Heyyooo~~~
Putri kembali. Ada yang kangen dengan Putri nggak? ヽ(*≧ω≦)ノ #nggak ada yang tanya #mingkem
Oke oke. Hari ini sesuai janji Putri minggu lalu, lanjutan dari The Cintrollier. Perjuangan yang melelahkan di mana Putri lagi stuck alias buntu ide selama menulis cerita ini. Apalagi Putri lagi sibuk-sibuknya praktek mengajar (Putri kuliah di jurusan pendidikan dan sekarang sedang sibuk yg namanya praktek dan nyusun skripsi), belum lagi tugas bikin naskah drama yang bakal dibawakan pas akhir semester. Bertambahlah berat badan Putri #salah (T▽T)v
By the way, anyway, bus way, untuk beberapa chapter lagi, Putri masih fokus sama keseharian Mia di akademi. Soal apakah ada adegan tarung-bertarung bakal Putri munculkan setelahnya. Jadi sabar aja ya bagi yang nungguin adegan action-nya. 😂👌 Putri usahakan secepatnya, jadi kalian bisa menikmati adegan bertarung yang menegangkan (?) dengan popcorn dan minuman di tangan #apa lagi ini??
Yosh, udahan deh prakatanya. Pasti udah nggak sabar baca, jadi silakan scroll ato pindah ke halaman selanjutnya. Happy reading guys!
===================================Mia menghembuskan nafas jengkel sambil memandangi penampilannya yang sekarang terpantul di cermin. Malam ini dia terpaksa berdandan lebih dari biasanya karena malam ini adalah pesta penyambutan kembalinya para murid Evergreen Academy. Sebenarnya dia bisa saja menolak untuk ikut ke pesta itu, tapi dia tidak ingin membuat Fernant berjalan ke asramanya dan menghebohkan para siswi karena kedatangannya.
Asal tahu saja, Mia tidak suka jika ada yang menatap Fernant, terutama para wanita, karena dia benci dengan tatapan mereka. Sejak dulu Mia membenci para wanita yang berusaha menggoda Fernant. Ingin dia menggunakan magic-nya untuk menyadarkan kalau mereka harus melewati Mia dulu untuk bisa mendapatkan Fernant.
Kedengaran seperti seorang brocon (Brother Complex) ya? Tapi itulah yang selalu Mia rasakan ketika dia berjalan bersama Fernant, bahkan walau pemuda itu selalu menyatakan tidak ada wanita lain yang bisa menggugah hatinya kecuali Mia sendiri.
Tapi...
Tunggu, kenapa dia malah memikirkan hal itu sekarang?
Tanpa sadar Mia menghembuskan nafas lagi, kali ini lebih keras.
"Mia? Kamu sudah selesai berdandan?"
Lavender baru saja keluar dari kamar mandi dan sudah mengenakan gaun berwarna ungu lavender, seperti namanya. Rambut sebahunya dibiarkan tergerai dan dibuat mengembang dibantu Diana yang sedang duduk di sisi tempat tidurnya sambil mengoleskan mascara ke bulu matanya.
"Sudah, seperti yang kamu lihat." Mia tersenyum pada Lavender.
"Kamu cantik sekali. Persis seperti seorang putri." Puji Lavender sambil menatap gaun yang dikenakan Mia, "Biar kutebak, itu pasti pilihan Kak Fernant, seleranya?"
Mia mengedikkan bahu sebagai jawaban. Teman-temannya, bahkan Luz dan Morgan juga tahu hampir semua pakaian yang Mia punya selalu berasal dari Fernant. Entah dari mana pemuda itu mendapatkan ukuran pakaian yang cocok dan modis untuk dikenakan Mia. Tapi toh sebenarnya pakaian apa pun yang dikenakan gadis itu selalu membuatnya tampak cocok dan mengundang rasa iri di setiap wanita yang melihatnya.
Tidak hanya wajahnya yang cantik dan selalu tenang, tubuhnya yang tinggi semampai, bola mata ungu yang selalu menatap teduh, dan juga tutur kata yang begitu halus dan sopan, membuat Mia disukai semua orang. Belum lagi kulitnya yang putih dan badannya yang lentur seperti penari balet. Juga nilai akademik dan seninya yang luar biasa. Bertambahlah nilai yang membuat para wanita iri pada Mia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Velverian Legacy Book One ~ The Cintrollier [End]
FantasyMia Vanaro bisa dibilang sempurna. Otaknya cerdas, mampu menguasai sihir level tinggi, cantik, dan berasal dari keturunan keluarga bangsawan Vanaro, keluarga yang paling dekat dengan keluarga Kerajaan Azzaleneth, Velveria, yang kini sudah punah dan...