Regan tersenyum miring pada Binar di sebelahnya. Seperti biasa, Binar hanya membalas dengan tatapan tak berminat dan meremehkan.
Melihat ekspresi Binar, Regan justru tertawa. Membuat Bu Lala — yang terkenal galak — seketika berdeham kepadanya.
Tapi bukan Regan namanya kalau akan langsung kikuk dengan hanya didehami oleh guru. Cowok ganteng berlesung pipi itu kembali menegakkan badan, bersandar pada mahkota kursi.
Demi menjaga citranya, Regan berlagak fokus pada lembar jawaban. Ngomong-ngomong, bukan hal sulit bagi Regan mengerjakan soal-soal Bu Lala.
Kalau boleh sombong, Regan sudah selesai mengerjakan semua soal. Bila mau, ia bisa keluar kelas sejak tadi. Tapi Regan lebih memilih tetap di sini — bermain-main dengan jelmaan patung es di sebelahnya — Binar.
Regan ingin memastikan bahwa Binar tidak lupa dengan janji mereka sepulang sekolah nanti.
Regan menatap Binar lagi. Cowok itu rupanya juga sudah selesai mengerjakan. Ia mulai nampak kesal dengan kelakuan Regan yang terus mengganggunya sejak tadi.
Binar tahu kok apa gerangan yang membuat Regan tak bisa diam seperti cacing dijemur. Tapi Binar malas meladeni Regan – alias orang sombong tak tahu diri.
Binar mengacungkan tangan. "Bu, saya sudah selesai!"
Bu Lala bergegas mengambil lembar jawaban dan juga soal Binar. “Oke, kamu boleh keluar, Binar.”
Rega tidak terima. Apa-apaan? Mana bisa Binar sama sekali tak mengacuhkannya, sementara Regan sudah menunggu kepastian dari pemuda itu selama hampir 15 menit?
Tanpa tedeng aling-aling, Regan pun bergegas meyerahkan lembar jawabannya pada Bu Lala, kemudian buru-buru mengejar Binar.
"Heh, Binar ... tungguin!" seru Regan begitu keluar dari kelas.
Binar berbalik dengan malas. "Kenapa lagi, sih?"
"Cih ... dia malah nanya! Lo nggak lupa, kan?"
“Mana mungkin gue lupa? Justru gue takut lo yang lupa. Ya wajar, soalnya lo udah tua!”
Regan yang tadinya ingin marah justru terbahak. "Oke, lah. Bagus kalau lo nggak lupa. Kalau gitu sampai ketemu nanti siang, Bin. Awas kalau lo sampai nggak dateng!"
"Seharusnya gue yang bilang gitu, Gan!" Binar segera pergi melanjutkan langkahnya.
Rega sebenarnya geram dengan sikap Binar. Tapi ia tidak ingin memulai di sini. Regan pun segera berbalik dan mencari sesuatu yang sekiranya menyenangkan untuk dilakukan.
***
"Mas Regan ke mana aja, sih?" Rena menghadang laju motor Regan.
"Lho ... sejak kapan kamu di situ, Ren?" Regan terkejut.
“Aku dari tadi di sini nungguin, Mas Regan,” kesal Rena.
Regan baru ingat, ia punya janji dengan Rena. Tapi sebenarnya Regan puas sekali melihat Rena merajuk seperti itu.
Rena bersekolah di SMK khusus wanita yang berada di seberang sekolah Regan dan Binar. Cewek cantik dan menggemaskan itu menunggu di sini untuk menagih janji Regan.
“Maaf ya, Ren. Hari ini aku lagi ada janji. Ada sesuatu yang harus aku lakukan. Gimana kalau besok aja?”
“Mana bisa Mas Regan! Aku telanjur nunggu di sini lama. Masa Mas Regan nggak jadi anter aku pulang? Duitku telanjur habis buat beli pentol!”
"Ren, maaf ya. Tapi aku lagi ada urusan penting," sesal Regan. “Janji anter pulangnya, ditunda besok aja, ya?”
"Yah ... Mas Regan gimana, sih? Kan aku butuh dianter pulangnya sekarang. Kalau Mas Regan nggak bisa anter, terus aku gimana, dong? Masa pulang jalan kaki!" Rena sampai mengentakkan kakinya beberapa kali saking kesalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepupu Jahanam
Romance[Bukan BL] Binar memiliki sepupu gila bernama Regan. Sejak Regan menumpang hidup di rumah keluarga Binar ... hidup pemuda itu serasa berpindah ke neraka jahanam. Orang tahunya Regan itu baik. Tapi tidak pada Binar.