Chapt 10

668 128 0
                                    

Kami semua terkejut, mengalihkan padangan kami dengan lelaki yang dulunya berhati lembut dan tidak mudah terpengaruh dengan hasutan. Ia imut dan berprilaku baik, mark menjadi murid yang memiliki predikat siswa terbaik dengan senyum yang indah.

"Ke-kenapa kau mau mengikutinya?" Aku bertanya, apa semua orang disini sudah gila? Kenapa mereka mau mengikuti manusia sinting itu!

"Kenapa? Entahlah, aku hanya ingin merasakan bagaimana membunuh teman sendiri." Jennie yang berpegangan dengan taeyong pun kini mulai gantir dengan ucapan mark, dan siapapun yang mendengarnya pasti akan merasakan hal yang sama.

Tak, tak, tak.

Aku mulai berkeringat dingin, seketika kami semua diam. Suara itu membuat kami terdiam. Tapi mingyu, ia bahkan berjalan mencari sumber suara. "Apa yang dia lakukan!" Ucap taehyung dengan suara yang hanya bisa aku dengar.

"Sudah kubilang, dia gila." Taehyung melirikku dan mengangguk, menyetujui apa yang aku katakan. Suaranya semakin mendekat, dan membuatku menangis, aku takut, sangat takut. "Hei." Aku tahu, itu badan mingyu, tapi siapa yang dia papah? "Jimin?" Seulgi berlari ke arah mereka dan memeluk jimin.

"Wah, wah kita kedatangan tamu." Aku menatap kesal kerah mingyu. Luhan seperti sangat tidak menyukai kedatangan jimin, ia seperti, tengah memikirkan sesuatu yang sulit untuk dimengerti. "Sebaiknya kita mendengarkan cerita jimin. Mungkin saja ia bisa menemukan cara keluar dari sini. Setidaknya anggota osis tahu jalan yang menuju tempat keluar."

Baekhyun menatap kami pasti, dan aku baru sadar kalau jimin itu anggota osis, dan ya! Mungkin saja ia tahu cara keluar dari sini! "Entahlah, tapi akan aku ceritakan." Jimin duduk dengan bantuan seulgi, seulgi adalah pacar dari jimin, dan itu sebuah fakta yang barus saja aku ketahui.

"Kau tidak apa-apa?" Seulgi bertanya dengan cemas, terlihat sekali dari raut wajahnya. "Ya, aku baik-baik saja." Jimin mulai bercerita, ia bilang di luar keadaan sangat mengerikan! Daging berserakan, darah menggenang dimana-mana. Kaca semuanya sudah pecah, dan kaca? Kaca? Itu dia, aku tahu bagaimana bisa keluar dari sini.

"Bagaimana kita menuju ruang konseling?" Tanyaku dengan jimin. "Ruang bk? Kenapa kita harus kesana?"

"Karena itu kaca yang langsung tembus dengan jalan luar!" Aku bersemangat, aku akhirnya bisa menyelamatkan teman-temanku. "Hah! Ya aku ingat, aku ingat kaca itu! " Luhan pun kembali bersemangat dengan adanya secercik cahaya.

Jimin berdiri, "Tapi bukankah kesana akan melewati aula?" Aku kembali melemas, ya... kami harus melawati aula, dan kembali menjadi mangsa.

Ya Tuhan!











[Reupload]

Close and Closed Up [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang