chapter 3

742 69 1
                                    

Hai readers! Putri di sini! XD #Nggak nanya
Sori Putri baru ngomong sekarang. Soalnya Putri jarang ngomong panjang kali lebar dulu sebelum upload cerita apalagi Putri baru beberapa bulan ini pake wattpad walau udah lama jadi member di sini. 😂😂

Btw, Velverian Legacy buku pertama udah memasuki chapter ketiga. Gimana cerita ini menurut para readers sekalian? Apakah ceritanya seru? Bikin ser-seran (apaan ini??)? Ato malah ngebosenin? Soalnya ini pertama kali Putri bikin cerita yg ada unsur sihir dan sejenisnya. Biasanya Putri selalu bikin cerita berdasarkan mood aja. Kalo ngejar deadline mungkin lain lagi ceritanya ya #nggak nanya plis 😂😂

Anyway, Putri udah bilang di bio Putri kalo nanti bakal upload cerita yg juga udah diposting di blog pribadi. Walau nggak tau kapan tapi Putri janji bakal upload secepat yg Putri bisa dan asalkan nggak sibuk di real life aja. 😆👌

Okay, tanpa banyak babibu lagi, selamat membaca chapter ketiga ini ya!

Happy reading!
=================================

Tidak hanya Mia yang terkejut melihat Adnan, pemuda itu pun juga merasa terkejut melihat gadis yang dianggapnya merepotkan dan menyusahkan itu ternyata ada di ruangan Meister Lordon dan sedang berbicara akrab dengan beliau. Namun, sedetik ia terkejut, sedetik kemudian dia memasang ekspresi tidak senang kepada Mia yang memandangnya.

"Maaf saya terlambat, Meister Lordon." Kata Adnan sambil membungkukkan badannya.

"Tidak apa-apa, Anakku. Sekarang duduk, bergabunglah dengan kami untuk menikmati teh pagi yang disiapkan oleh Nona Vanaro."

Adnan mengangguk sedikit dan duduk di kursi di samping Mia.

Gadis itu segera menghidangkan teh untuk Adnan. Ekspresi Mia tampak datar ketika menyuguhkan minuman tersebut, namun gadis itu tidak menghiraukan tatapan Adnan yang penuh kecurigaan kepadanya.

Meister Lordon menatap Adnan dan Mia satu-persatu sambil tersenyum tipis. Diletakkannya kembali cangkir teh di tangannya keatas meja dan berdeham.

"Kalian tahu kenapa kalian berada di ruanganku?"

"Untuk menimba ilmu dari Anda, Meister Lordon." Jawab Mia sebelum Adnan sempat menjawab.

"Benar, untuk menimba ilmu dariku. Tapi, apa tepatnya ilmu yang kuberikan?"

Lagi-lagi sebelum Adnan menjawab, gadis di sampingnya sudah lebih dulu menjawabnya.

"Ilmu itu adalah seni bertarung yang sudah diwariskan oleh Kerajaan Azzaleneth beratus-ratus tahun lalu, juga ilmu mengendalikan energy magis yang ada di dalam tubuh kita dan mengelolanya agar menjadi tak terbatas selama bertarung dengan makhluk kegelapan seperti Grimm dan juga Beowolf. Dan untuk tahun ini, Anda akan mengajari bagaimana cara mendesain senjata yang sesuai dengan kekuatan dan energy magis yang kami miliki, serta seberapa besar tingkatan energy yang ada dalam tubuh kita agar menjadi pasokan utama energy untuk melindungi diri, tetapi juga untuk senjata kita."

"Benar, anakku. Benar sekali." Meister Lordon mengangguk-angguk. "Nah, Adnan, kamu mendengar sendiri dari Nona Vanaro. Tahun ini aku mengangkatmu sebagai salah satu muridku bersama dirinya untuk mempelajari ilmu tingkat lanjut warisan kerajaan."

Adnan melirik tidak suka kearah Mia, tapi mau tidak mau menganggukkan kepalanya pada Meister Lordon.

"Kita akan memulai pelajaran kalian sepuluh menit lagi." ujar Meister Lordon, "Aku akan menyingkirkan beberapa barang terlebih dulu agar tempat ini lebih luas untuk kalian bisa berlatih. Sementara itu kalian bisa menikmati teh pagi dan kue-kue kecil ini karena kalian akan membutuhkan cukup tenaga agar bisa mengikuti pelajaranku."

Velverian Legacy Book One ~ The Cintrollier [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang