Nyahoo~~~!!
Ketemu lagi sama Putri! Ada yang kangen nggak? Kangen kan? Iya kan? #maksa #dipentung pake sepatu
Maap maap. Soalnya Putri lagi stres mikirin tugas-tugas kuliah yang makin menumpuk, belum lagi praktek mengajar yang juga menghadang di depan mata. Maklum, udah semester tua, jadinya banyak cobaan dan godaan yang menggoda iman. #apaan ini? #gaje 😂😂👌👌
Dan maaf Putri belum bisa kasih liat pict tokoh-tokoh yang ada di sini. Karena tugas dan praktek, terus ngebut nyelesain cerita yang lain otomatis bikin Putri nggak sempet menggambar ilustrasi para tokoh tercyintah. #lebay amat 😂🔫
Oh ya, dari sekian banyak novel Putri yang udah pernah Putri posting di blog pribadi akan Putri posting di sini. Judulnya apa? Bersabarlah anak-anakku sekalian~ #plak
Becanda ja ulun. Kaina dahulu lah, bersabar dahulu. #tiba-tiba pake bahasa banjar 😂🔫
Judul novel yang akan Putri posting berikutnya bakal Putri kasih tau di akhir chapter ini. Jadi silakan bersabar dulu. :3
Oke, kayaknya udah pada nggak sabar pengen baca ya? Langsung aja scroll ato pindah ke halaman berikutnya.
Selamat membaca! #mmuaaahh 😘😘
=================================Tepuk tangan membahana ketika Mia selesai memainkan pianonya. Gadis itu berdiri dan membungkuk memberi salam atas tepuk tangan yang ditujukan padanya dan langsung mencari Fernant. Dia menemukan pemuda itu berdiri cukup jauh dari keramaian dengan senyum terulas di bibirnya.
"Permainan pianomu semakin hebat. Aku bangga padamu." Kata Fernant sambil mencium kening Mia.
"Terima kasih." Mia tersenyum tipis.
"Tapi sayang sekali aku harus segera pergi. Masih banyak hal-hal yang kuurus."
Senyum Mia memudar dan dia menghela nafas mendengarnya.
"Hei, apa kamu menghela nafas seperti itu karena akan merindukanku?" kata Fernant menggodanya.
"Aku tidak pernah mau berpikiran seperti itu." balas Mia, "Tapi, yah... mungkin sedikit."
Fernant tertawa kecil dan menepuk kepala Mia.
"Aku tidak akan pergi jauh, lagipula aku tidak akan mungkin melakukannya." kata pemuda itu, "Kamu tahu kenapa alasannya, Mia."
Mia mengangguk.
"Kalau begitu pergilah, aku tidak akan menghalangimu." Kata Mia lagi.
"Ya, aku pergi dulu. Jaga dirimu dan sampai bertemu lagi ketika turnamen dimulai."
"Mmm. Sampai bertemu lagi."
Fernant mencium kening Mia lagi sebelum akhirnya berbalik dan pergi meninggalkan auditorium.
"Hei, Fernant-senpai mau pergi ke mana?" tanya Luz yang tiba-tiba sudah berdiri di samping Mia.
Begitu juga ketiga temannya yang lain. Mia cukup terkejut dengan kemunculan mereka yang tiba-tiba, tapi ekspresi wajahnya tetap tenang.
"Masih ada urusan yang harus diselesaikannya, jadi dia pamit pulang duluan." Jawab Mia.
"Hee... pasti tugas-tugas dokumen yang menumpuk." Kata Luz sambil bergidik, "Itulah yang kubenci dari pekerjaan di belakang meja. Aku lebih baik bekerja di lapangan dan bertemu monster-monster dan mengalahkan mereka."
Mia hanya tertawa kecil mendengar ucapan Luz.
"Acara dansa dimulai lagi." kata Lavender, "Mia, bagaimana kalau kita bertiga berdansa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Velverian Legacy Book One ~ The Cintrollier [End]
FantasyMia Vanaro bisa dibilang sempurna. Otaknya cerdas, mampu menguasai sihir level tinggi, cantik, dan berasal dari keturunan keluarga bangsawan Vanaro, keluarga yang paling dekat dengan keluarga Kerajaan Azzaleneth, Velveria, yang kini sudah punah dan...