[2] - 3 - Proton, Elektron, dan Neutron

1K 89 86
                                    

Di sebuah kelas yang hanya diisi oleh tiga murid, seorang guru yang sering disebut Mbah Gel masuk ke ruangan tersebut.

"Selamat pagi, Anak-anak." Mbah Gel menaruh tumpukan buku di atas meja guru. "Hari ini kita akan menulis autobiografi atau riwayat hidup diri sendiri. Kalian bisa, kan?" tanya Mbah Gel seraya membagi selembar kertas kepada tiga murid tersebut.

"Bisa, Mbah Gel!" jawab ketiganya serempak.

"Bagus." Mbah Gel melangkah menuju ambang pintu. "Mbah kasih waktu selama satu jam, ya. Sekarang Mbah mau makan dulu. Belum sarapan."

"Iya, Mbah. Silakan," kata Proton.

* * *

"Sudah selesai, anak-anak?"

"Sudah, Mbah Gel!"

Mbah Gel mengangguk dan menujuk murid paling urak-urakan di kelas itu. "Elektron, silakan baca riwayat hidup kamu di depan kelas."

Elektron pun mengangguk dan berjalan ke depan kelas, kemudian menampakkan seringai khasnya.

"Perkenalkan, Guys. Nama gue Elektron. Gue ditemuin oleh sosok bernama J.J Thomson tahun 1897. Eh, tua amat, ya gue? Gue ngga tau orang tua gue siapa, jadi jangan tanya, okey?"

Semua mengangguk ketika mendengar ocehan Elektron tersebut.

"Gue ditemuin pas pertama kali diciptakan tabung katode. Make it simple, jadi J.J Thomson dan kawan-kawan menyimpulkan, bahwa partikel bermuatan negatif yang berasal dari percobaan tolak-menolak sinar katode terhadap dua lempeng bermuatan positif dan negatif itu adalah gue, Elektron."

Semua ber-oh ria.

"Massa Anda berapa?" tanya Proton.

"Gue? Haha." Elektron tertawa sinis. "Massa gue 9,1 x 10^-28. And Sorry, gue ngga segendut lu lu pada."

Neutron mendengus. "Sok banget, sih."

"Ya, kan gue elektron. Gue bermuatan negatif. Jadi, masalah buat elu?"

Mbah Gel cepat-cepat bertanya untuk menghindari perkelahian dua murid yang bertatapan sengit itu. "Di-di mana kamu tinggal, Elektron?"

Elektron tersenyum tipis kepada Mbah Gel. "Elektron tinggal di Jalan Kulit Atom, Pak."

"Sama guru aja baru baik," celetuk Neutron.

Elektron mendengus. "Diam kau makhluk tak bermuatan."

"Eh, sudah-sudah! Sekarang giliran Proton," sergah Mbah Gel yang membuat Elektron dan Neutron terdiam seketika.

Proton pun maju ke depan kelas tersebut.

"Hai, semua! Nama saya adalah Proton. Saya akan menceritakan riwayat hidup saya. Sebelum hakikat sinar katode ditemukan, pada tahun 1886, seorang ilmuwan bernama Goldenstein melakukan percobaan menggunakan tabung katode tersebut, dan menemukan suatu kejanggalan."

Ia menarik napas perlahan. "Hal ini diperkuat dengan uji coba yang dilakukan seorang fisikawan bernama Ernest Rutherford pada tahun 1910."

"Percobaan apa yang dia lakukan?" tanya Mbah Gel.

Proton tersenyum. "Ia bersama rekan percobaan tersebut mengamati pembelokkan sinar alfa pada sebuah lembar emas sangat tipis dan logam lainnya. Mereka pun akhirnya menemukan saya."

Elektron berdecak kagum. "Wah, untung mereka nemuin kamu, Proton. Kalau ngga? Hati ini diisi sama siapa coba?"

Mendengar hal tersebut, Neutron langsung mendelik tidak suka. "Jangan gangguin pacar orang lain, deh, Elektron."

Elektron hanya bisa tersenyum lebar dan memukul lengan Neutron pelan. "Yaudah, gue minta maaf, deh. Gitu aja ngambek."

"Ayo, Neutron. Sekarang giliranmu," ucap Mbah Gel setelah Proton duduk kembali ke bangkunya.

"Hai," sapa Neutron. "Seperti yang sudah kalian ketahui, aku bernama Neutron. Tinggal di perumahan Inti Atom, yang kebetulan tetanggaan sama Proton."

Semua orang mengangguk.

Ia menarik napas, kemudian berkata, "Aku ditemukan oleh James Chadwick pada tahun 1932, tetapi keberadaanku ini telah diduga oleh Aston sejak tahun 1919." Ia terdiam sejenak. "Selanjutnya pada tahun 1930, W. Bothe dan H. Becker menembaki inti atom berilium dengan partikel alfa dan menemukan suatu radiasi partikel yang mempunyai daya tembus tinggi."

"Lalu, kapan James Chadwick menemukan Anda?" tanya Proton.

"Nah, ketika tahun 1932, James Chadwick membuktikan bahwa radiasi tersebut terdiri atas partikel netral yang massanya hampir sama dengan Proton, yaitu 1,67 x 10^-24 gram."

"Jadi, kamu itu partikel yang netral itu?"

"Iya, Pak. Kan Elektron sudah bilang, kalau Neutron itu makhluk tak bermuatan," celetuk Elektron.

Rupanya, Neutron sudah tidak dapat menahan amarahnya lagi, dan akhirnya menggebrak meja lelaki urak-urakkan itu.

"Diam kamu makhluk serba negatif! Kurus! Urak-urakkan! Nyebelin! Nge--"

"Heh! Suka-suka gue, dong, mau jadi apa!"

Neutron geram. "Aku tahu kamu itu sahabat aku, tapi kenapa ngga bisa satu hari aja kamu ngga bikin aku kesel, sih?"

"Inilah gue. Kenapa elu yang repot?"

Mereka pun berdebat hal yang sebenarnya tidak penting dan selalu mereka ungkit ketika Neutron sudah kehilangan kesabarannya. Proton pun tak dapat meredam pertikaian itu walau sudah beberapa kali menyuruh mereka untuk berhenti.

Namun, ketika pertikaian itu semakin sengit, Mbah Gel hanya bisa bergeming seraya menatap ketiga muridnya dengan mata menyipit dan dahi berkerut.

"Mbah Gel lahir tahun 1995, loh, Murid-muridku," gumamnya.

"Kalian lebih tua, dong, ya?"

🍀 🍀 🍀

Ehm. Hallo semua ^^ Miha di sini :3
Well, chapter ini lebih banyak materi dari pada ceritanya, ya? Wkwk #plak

Chapter ini juga lebih gaje dari chapter sebelumya #hmmmm

Maafkan jika bahasanya yang terlalu tinggi :v
Aku harap dengan 'gaya bicara' mereka yang berbeda-beda, kalian bisa mengingat tiga partikel dasar ini ^^

Sampai chapter ini, bagaimana kesan kalian membaca cerita ini? ^^

Ngakak?

Pusing?

Ngerasa gaje?

See ya!
Nantikan ocehan Elektron di update-an berikutnya, ya :3

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 10, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Catatan di Kota Kimia - Jilid 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang