8

44 5 0
                                    

Hawa membuka matanya perlahan. Dipandanginya sekeliling ruangan yang ia tempati. Sebuah ruangan asing yang sangat sepi.

"Adam, dia sudah bangun!"

Hawa melirik ke asal suara, yaitu ke pemuda berambut merah di sebelah kanannya.

"Apa kau baik-baik saja?" tanya Adam pada gadis didepannya.

Hawa mengangguk pelan. Ia pun beranjak duduk di ranjang yang ia tempati itu.

"Ini rumah kalian?" tanya Hawa kemudian.

"Bukan, ini rumah Adam." sahut Sariel.

Hawa mengangguk paham. Dia menuruni ranjang itu dan berjalan pelan menuju pintu.

"Bolehkah aku pulang?" tanyanya.

"Kenapa? Kau masih belum sehat." tegur Sariel.

"Aku tidak apa-apa. Itu cuma terkena kaleng saja, tak lebih." sahut Hawa.

"Tapi, kau terlihat pucat." ujar Sariel.

"Ini bukan urusanmu. Tidak apa-apa."

Sariel memandang Hawa khawatir, "Apa kau benar-benar baik-baik saja? Apakah kau tidak merasa sakit?"

Hawa mendengus, "Apa pedulimu?"

Adam mendekati Hawa, "Ya, kau boleh pulang. Pulang sana."

Sariel terbelalak mendengar kata-kata Adam, "Hei, kau gila, ya?"

Hawa memandang datar Adam, kemudian mendecih, "Oke, aku pulang seka—"

"Tapi, kita harus mengantarmu sampai ke rumah." potong Adam tegas.

Hawa tertegun, kemudian ia berkacak pinggang, "Aku tidak selemah itu, aku tidak manja. Aku bisa pulang sendiri tanpa kau antar."

"Hentikan sikap keras kepalamu itu, Hawa!" bentak Adam kesal.

Hawa terkejut mendengar Adam memanggil namanya dengan keras. Biasanya, Adam hanya memanggilnya 'idiot'.

"Kita berdua melakukan ini padamu karena kita peduli. Setidaknya, berterima kasihlah atau berperilaku sopan!"

"Adam, anu, kau tak perlu membentaknya." tukas Sariel pelan.

"Tak apa, Sariel. Aku sudah biasa diteriaki seperti ini." sanggah Hawa pelan.

Hawa kembali melirik Adam, "Baiklah, antar aku ke rumah." ujarnya kemudian.

Sariel tersenyum lembut, dan Adam hanya melembutkan tatapannya. Mereka bertiga pun keluar dari kamar dan berjalan menuju rumah Hawa.

————

"Terima kasih." ucap Hawa pelan ketika telah sampai di depan rumahnya.

"Kau bisa memberitahu kami kalau ada apa-apa." tawar Sariel.

"Hm, terima kasih." sahut Hawa.

Hawa membuka gerbang rumahnya, dan memasuki halaman rumahnya. "Maaf, aku tidak bisa menyuruh kalian mampir di rumahku."

"Tak apa." balas Adam singkat.

Hawa mengangguk, kemudian memasuki rumahnya.

Sariel dan Adam baru saja ingin meninggalkan tempat itu, tetapi kemudian mereka berdua mendengar suara pecahan kaca yang keras dari dalam rumah Hawa. Mereka berdua dengan sigap langsung berlari menuju rumah Hawa.

"Hawa!"

Mata kedua laki-laki itu terbelalak melihat sesuatu di depannya. Hawa terduduk sambil memegangi kepalanya yang mengeluarkan cairan merah pekat, sementara di hadapannya itu adalah Ibunya yang membawa sebuah vas bunga.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 02, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Little Feeling with IntrovertTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang