ALLAH
Laki-laki itu ternyata berdusta !
Setelah empat tahun aku menunggunya
Apa semua itu tak ada artinya ??
Gadis berparas ayu bernama Safira tetap dalam tangisnya, setelah kejadian satu minggu yang lalu mampu mengobrak-abrik hatinya. Cinta yang selama ini dia jaga, selama ini dia mempererat benteng pertahanannya agar tidak terjatuh pada laki-laki lain. Dan ternyata!
Dia hanya bisa pasrah dan ikhlas
Mungkin Allah akan menghadiahkan sosok lain untuknya
Safira memejamkan mata. Berharap likanya akan mengalir bersama tangisnya. Namun sosok tampan nan bersahaja itu selalu mengusik hidupnya, dan sederet kisah masa lalu mulai terkuak kembali dalam memori ingatannya.
30 Mei 2011
Langkahnya anggun bagai meniti pelangi, wajahnya bersinar seperti rembulan, bicaranya lembut seperti kain sutera dan matanya bening sebenining air. Gadis ayu itu bernama Safira, gadis yang mampu memikat pria ketika melihat paras indahnya.
Dan hanya satu pria yang bisa memikat hatinya, Raifan. Seorang mahasiswa magister hukum di Universitas ternama Jakarta. Pertemuan mereka terjad ketika keduanya sama-sama ingin pulag ke Surabaya, di halte bus.
" Maaf, apa kursi di sebelah anda kosong?" tanya seorang laki-laki sopan
Fira mendongak, menatap laki-laki itu sejenak.
" Iya." Jawab Fira mantap
" Boleh saya duduk disini? Kursi yang lain sudah penuh" ucapnya lagi.
Fira berpikir sejenak. Duduk berdua dengan laki-laki yang bukan mahromnya haram, tapi ketika dalam keadaan darurat? Lagi pula dia tak ada niatan untuk duduk berdua dengan pemuda itu. Akhirnya Fira menggeser duduknya seraya mengisyaratkan agar laki-laki itu duduk.
Sepertinya laki-laki yang baik
" Mau kemana?." Laki-laki itu bertanya sopan
Fira menoleh. " Surabaya." Jawabnya
" Tujuan sama. Perkenalkan nama saya Raifan." Laki-laki itu mengulurkan tangannya pada Fira, namun Fira hanya tersenyum kecil serya menelungkupkan kedua tangannya di depan dada.
" Safira." Ucap Fira tersenyum05 November 2015
Kejadian itu tak pernah mau hilang dari benak Fira, pertemuan pertama mereka di dalam bus. Kini semua itu benar-benar menjadi kenangan.
Allah, betapa sulit melupakannya.
Safira masih larut dalam lukanya. Dia ingin marah. Tapi pantaskah dia marah bila semua ini adalah ketetapan Nya? haruskah dia menggugat Tuhan hanya karena cinta yang semu itu. Tidak!. Itu bukan sifatnya. Dia ikhlas, walau begitu menyakitkan.
Robbi, tabahkan hatiku
10 Nopember 2013
Laki-laki itu memandang wajah teduh yang tertidur pulas di sampingnya. Wajah itu seperti langit mendung. Tak ada lagi keceriaan di wajahnya yang cantik. Perlahan, laki-laki itu membelai rambut istrinya, ada rasa iba disana bukan cinta.
Sosok itu perlahan membuka mata dan menepis tangan suaminya. Dia beranjak lalu pergi. Entah apa yang terjadi namun ernikahan iti tak pernah mereka harapkan.
Mentari terbit dari ufuk timur, perlahan cahaya silaunya masuk lewat celah dinding kamar bernuansa putih itu. Penghuni kamar itu sejam semalam tidak bisa memejamkan mata. Pikirannya kacau, ada dua malaikat yang sama-sama ada di hatinya.
Khianat
Kata itu selalu saja tergiang di benaknya, tapi dia bukan pengkhianat. Itu yang dia rasakan. Sosok itu bangkit lalu menuju belakang rumah , disanalah sang istri selalu berdiam diri bersama kesunyian. Sebentar lagi dia akan memiliki satu tanggung jawab baru. Perlahan dia mendekati wanita itu lalu memegang pundaknya.
" Sudah berapa kali aku katakan jangan mengasihaniku." Wanita itu bersuara.
" Aku suamimu, jadi sudah sepantasnya aku bersika seperti ini."
Wanita itu berdiri lalu membalikkan badan.
" Bukankah kamu menikahiku karena harta yang di berikan papa?"
Mendengar ucapan istrinya, dia mulai emosi. Seandainya dia tidak ingat permintaan terakhir Alm. Papa wanita itu dia sudah pergi meninggalknnya dan mecari kepingan hatinya yang telah dia tinggalkan.
" Sampai kapan kamu akan selalu menuduhku seperti itu? Sepeserpun aku tak pernah berharap harta papa kamu!."
" Bohong!"
" jika aku bohong, mungkin kamu sudah aku tinggalkan sejak dulu."
Lelaki itu sudah tidak bisa menahan amarahnya. Perkatann istrinya sydah begitu keterlaluan. Dia berusaha sabar dengan sikap kasar dan angkuh dari istrinya. Tapi kali ini kesabarannya seakan hilang. Dia membalikkan badan berniat pergi dari situ, tapi langkahnya terhenti.
" kalau begitu ceraikan saja aku, mas!!."
Cerai !!
Bahkan meskipun dia tidak mencintai wanita itu dia tidak pernah berfikir tentang perceraian. Baginya menikah hanya satu kali dan sampai seumur hidup. Dia tidak ingin ada kata Cerai dalam kehidupannya. Laki-laki itu membakikkan badan lagi,
" Kamu pikir pernikahan ini main-main? Kamu pikir pernikahan ini seperti barang yang dapat diperjual belikan, dan kamu pikir pernikahan kita hanya sebagai status?" Laki-laki itu mulai emosi
" Bukankah itu yang kamu rasakan?" istrinya menjawab
Laki-laki itu semakin mendekat.
" Demi Allah, aku menikahimu karna tulus dari hatiku bukan karena harta yang papa kamu janjikan!"
Wanita di hadapannya menangis, laki-laki itu tidak bisa melihat seorang peremuan menangis, dia ingin merengkuh istrinya dalam pelukan tapi keadaan tidak berpihak kepadanya. Dia memilih pergi membiarkan perasannya tenag sejenak. Dia yakin istrinya berkata seperti iyi karena emosi, layaknya wanita hamil pada umumnya.
02 April 2013
Rahman merasa lega akhirya dia erhasil melalui sidang skripsinya dengan lancar. Ini semua juga berkat bantuan Bapak Fahri yang tak pernah letih membimbingnya, guru besaf Fakultas hukum itu selalu membimbing anak-anak yang benar-benar serius dalam pendidikan, apalagi Rahman. Dia menilai Rahman adalah sosok pemuda yang cerdas, sopan dan bijaksana. Tidak salah dia membimbing Rahman selama ini. Bapak berusia lima puluh tahun iti hanya memiliki satu anak dan sekarang anaknya sedang menempun pendidikan di Hardvard University.
Rahman merebahkan tubuhnya ke kasur, dia tak menyanhka akan secepat ini di wisuda. Dia sudah tidak sabar ingin pulang, ingin bertemu kedua orang tua dan gadisnya di kampung tercinta. Namun meskipun dia pulang, gadisnya itu tak akan ada disana, dia sedang menempuh pendidikan dokternya di luar negri.
Rahman meraih sesuatu dalam dompetnya. Dia tersenyum geli. Begitu banyak beban rindu yang dia pikul untuk gadisnya,
Robbi, jadikan dia halal untukku
" Wah, yang laagi jatuh cinta nih." Ifan teman sekamar sekaligus sahabatnya itu duduk di samping Rahman.
" Ah, nggak kok." Rahman bohong
" Udah jangan bohong sama sahabat sendiri, nanti kualat loh"
" Aku takut di ambil kamu, hehe." Canda Rahman
" ngomong-ngomong pacarmu itu ada dimana?" tanya Ifan serius.
" Dia kulis kedokteran di luar negri."
" Jadi kalian LDR-an dong?"
Rahman mengangguk lemah, dia rindu gadisnya.
" Kamu yakin dia tetap setia sama kamu?"
" Aku yakin dia setia kok." Jawab Rahman yakin
" Alasannya?" Ifan belum yakin
" Sederhana. Saat aku mulai jatuh cunta atau suka sama orang lain, artinya dia juga sepert itu. Semuanya berasal dari kita sendiri, Fan." Kenapa kamu tanya itu atau jangan-jangan kamu pernah di selingkihin ya?" lanjutnya
" Boro-boro di selingkuhin, pacaran saja nggak pernah."
" Kenapa? Giliran Rahman yang bertanya.
" Aku ingin mencintai satu wanita yang akhirnya akan menjadi pendamping hidupku untuk selamanya." Jawab Ifan disertai senyuman kecil.
Rahman memang mengagumi sifat sahabatnya, dia bukan keturunan kiai tapi akhlaknya tidak usah di ragukan lagi. Dia bersyukur bisa bertemu dan bersahabat dengan Ifan.
Mereka berdua bertemu ketika penerimaan mahasiswa baru. Keduanya sama-sama meraih nilai tertinggi namun di fakultas yang berbeda. Rahman yang saat itu memilih fakultas Hukum dan Ifan di fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). Lalu keduanya sama-sama menjadi ketua BEM . bedanya Ifan sedikit pemalu dan kurang terbuka sementara Rahman sosok yang berani dan tegas. Lalu mereka menempati asrama yang sama, dan dari sanalah kisah pesahabatan mereka berawal.
Awal nopember 2014
" Bapak mohon Rahman, tolong bantu bapak. Saya tidak ingin nama baik saya hancur."
Ucapan bapak Fahri membuat Rahman bingung.
Menikah !!
Dia memang pernah mengatakan bahwa dia akan menikah ketika impiannya menjai seorang pengacara terwujud. Dan sekarang kenapa pernikahan seperti ini yang menghampirinya.
" Saya mohon Rahman, " kata pak Fahri memelas
Ya Allah bagaimana ini?
Rahman masih enggan membuka suara, laki-laki di hadapannya itu begitu baik dan banyak berjasa dalam hidupnya. Sekarang laki-laki itu meminta satu pertolongan yang mungkin begitu berat untuk dia penuhi.
" Saya yakin hanya kamu yang bisa menjaga putri saya, sebelum saya benar-benar pergi."
Rahman semakin panik. Mendadak wajah Gadis nya hadir dalam benak. Dia sudah verjanji akan melamar gadis itu tapi ada sebuah tanggung jawab lain yang harus dia utamakan. Tanggung jawab untuk menolong seseorang yang teraniaya. Mana yang harus dia utamakan?
Duh gusti beri petunjukmu
Laki-laki itu menggenggam tangan Rahman, begitu erat seraya memohon belas kasihan.
" Saya siap pak!!" akhirnya Rahman bersuara
Pak Fahri memandang Rahman dengan mata berbinar lalu memeluknya erat.
Allah semoga ini yang terbaik
Maaafkan aku...
Rahman sudah menentukan pilihan. Tidak lama lagi dia akan melangsungkan pernikahan. Tidak harus pernikahan yang mewah cukup ada keluarga mereka berdua.
Rahman masih menempelkan handphone di telinganya, ucapan seorang wanita sejak tadi tak di gubrisnya. Dia bingung harus memulai dari mana. Sanggupkah dia mengatakan perihal pernikahannya yang mendadak pada wanita tercnitanya itu?
" Bu, Rahman akan menikah." Suara Rahman bergetar.
" Kamu tidak main-main nak?." Tanya wanita itu
" Insyaallah aku benar-benar akan menikah." Lanjut Rahman
" Siapa gadis itu nak".
" Seorang gadis yang memang harus aku nikahi demi sebuah tanggung jawab."
Ibunya diam. Mungkin di sebrang sana sang ibu tengah berpikir macam-macam.
" Tapi Rahman tidak seburuk itu bu,." Rahman mencoba menepis semua prasangka buruk ibunya.
" Semua terserah kamu nak, ibu yakin yang kamu lakukan itu benar. Ibu sama Bapak cuma bisa berdoa untuk kebahagiaan keluargamu." Ucap ibu
" Bu,,,." Suara Rahman tercekat
Dia tak siap mengatakan hal ini, dia memejamkan mata sejenak. Menghela nafas lalu mulai berkata.
" Rahman mohon jangan ceritakan hal ini pada siapapun, termasuk Dia." Lanjut Rahman.
Betapa kejam aku??
Rahman meletakkan Handphone nya di atas meja. Pikirannya kembali kacau. Restu sang ibu sudah dia dapatkan apakah Gadisnya juga akan merestui jika dia tahu semua ini?
Tanpa Rahman sadari ada buliran air mata yang mulai menetes. Seorang pengacara hebat seperti Rahman menangis? Apa ada yang salah jika dia menangis?. Dia terlalu rapuh untuk hal ini. Dia pernah memimpikan sebuah pernikahan yang indah bersama gadis yang di cintainya, pernikahan yang hanya terjadi satu kali dalam hidupnya.
" Kamu menikahinya sampai dia melahirkan, selama itu pula kamu tidak akan berhubungan badan dengan nya,jadi kamu tidak mengkhianati gadis mu itu. Kamu itu menolang dia dengan cara menikahinya." Papar Ifan tegas.
Rahman semakin bingung. Benarkah yang di ucapkan Ifan? Lalu, dia akan menceraikan wanita itu setelah dia melahirkan. Bukankah prinsipnya hanya menikah sekali seumur hidup? Itu sama dengan dia mempermainkan Agama, padahal dia laki-laki beragama.
" Apa tindakanku ini benar Fan?"
" Tindakan mu ini untuk menolong orang sudah begitu mulia, aku bangga sama kamu sobat."
" Di lain sisi aku telah menghianati Gadisku." Kata Rahman dengan raut sedih.
Ifan menyentuh pundak Rahman.
" Kamu lupa firman Allah, bahwa Dia telah menciptakan manusi ber pasang-pasangan. Jika gadis itu adalah jodohmu, insyaallah kalian pasti bersatu."
" Mungkinkah dia akan menerima statusku yang sudah menikah ini"
" Rahman, cinta itu tiidak butuh alasan, hanya terkadang kita yang menciptakan alasan kalau gadis itu benar-benar mencintai kamu dan akan menerima kamu sepenuh hati"
Gadisnya perempuan yang lembut dan sabar.
" Rahman, pernikahan itu sebuah amanah, berarti kamu adalah orang yang dipercaya, jadilah suami yang baik, shaleh dan bahagiakan istrimu, meski kamu tidak mencintainya, ciptakan syurga di istana kecil kalian," Ifan menasehati.
Beruuntung sekali Rahman memiliki sahabat seperti ifan. Sosok yang berwibawa dan selalu memberikan masukan yang positif ketika Rahman merasa hidupnya yang paling buruk. Ifan menyadarkannya bahwa kehidupan itu akan dihiasi oleh warna, kadang hitam, putih, kuning bahkan kelabu. Tergantung bagaimana kita menyikapinya.
Dan untuk masalah rumit ini, lagi-lagi Ifan yang menyadarkannya. Rahman memeluk Ifan, pelukan hangat seorang sahabat yang akan selalu dia rindukan. Ifan begitu baik, semoga Ifan mendapat istri yang sholehah.
" Kamu bukan hanya menjadi seorang suami akan tetapi calon Bapak untuk anakmu, bahagiakan mereka, aku yakin kamu adalah pemimpin yang baik"
" Terima kasih sobat, sungguh aku beruntung memiliki sahabat sepertimu"
"itulah gunanya ada persahabatan," Ifan tersenyum.
Dan malam-malam berikutnya Rahman tak henti-hentinya bermunajat kepada Allah, memohon petunjuk atas pilihan yang dia pilih. Malam terakhir dia bermunajat, malam menjelang akad, seperti ada cahaya yang ia lihat di mimpinya. Cahaya yang akirnya berubah menjadi sosok perempuan cantik dalam bulatan kerudung putih. Sosok itu tersenyum seraya mengulurkan tangannya kepada Rahman.
Astaghfirullah . . . .
Rahaman bangun, mengusap wajahnya lalu beranjak mengambil air wudhu' apakah itu jawaban dari dari Allah ? Benarkah wanita itu yang Allah takdirkan untuknys ? Rahman tak hentinya berdo'a semoga keputusannya bersamaan dengan ridho ilahi.
Usai sholat subuh, Rahman meraih sesuatu dalam dompetnya. Foto gadisnya. Dia lalu meletakkan didalam kotak dan menyimpannya didalam lemari, dia tidak berniat mengkhianati gadisnya, apalagi melupakannya. Dia hanya butuh waktu untuk menjelaskan semua yang terjadi dalam hidupnya.
Rahman yakin Allah yang tahu segala maksudnya.
Bismillahirrohmanirrohim.