Bab 2

40 3 0
                                    

20 April 2011
Fira merapikan kerudungnya,meskipun berkelana di negri orang ia tetap berpakaian sebagaimana tuntunan agamanya. Dia tak pernah malu, karna bagi Fira krudung adalah jati dirinya sebagai seorang muslimah. Jadi meskipun temannya mengolok-olok dirinya dia tak peduli. Hanya satu orang yang dengan setia tetap mendukungnya seperti itu. Shinta, Mahasiswa Jurusan Desaigner asak Jakarta. Dia pun muslim, tapi ketika Fira bertanya tentang pakaiannya, dia menjawab :
" Aku belum siap Fir, mungkin setelah aku nikah, itupun kalau suamiku alim, hehe " ucap shinta asal.
" Kalau suamimu gak alim gimana ?" Fira menimpa
" Aku pikir-pikir dulu deh, "
" Shinta . . . Shinta, bulan depan kamu jadi pulang ?"
" iya Fir, kasihan bokap sendirian dirumah. Kamu ?"
"insya Allah aku juga pulang"
" Fir, boleh aku tanya sesuatu ?"
" Hmm ... "
" Kenapa kamu tidak mau pacaran ?"
Pertanyaan Shinta membuat Fira sedikit bingung untuk menjwabnya. Pertanyaan itu juga pernah dilontarkan oleh teman-teman kelasnya, karna bisa dibilang hanya dia yang tidak memiliki kekasih.
" Gampangnya, pacaran itu Haram. Aku gak mau pacaran, tapi kalau ada yang cocok langsung nikah aja."
" Udah siap nikah ?"
" Kalau waktunya kenapa tidak ?"
Shinta beranjak ke tempat tidurnya lalu membaringkan tubunhnya ke kasur yang empk itu.
" Kalau kamu nikah duluan jangan lupa undangan buat aku ya, ( "
" Oke, kamu juga "
Begitulah kehidupan Shinta dan Fira. Mereka bersahabat sejak menempati asrama yang sama meski beda jurusan. Safira mengambil S-2 Kedokteran. Sementara Shinta Desaigner. Mereka layaknya saudara. Sebagai sahabat Fira ingin merubah pandangan Shinta tentang islam.
Suasana pagi di negara Pangeran William berbeda dengan Surabaya. Bila di daerahnya Fira melihat para petani berbondong ke sawah, disini berbeda. Fira sudah bangun sejak suara adzan Subuh di Hp-nya berbunyi. Dia sedang merapikan tempat tidurnya, diliriknya Shinta yang masih terlelap.
" Shin, bangun Shalat Subuh." Ucap Fira
" Aku masih ngantuk Fir, nanti aja"
" Sudah hampir setengah enam"
Tak adan komentar dari Shinta, Safira berlalu meninggalkan Shinta ke kamar mandi.

Universitas Hardvard
Safira mempercepat langkahnya menuju ruang kelasnya di lantai 12. Fira termasuk Mahasiswa beruntung. keberadaannya di Universitas Harduard ini karna beasiswa dari pihak kampusnya di Surabaya. Selain memiliki otak cemerlang, Fira juga dikenal sebagai Mahasiswa yang cepat dan mudah beradaptasi dengan lingkungan. Tidak sampai setahun dia sudah banyak kenal dengan Mahasiswa lain dari berbagai jurusan dan berbagai daerah. Salah satunya adalah Fatimah, Mahasiswa asal Turki Jurusan Jurnalistik. Bersama dialah Fira selalu mengadakan kajian tentang Islam.
" Assalamu'alaikum Safira " Ucap seorang Wanita dengan logat arabnya.
" Safira menghentikan langkah lalu menoleh kesamping. Sosok wanita dengan ciri khas berpakaian gamis dan kerudung lebar hingga dada berjalan mendekatinya.
"Wa'alaikumussalam fatimah " Jawab Fira
" ada sesuatu yang ingin saya sampaikan " mendadak wajah Fatimah mendung. Apa yang terajdi pada wanita Turki ini " pikir Fira
" Saya akan kembali ke Turki dan menetap disana"
Fira keget, sebab apa yang menjadikan Fatimah berkata seperti itu.
" saya dipaksa menikah Fir, " Fatimah menangis lalu memeluk Fira erat.
Ya Allah tabahkanlah hati sahabatku
Fira tak bisa berbuat apa-apa dia hanya bisa mendukung keputusan yang telah Fatimah pilih.
Satu sahabatnya telah pergi, Fira begitu merasa kehilangan. Sebab hanya Fatimah satu dari beberapa muslim disitu yang mendukung kegiatan agama yang Fira lakukan.
"tanang Fir, masih ada aku kok" Shinta berusaha menghibur Fira, karna dia tahu kedekatan Fira dan Fatimah.
Dia memang memiliki Shinta yang memang siap mendengarkan keluh kesahnya. Tapi Fatimah,? Tidak ada satu orangpun yang bisa memahaminya seperti Fatimah.
06 November 2015
Safira meraih sebuah foto yang bertahun-tahun terpasang di dinding kamar. Ia meraih foto itu lalu membantingnya. Semua tak seperti dulu". Pikir Fira
"semuanya berubah !"
Dia ingin melupakan lelaki yang telah mengobrak-abrik hidupnya. Sulit. Setiap kali mencoba membuka hati untuk orang lain, bayangan lelaki itu selalu hadir.
Ya Allah sampai kapan aku begini ?
Apalagi perkataan mama yang selalu menghantuinya.
" Untuk apa menunggu lelaki seperti dia , tak ada gunanya !"
'Fira mencintainya ma, "
" Cinta ! jika itu memang cinta, dia tidak akan membuat kamu seperti ini. Kamu ini cantik Fira, seorang dokter pula. Banyak lelaki diluar sana yang mendambakan kamu yang pastinya lebih baik dari dia" kata Mama sinis
Mungkin mamanya benar, sudah beberapa kali dia menolak laki-laki yang hendak melamarnya. Jika di ingat-ingat semuanya dari keluarga terpandang dan baik. Salah satunya Aziz seorang putra kyai dan juga Dosen termuda di Universitas Airlangga, lebihnya lagi pendidikannya sampai S-3 di Oxford University.
Semua itu tidak membuat Fira bisa melupakan lelaki yang sudah lama terpatri di jiwanya.
Drrttt . . Drrrttt . . .
Handphone Hifra berbunyi, sebuah nama tertera dilayar handphonenya.
" Assalamu'alaikum " ucap Fira
" Wa'alaikumussalam, kamu sedang dirumah sakit ?" tanya lelaki diseberang.
" Iya tapi sebentar lagi aku pulang, kenapa ?"
" Ada hal yang ingin aku bicarakan "
" Bagaimana kalau besok saja, aku sekarang lelah "
" Baiklah besok aku tunggu di kafe Harmony"
" Iya," jawab Fira tak semangat
Pembicaraan terputus, Fira meletakkan kembali handphone di tasnya. Dia menarik nafas sejenak. Lelaki yang sudah dua bulan menjadi tunangannya. Lelaki yang baik dan sholeh namun tak dicintainya.
Bagaimana aku bisa membuka hati ?"
Saat hatiku sudah terkunci pada hatinya ?
21 Mei 2015
Semua bbarang sudah Fira kemaskan kedalam koper. Dia sudah tidak sabar ingin cepat menginjakkan kaki ditanah air bertemu kedua orang tua dan keluarganya.
"Kalau sudah tiba di Jakarta hubungi aku " Ujar Shinta merengek.
" Pasti, jangan khawatir ya "
Shinta memeluk Fira erat sebenarnya dia juga ingin pulang ke Indonesia, tapi ada tugas yang belum dia selesaikan. Mungkin bulan depan dia menyusul Fira.
" Jaga diri baik-baik, dan satu hal yang paling penting ! jangan lupa sholat dan jangan pulang malam "
" Siap boss "
" ya sudah aku berangkat dulu,'
' Hati-hati "
Fira memeluk Shinta lagi sebelum akhirnya masuk kedalam pesawat. Shinta seperti anak kecil yang akan ditinggal ibunya. Sinta memang akan ditinggal oleh kakak sekaligus sahabatnya .
23 Mei 2011
Setelah tiba di Bandara Soekarno-hatta tadi pagi, Fira lebih memilih naik Bus dibandingkan naik pesawat menuju Surabaya. Baginya naik Bus lebih nyaman karena bisa menikmati panorama ciptaan Tuhan. Tiba di halte Bus, kebetulan ada satu bus yang tujuannya surabaya_banyuangi. Tanpa berpikir lagi, Fira langsung masuk dan mencari kursi. Fira membenarkan tempat duduknya, Bus pun melaju. Fira melihat disekitarnya sudah penuh, hanya kursi disebelahnya yang masih kosong.
" tak apalah enak juga " pikir Fira.
Tiba-tiba sosok laki-laki tinggi tidak terlalu putih berdiri di samping tempat duduknya seperti sedang mencari sesuatu.
" maaf apa kursi di sebelah anda kosong ?" tanya laki-laki itu sopan .
Fira mendongak menatap laki-laki itu sejenak
" Iya " jawab Fira mantap
" Boleh saya duduk disini ? Kursi yang lain sudah pada penuh "
Fira berpikir sejenak,
"Sepertinya laki-laki itu baik, dari penampilannya saja dia tidak menampakkan bahwa dia jahat"
" Silahkan " Fira menggeser duduknya dan memeluk ranselnya, sementara kopernya ada di bagasi, kemudian laki-laki itu duduk disampingnya.
" mau kemana ? " lelaki itu membuka suara mengawali percakapan.
" Surabaya " Jawab fira
" Tujuan yang sama, perkenalkan saya raifan, panggil saja Ifan " Laki-laki itu lalu mengulurkan tangan.
Fira lalu tersenyum sambil menelungkupkan kedua tangannya di depan lelaki yang bernama Ifan itu.
" Saya Safira " ucap Fira Lembut
" Maaf " lelaki itu tiba-tiba menurunkan tangannya merasa malu dengan tindakannya. Dia tidak tahu bahwa Syafira adalah wanita yang enggan bersentuhan dengan lain muhrim walaupun hanya sebatas persalaman. Menurut penilainnya Syafira wanita modis, gaul dan selalu mengikuti perkembangan zaman.
" Mahasiswa ? " Ifan bertanya lagi.
" Iya, kamu ? "
" Saya juga seorang Mahasiswa Universitas Indonesia Magister Hukum " Jelas Ifan sedikit bangga
" Wah,, hebat !!! " Puji Fira
" Kuliah dimana ? "
" Alhamdulillah Magister juga Fakultas Kedokteran di Haduard University " Jawab Fira.
Seperti tidak percaya dengan apa yang dikatakan Fira. Ifan membisu beberapa saat. Ingatannya kembali pada satu tahun lalu ketika di kampusnya ada salah satu Mahasiswa Kedokteran yang mendapatkan beasiswa kuliah S-2 ke Harduard.
" Apa itu Fira ? "
" kalau tidak salah kamu mahasiswa yang mendapat beasiswa ke Hardvard itu ?" tebak Ifan
" Darimana kamu tahu ? apa kamu juga dari Universitas ... "
" Airlangga " Ifan memotong.
Mereka berdua kaget, karna selama kurang lebih empat tahun kuliah di tempat yang sama baru sekarang mereka bertemu dan berkenalan. Lucu.
Percakapan keduanya semakin seru ketika mereka sama-sama mengetahui dari daerah dan kampus yang sama. Ifan bercerita tentang kisahnya hingga bisa masuk program Magister di UI. Bercerita tentang kehidupannya dulu di Surabaya, dan di kampus super elit itu. Mereka bukan dari keluarga terpandang hanya saja karna keyakinan beserta kesungguhan dan do'a yang menjadikan mereka seperti ini.
Hingga malam menjelang, kejadian yang tidak mungkin dia lupakan seumur hidup. Ketika dia secara tidak sengaja tertidur di pundak Ifan. Menyadari hal itui-itu cepat-cepat Fira bangun dan meminta maaf yang tiada henti pada Ifan. Lalu keduanya membisu, membiarkan kesunyian malam menyaksikan pertemuan mereka. Dan membiarkan bulan bersinar terang di atas sana menjajah perasaan mereka masing-masing.
Jam menunjukkan pukul 02.00 dini hari. Fira merasakan tubuhnya mulai berubah. Dia tidak begitu suka pada AC. Dan sekarang ini dia tepat duduk dibawah saluran AC. Fira mulai membatuk dan menggigil kedinginan. Meskipun di Inggris kettika musim dingin dia jarang keluar rumah dan bahkan tidak mau keluar meski Shinta merengek seperti anak kecil dia tetap tidak peduli.
Ifan mulai menyadari ketidaknyamanan Fira ketika beberapa kali Fira mengbah tempat duduknya. Kemudian diliriknya wanita yang duduk disampingnya.
" kamu kedinginan ? " tanya Ifan
" Lumayan. Jaket, syal, dan sapu tanganku kebetulan ada di koper" jawab Fira.
" Pakai jaketku saja, nih " Ifan membuka jaketnya lalu mengulurkannya pada Fira.
" Ah, tidak terimakasih "
" Jangan ditolak, nanti kamu bisa sakit"
" tapi, kamu . . . ? "
" Kamu lebih nutuh daripada aku "
Fira meraih jaket itu perlahan lalu memakainya.
" Aku punya sesuatu " kata Ifan
Lelaki itu sedang mencari sesuatu didalam ranselnya, sebuah buku berjudul " Perempuan Muslim Idaman Para Lelaki " di sodorkan pada Fira.
" Untukmu " ujar Ifan
" Serius ? " Fira meyakinkan
Ifan hanya mengangguk dan tersenyum kecil, sedikit memperlihatkan giginya yang rapi dan putih.
" Sebagai kenangan perjumpaan kita boleh aku tahu alamatmu ? "
Fira tersenyum " Kalau Tuhan berkehendak, kita pasti bertemu lagi, terimakasih bukunya."
" Sama-sama "
Dan keduanya kembali membisu.

07 November 2015
Fira meraih buku yang sudah berdebu itu. Sebuah buku yang menjadi awal kedekatannya dengan laki-laki bernama Ifan. Buku itu tetap ia simpan meski orang yang memberi buku itu telah ia buang dari hatinya. Fira membersihkan debu yang menempel di buku itu. Sebuah tulisan yang sederhana tapi menyentuh hatinya.

Setiap pertemuan disitu pasti ada kenangan
Tetapi, pertemuan kita bukanlah kenangan,
Karna aku yakin masih banyak kenangan yang mengisahkan sejarah kita.
# # #
Awal Nopember 2013
" Selamat kamu memang seorang pengacar handal " Puji sahabatnya Ifan yang mengetahui sahabatnya itu baru memenangkan kasus di Pengadilan.
" Terima Kasih "
" Jadi pulang kampung ? "
" entahlah, ada beberapa kasus yang harus aku tanngani"
Tiba-tiba handphone milik Rahman berbunyi.
Beberapa menit bercakap dalam telephone membuat Ifan penasaran . Rahman memasukkan kembali handphonenya kedalam saku celananya.
" Dari siapa ? "
" Pak fahri, aku harus ke Rumah Sakit sekarang "
" Rumah Sakit ? emang siapa yang sakit ? " tanya Ifan
" Tidak tahu "
Rahman hanya menurut permintaan Pak Fahri untuk datang ke Rumah Sakit, meski ada perasaan yang sedikit menjanggal.
Rumah Sakit Jakarta
Rahman memandang seorang wanita yang terbaring lemah dalam bangsal itu. Ia menatap Pak fahri yang seppertinya begitu berduka.
" Ada apa ? " pikir Rahman bingung
Pak Fahri masih membisu dalam tangisnya.
" Dia anak saya Rahman " Tutur Pak Fahri
Dia tidak terkejut karna sebelumnya sudah tahu bahwa Pak Fahri sudah memiliki seorang anak yang kuliah diluar negri. Tapi ini pertama kali ia melihat anak pak Fahri.
"' Dia satu-satunya yang saya milki saya tidak tahu bagaimana hidup saya bila anak saya pergi meninggalkan saya "
Pak Fahri tiba-tiba memegang tangan Rahman. Tidak seperti biasanya, seperti ada yang dia sembunyikan.
" Saya percaya kamu orang baik, menikah lah dengan anak saya ".
Cttttarrrrrrrr !!!!!! seperti ada halilintar yang menghantam di siang bolong. Rahman hanya membisu seolah-olah ini hanya mimpi.dia pikir Pak fahri hanya bercanda.
" Tidak ! ini tidak mungkin "
" Tolong saya Rahman, ini demi nama baik keluarga saya, saya tidak mau anak saya melahirkan anaknya tanpa seorang ayah"
Pak Fahri mulai mnceritakan semuanya tentang anaknya yang menjadi korban pemerkosaan, dan sekarang ia hamil.setiap orang tua pasti akan melakukan hal serupa demi nama baik keluarganya.dan sekarang nestapa itu tengah menimpa keluarga bapak Fahri. Sosok yang banyak berjasa dalam hidupnya.
Ya Allah apa yang harus hamba lakukan ?
" Dia mencoba bunuh diri karna merasa malu,tapi Allah masih memberinya kesempatan untuk hidup, saya mhon Rahman !" Ucap pak Fahri memelas.
Rahman masih tetap tak membuka suara, laki-laki yang berada didepannya itu begitu baik dan banyak berjasa dalam kesuksesannya. Dan sekarang laki-laki itu meminta satu pertolongan yang mungkin sangat berat untuk ia penuhi.
" Saya yakin hanya kamu yang bisa menjaga putri saya , sebelum akhirnya saya meninggalkannya."

Allah apa ini caramu menguji kesetiaan hati ini ?
Gusti beri hamba petunjukMu
Ketika ingin mengiyakan permintaan pak fahri, wajah gadisnya tiba-tiba muncul. Senyumnya yang memikat, membuat Rahman sampai saat ini tetap menjaga hati untuk gadisnya. Namun, disisi lain ada tanggung jawab besar yang menunggunya. Seseorang yang telah menaruh kepercayaan besar kepadanya. Rahman tidak ingin mengecewakanya.
" Bismillahirrohmanirrohim"
" Saya siap pak "Ucap rahman sedikit bergetar
"" Kamu serius nak ? " tanya pak fahri meyakinkan
" Insya allah saya siap menjadi suaminya "Ucap Rahman sekali lagi
" Alhamdulillah " pak Fahri memeluk Rahman, perlahan seperti ada sesuatu yang mengalir dikedua matanya, Rahman menangis.

05 November 2015
" Bagaimana saksi ? Sah ? "
" Saahhhhh . . . "
" alhamdulillah "
Rahman telah menjadi seorang suami, masa lajangnya baru saja ia lepas. Tidak ada pernikahan mewah, bahkan orangtua Rahman tidak bisa datang. Hanya keluarga pak Fahri dan Ifan yang menyaksikan pernikahan sederhana itu. Rahman melirik wanita yang sudah resmi menjadi istrinya itu,
"wanita cantik yang malang. " pikir Rahman. Dan entah darimana awalnya tiba-tiba wajah wanita itu berubah menjadi wajah gadisnya.
"Allah berdosakah aku ? "

Takdir KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang