keluar dari kamarku dan aku masuk kedalam kamar mandi.
Aku menuruni tangga dan berjalan menuju mobil bang Faro.
Kami melaju menuju rumah Ralisha. Ok, ini ada yang aneh. Tapi aku kagak tau apa yang sedang direncakan abang tercintaku.
Kami berhenti dirumah Ralisha dan dia sudah menunggu didepan rumahnya. Tanpa basa basi dia masuk dan mobil melaju ke sebuah tempat.
Kami duduk dibangku taman setelah membeli es krim. Tiba-tiba bang Faro menarik tanganku menjauh dari Ralisha.
"Ih... kenapa sih bang pake tarik-tarik?"
"Sorry dek. Abang cuma butuh bantuan kamu."
"Bantuan?" Dia mengangguk. "Bantuan apaan dulu nih?"
"Heemm.. se-sebenarnya.."
"Sebenarnya apa bang? Jangan bilang abang maling kolor tetangga?"
"Ya kagak lah dek. Ngapai pula abang maling kolor tetangga? Kan abang udah banyak tuh selusin dirumah."
"Iya, iya. Jadi sebenarnya apa?"
"Hufft... abang suka sama Ralisha. Jadi ka.."
"-abang suka sama Ralisha? Aku kagak salah dengar kan? OMG, akhirnya abangku tidak homo."
"Jadi selama ini kamu pikir abang homo?"
"Heheh... habis abang kagak pernah bawa cewek ke rumah."
"Ya tapi bukan berarti abang homo kan? Kamu aja nggak pernah bawa cowok ke rumah apa kamu lesby?"
"Ih... bukan itu maksud aku. Ya udah apa yang mau dibantu..? Kayak pak Tarnok tau jadinya aku."
"Abang mau nembak dia."
"OMG abang!!! Abang udah kehilangan akal ya? Yang benar aja sih bang, Ralisha mau ditembak. Nanti aku nggak punya sahabat kayak dia lagi."
"Aduuhhh... punya adek kepintaran kayal gini jadinya. Bukan kayak gitu, maksud abang nembak dia jadi pacar abang Chika."
"Oh... ok. Aku punya rencana. Tapi abang janji, kalo udah jadian jangan lupa PJ. Aku mau bagian yang lebih banyak. Deal?"
"Hemm.. deal deh." Kami menjabat tangan.
"Ya udah jadi gini rencananya." Aku membisikan sesuatu ke telingan bang Faro.
"Oh... ok. Siap."
Aku dan bang Faro tersenyum.
"Ya udah semoga rencana kita berhasil. Aku kesana dulu. Abang tunggu disini. Ikuti instruktur ku."
Aku berjalan menghampiri Ralisha dan duduk disampingnya.
"Kenapa lama banget?"
"Heheh... biasa panggilan alam." Aku malah nyengir.
"Bang Faro kemana? Kok nggak balik?"
"Aku mau kesana dulu ya Ralisha. Mau pesan gulali. Kamu disini dulu ya. Palingan bang Faro nanti balik kok. Aku nggak lama." Ralisha mengangguk.
Aku beranjak dari kursi meninggalkan Ralisha sendiri. Bukan berarti aku jahat, tapi demi abang tercinta apa pun kan kulakukan.
Setelah merasa jarak antara kami telah jauh. Aku bersembunyi dibalik pohon kayu yang besar.
"Siap bang?"
"Kamu yakin ini bakal berhasil dek?"
"Abang nyepelehi Chika nih. Tenang aja. Pasti bakal berjalan mulus deh. Kayak kepala si D*ddy Cob*ser."
"Ok deh."
Aku meraih ponsel dan mulai menjalankan rencana adek hayati abang.
Chika: Ralisha sorry banget. Aku harus pulang, mama soalnya manggil.
Ralisha: nggak apa-apa.
"Ok bang."
Aku mengintip dari sini dan bang Faro menghampiri Ralisha. Semoga berjalan mulus.
Mereka sudah pergi dari TKP, aku mulai bosan dan lebih memilih untuk pulang.
****
Aku kembali pulang ke rumah. Tak ku lihat batang hidung si abang. Aku tiba-tiba senyum sendiri karena membayangkan bang Faro sekarang.
"Kenapa senyum sendiri sih anak papa?"
"Papa tau nggak kalo bang Faro lagi nembak cewek?"
"Ah... yang benar?" Ucap mama yang baru datang ntah daru mana.
"Iya ma. Ini aja bang Faro belum pulang ma."
"Oh iya."
Kami terus berbicara tentang abangku yang satu ini.
Ting... nong... ting... nong...
"Ntat ya ma, aku buka dulu." Aku beranjak dari sofa berjalan menuju pintu.
Ting...nong...ting..nong...
"Iya ntar. Sabar nikit napa." Aku membuka pintu.
"Chika!!" Ucap orang yang baru datang dan memelukku.
"Ih... ada apa sih bang??" Tanyaku yang berusaha melepas pelukannya.
"Diterima!! Diterima!!" Teriaknya sambil meloncat seperti anak kecil mendapat bombon setelah melepaskan pelukannya.
"Maksudnya apa bang? Chika nggak ngerti." Dia menarik tanganku dan menyuruhku duduk disampingnya.
"Ralisha nerima abang." Ucapnya bahagia.
"Apa?? Cie.. yang udah jadian. PJ nya jangan lupa ya bang." Ucapku yang dibalas anggukan olehnya.
"Hem.. jadi udah ada calon menantu papa ya?" Ucap papa.
"Kok nggak dibawah kemari sih?" Ucap mama.
"Kapan-kapan deh ma."
"Ya udah lah. Kita makan dulu ya. Karena Faro nggak jones lagi, mama buat makanan yang spesial."
****
Berhasil juga rencananya.
Selamat menunaikan ibadah puasa ya. Bagi yang menjalankannya.Assalamualaikum.
KAMU SEDANG MEMBACA
You And Me
Teen FictionSeketika kehidupan Chika Rishani menjadi berubah karena kehadiran murid baru dikelasnya. Seorang lelaki yang tampan, putih, tinggi dan segala kesempurnaanya. Siapakah lelaki yang telah membuat kehidupan Chika Rishani berubah? Dan apa yang dilakukan...