Friend

333 65 45
                                    

Aku mengalami hal-hal gila setelah bertemu orang-orang ini.

Ji Hyeon's POV

Aku terus berlari menyusuri koridor dan menuruni anak tangga untuk keluar dari gedung besar ini.

Tanganku menggenggam erat tangan seorang gadis yang statusnya adalah temanku. Teman sialan yang sedari tadi terus mengumpat karena langkahku yang sangat cepat membuatnya kelelahan. Tapi aku tak peduli.

Keringatku bercucuran. Sialnya aku memakai sebuah hoodie putih yang dilapisi dengan blazer biru langit, jeans hitam pekat yang membungkus kedua kakiku, sepatu sneakers putih dengan kaos kaki tebal, dan masker hitam di wajahku. Pakaian yang kukenakan membuat tubuhku semakin terasa panas.

Ransel biru gelap yang ada di punggungku terus berguncang dan sesekali tali ransel turun ke sikuku. Aku harus berlari dengan tetap menjaga ranselku agar tak terjatuh.

"Yakk! Hentikan langkah kalian! Yakk!"

Kata-kata lelaki bertubuh kekar dengan jas hitam dan tentunya kacamata hitam itu terus terdengar menggema di telingaku. Ini menandakan seseorang mengejar kami berdua.

Aku tau benar siapa orang itu. Bahaya kalau aku tertangkap olehnya.

Dadaku naik turun semakin cepat. Aku bisa kehabisan nafas disini.

Gila. Aku tak mau masuk ke daftar toplist di surat kabar besok dengan judul,

'Dua Orang Sasaeng Fans Meninggal Kehabisan Napas Saat Berusaha Kabur'

It's sound interesting. But crazy, right?

Lagi. Aku bukan sasaeng. Hanya teman sialanku ini yang sasaeng. Aku hanya membantunya keluar dengan selamat dari gedung ini, sungguh.

Kakiku terus berlari menuruni anak tangga semakin jauh, hingga jarak sekitar lima meter dari pintu keluar suara langkah yang mengikuti kami tak terdengar lagi.

Aku mulai menengok ke belakang untuk memastikan bahwa orang itu sudah tak mengejar kami. Tapi aku tak fokus ke depan, dan,

Bugh

Aku menabrak seseorang. Tubuhku langsung terlempar begitu saja. Begitu juga temanku. Genggamanku terlepas.

"Arkh.."

Aku meringis saat berusaha mengangkat tubuhku untuk berdiri. Tangan kananku terasa nyeri. Tangan itulah yang menopang tubuhku saat terjatuh tadi.

Aku telah berhasil menegakkan tubuhku. Tanganku menarik tali ransel yang turun ke siku untuk mengembalikan posisinya dan mengusap blazer biru langitku kasar. Padahal tak ada sedikitpun noda yang menempel.

Kubuka masker hitam yang menutupi sebagian wajahku. Dengan asal-asalan aku merapikan surai panjang di kepalaku.

Pandangan mataku kuarahkan ke bawah. Kulihat sepasang kaki berbalut sepatu timberland menopang tubuh seseorang dengan jarak satu meter dari kakiku.

Sepatu itu sukses membuat kedua mataku membulat sempurna. Kedua tanganku membeku dan tak mau melanjutkan aktivitasnya.

Gila. Ini gila. Seharusnya aku tak bertemu dengannya seperti ini.

Thank's [jjk]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang