Bagian 5

21 3 0
                                    

Elshanum

"Senengnya udah hari jumat," celetukku sambil mengoles nutella pada dua lembar roti tawar.

Dega menatap bingung ke arahku. "Emang kenapa kalo hari jumat?"

"Ya nggak papa sih. Kan enak aja gitu, besok gue bisa spent time sama kasur."

"Iya, lo kan jones. Jadi cuma bisa spent timenya sama kasur. Hahaha!" Aku mencibir ke arah Dega. Sedangkan Mama dan Papa hanya menggelengkan kepala mereka. Mungkin karena kelakuan kita, entahlah.

Setelah menghabiskan sarapan, aku pamit sama Mama dan Papa, dan dengan berat hati aku juga pamit sama Dega, karena aku nggak mau jadi adik durhaka.

Tin! Tin!! Tiin!!!

"Tuh, si Athan dah nyampe," ujar Dega, menunjuk dengan kepalanya ke arah pintu depan walau batang hidung Fathan belum keliatan. Sekarang dia juga sedang bersiap pergi ke kampus.

"Iyee."

Setelah itu aku dan Dega berjalan menuju pintu utama. Di halaman sudah ada Fathan yang masih setia nangkring di motornya sambil bermain ponsel. Lalu dia mengalihkan pandangan ke arahku dan Dega yang baru saja keluar rumah.

"Eh, bang Dega juga mau berangkat ya?" ujar Fathan. Dia turun dari motor dan menghampiri gue dan Dega.

"Iya, Than. Eh, lo mau-mau aja jadi tukang ojeknya Voldemort?"

"Eh, siapa yang lo bilang Voldemort?" ujarku sambil menjitak kepala Dega.

Dega langsung mengusap bekas jitakan dariku. Salah siapa bilang aku voldemort.

"Lo lah, jelas."

"Dasar upil kebo!" gerutuku. Fathan yang sedari tadi memerhatikan langsung tertawa.

Dega mendekati Fathan dan membisikkan sesuatu padanya. Hingga membuat Fathan menahan tawanya.

"Ngomong apa lo?"

Dega mengibaskan tangan dengan gaya sombongnya. "Nggak ngomong apa-apa kok. Cuma nyuruh Athan nyari pacar aja."

Aku terdiam dan menoleh ke arah Fathan. Dia hanya menahan senyumnya yang juga sedang menoleh ke arahku. Aku hanya diam dan langsung berjalan ke arah motornya Fathan tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Terdengar suara langkah kaki di belakangku, yang sudah pasti kalau itu Fathan. Aku berdiri di samping motornya Fathan, dia pun memberikan helm. Informasi nggak penting, motornya Fathan sudah di ambil dari bengkel hari kamis, lebih tepatnya kemarin sore habis pulang sekolah. Awas aja sampai mogok lagi.

Fathan berjalan ke motornya dan menaikinya, aku pun melakukan hal yang sama.

"Udah?" Fathan menoleh ke belakang, yang kubalas dengan anggukan.

Motor melaju pelan, menyusuri jalanan yang padat dengan keadaan dimana aku harus bertahan lagi dalam radius Fathan selama tiga puluh menitan ke depan.

**

Brak!

"Elo tadi bareng Fathan?"

Inka yang baru datang langsung menggebrak meja dan menanyakan hal itu saat aku sibuk sama cairan dalam gelas. Nyebelin.

Aku hanya mengangguk, melanjutkan minum es kelapa muda yang kadang bikin sebel sendiri sama buahnya yang berenang-renang waktu mau disendok.

Inka duduk di hadapanku. Saat aku mendongak ke arahnya, cewek itu menatap ke arahku dengan pandangan menyelidik. Bikin risih.

"Apaan?" celetukku akhirnya karena sudah benar-benar muak. Tapi Inka hanya menggeleng lalu mengakhiri pandangan menyelidiknya. Cewek itu pergi, mungkin memesan makanan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 01, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LemonadeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang