three: the alliances

906 95 0
                                    

          "Potter Stinks!"

          Sepertinya kalimat itu ada dimana-mana sekarang. Dimana-mana artinya Harriet selalu mendengar kalimat itu dari mulut seorang murid yang mengenakan seragam yang sama dengannya, hanya saja beda warna asrama, atau, ia melihatnya di pin yang dikenakan oleh para murid– terutama murid dari asrama Hufflepuff. Harriet tahu kalau para murid Hufflepuff itu jarang mendapatkan spotlight, dan sekarang ketika mereka memiliki kesempatan untuk mendapatkan spotlight tersebut, kemunculan nama Harriet Potter sebagai salah satu juara Triwizard telah merebut kesempatan mereka, tentu saja mereka amat, sangat, marah, sampai-sampai sifat rendah hati dan lembut mereka kini tidak lagi tersirat.

         Sepasang mata emerald Harriet melirik ke arah pekarangan, ia melihat sosok jangkung Cedric yang tengah bergurau dengan kawan-kawannya dari balik poninya yang mulai memanjang. Gadis berusia 14 tahun itu hendak belok ke arah pekarangan ketika jalannya dihadang oleh dua murid Hogwarts, dengan emblem Hufflepuff di sebelah kiri jubbah mereka, dan pin Potter Stinks di sebelah kanan. 'Ironis sekali,' pikir Harriet.

          "Hei Potter." Sapa sang murid perempuan, mata birunya menatap Harriet dengan mengejek.

          "Suka pinnya?" Sambung temannya yang dengan sengaja memamerkan pinnya, dan Harriet hanya bias mendecak sebelum menerobos kedua murid tersebut. Langkah kakinya berjalan lurus dan mantap ke arah Cedric, dan dia berani bersumpah bahwa untuk sesaat teman-teman Cedric mengira Harriet akan menghajar The True Hogwarts Champion. Sebenarnya, Harriet sangat tidak ingin memberikan informasi yang baru saja ia dapatkan tadi malam, tapi hitung-hitung ia balas budi kepada Cedric yang sempat menolongnya melarikan diri saat camp penonton Quidditch World Cup kemarin mendadak diserang oleh Death Eater. Gadis Gryffindor itu menghentikan langkahnya tepat di depan Cedric duduk, wajahnya tetap tenang dan dingin, tapi kedua tangannya yang dilipat di depan dadanya terlihat mencengkram lengannya, tapi ia tidak bias membiarkan Cedric dan kawan-kawannya tahu, bukan?

          "Harriet," sapa Cedric terlebih dahulu, berusaha mencegah teman-temannya yang nampak siap untuk mengolok-olok murid yang lebih muda darinya, "Ada apa?"

          "Aku harus bicara denganmu­–" ia mengibaskan rambutnya ke belakang, alisnya mengernyit sedikit melihat teman-teman Cedric yang mulai berbisik-bisik "in private."

          "Jangan mau Cedric!" ujar salah satu murid yang tadinya tengah duduk dengan Cedric, tapi Cedric, sang murid Hufflepuff sejati, hanya tersenyum mengabaikan seruan temannya sambil mengajak Harriet menjauh dari kerumunan murid. 

          Langkah mereka berdua terhenti dibawah salah satu pohon rindang yang ada di pekarangan. Cedric baru saja hendak membuka mulutnya ketika Harriet mulai berbicara. "Naga," gadis tersebut menghela nafas, "Tugas pertama kita. Tadi malam aku melihatnya dengan mataku sendiri. Empat ekor... dikurung didalam jeruji besi yang seukuran mereka."

           Cedric gelagapan, kemudian ia tertawa gugup, jemarinya menyisir rambut ikalnya ke belakang sembari menatap murid yang lebih pendek darinya itu. "Naga." Ucapnya mempertegas perkataan Harriet, "Maksudmu, kita, seorang murid, harus melawan naga?"

          "Correction, kalian, murid tahun terakhir yang sudah mempersiapkan diri untuk menjadi auror, dan aku, murid tahun keempat yang bahkan belum bisa merapalkan separuh dari mantra yang kalian kuasai," Harriet melengos, "Ya."

           Ada perasaan tidak enak di hati Cedric mendengar perkataan sinis Harriet, seakan-akan ia baru saja disengkat. Waktu keduanya bertemu di Quidditch Cup, Cedric merasa senang bisa berbicara langsung dengan Harriet, the Chosen One yang selama ini menjadi bahan gossip semua orang di sekolah, hanya untuk mengetahui bahwa Harriet adalah seorang gadis pemalu yang baru akan senang berbicara kalau ia merasa nyaman dengan lawan bicaranya. "Harriet, look, aku tahu kamu tidak memasukkan namamu disana..." Cedric menghela nafas lagi, berpikir keras, "Aku tahu karena kamu bilang kamu tidak suka jadi pusat perhatian– Ingat tidak? Waktu Quidditch Cup? Sewaktu kita sedang naik tangga–"

Goblet of Fire PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang