seven: the egg

1.5K 134 55
                                    

            "Halo, Harriet." Ucap suara baritone tak jauh dari Harriet, "Baik-baik saja?"

            Harriet menoleh, dan ia bertatapan dengan wajah Cedric yang tersenyum hangat. Gadis Gryffindor itu tersenyum malu, dan ia memperhatikan bagaimana rambut coklat ikal Cedric terlihat setengah basah. Ia hanya bisa menerka seberapa dinginnya Cedric merasa di tengah bulan Februari. "Um, ya...? Kenapa bertanya?"

           Cedric tertawa, ia mengusap-usap rambut Harriet dengan perlahan. "Ayolah, tidak perlu pura-pura denganku. Semua orang sudah tahu tentang fiasco kecilmu setelah Yule Ball." Murid Hufflepuff itu menghela nafas kecil, dan senyumannya kini terlihat lebih lembut. "Really, kamu tidak apa-apa?"

         "Um–" Harriet berdeham, mata hijaunya menolak untuk menatap murid tahun ketujuh itu. "Well, I guess...? Ron masih bersikap aneh denganku, dan Hermione... you know. Lepas dari itu, aku rasa aku baik-baik saja." Ia memutuskan untuk menghakhiri penjelasannya disitu, disertai dengan sebuah senyuman tipis, "Thanks for asking."

        Cedric, meskipun masih terlihat tidak yakin dengan jawaban Harriet, hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. "If you say so..."

        Murid Gryffindor tersebut memperhatikan bagaimana Cedric kini mengambil posisi untuk duduk di samping Harriet, dan bagaimana lekaki itu memperhatikan setumpukkan buku, setumpukkan perkamen yang bersih dan perkamen-perkamen yang dihiasi coretan tangan Harriet bertebaran di atas meja perpustakaan yang tengah dikuasai Harriet seorang diri, meskipun meja tersebut cukup lebar dan bisa menampung tujuh atau delapan orang. Pipinya memerah saat Cedric terkekeh melihat catatan Harriet, membuat gadis itu menutupi catatannya. "Ih–" Ia mencibir, matanya yang masih menolak untuk menatap mata coklat Cedric yang hangat berusaha untuk menunjukkan perasaan kesal, tapi tidak perasaan tersebut tidak cukup tersampaikan. "Jangan lihat-lihat catatanku."

        "Aku tidak melakukan apapun, sumpah." Kata lelaki tersebut sambil tertawa, dan Harriet memperhatikan bagaimana ujung mata Cedric mulai mengerut bersamaan dengan bibirnya yang melengkungkan senyuman lebar. "Aku malah kagum kamu berusaha untuk menerka tugas kedua tanpa membuka telurnya."

        Mendengar perkataan murid tahun ketujuh itu, Harriet menggerutu kesal, dan Cedric kini dapat melihat kantung mata yang membayangi mata hijau Harriet. "Ayolah, jangan bilang kamu sudah berhasil membuka telurnya dan benar-benar mendapatkan sesuatu dari jeritan itu? No one is sane enough to do that, Ced."

        "Oh, bagaimana kalau kuberi tahu kalau telur itu sebenarnya bisa bicara?"

         Harriet kini mendongak, pena bulunya terlepas dari genggamannya dan ia memperhatikan wajah Cedric yang tersenyum penuh kemenangan. "Kamu serius?"

         "Tidak, itu nama Godfather-mu."

         Harriet memandangnya dengan muram. "Cedric Diggory, mungkin kamu belum pernah berurusan dengan perempuan kelaparan dan kurang tidur. Kamu mau coba berurusan dengannya?"

         Mendengar ancaman tersebut, Cedric hanya mengangkat kedua tangannya dan tertawa gugup. Terkadang, Harriet dapat terlihat mengerikan dan bisa disebut sebagai Dark Lady kalau dia sedang seperti ini, tapi tentu saja Cedric tidak akan pernah mengatakan itu keras-keras. "No. No, no, no... Maafkan aku, milady."

        Kali ini giliran Harriet yang memamerkan sebuah senyuman sombong, dan ia menaikkan satu alisnya. "Well? Kamu sudah selesai pamer kepadaku?"

       "Tidak, aku tidak mencarimu hanya untuk pamer." Ujar Cedric cepat-cepat, tidak ingin memanaskan tungku yang sudah panas. "In fact, aku mencarimu untuk memberi tahu kamu sesuatu."

Goblet of Fire PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang