Satu

2.9K 198 24
                                    

AUTHOR POV

"Ini," Safira memberikan secarik kertas kepada Adit yang tengah duduk di sisi ranjang sambil mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk setelah selesai mandi.

"Surat apa? Cerai? Cewe gila," celoteh Adit.

Memang pernikahan Safira dan Adit hanya diselenggarakan secara sederhana bahkan terkesan tertutup, karena hanya dihadiri oleh keluarga dan beberapa rekan kerja Adit yang tak lain karyawan-karyawan Indra.

Sementara tak ada satu pun teman kampus Safira maupun Adit yang datang.

"Hahhh?? Ya nggalah. Itu surat perjanjian gue sama lu," Safira menyimpan surat itu di atas ranjang, sebelum ia melanjutkan ucapannya.

"Jadi, lu anggap pernikahan ini, pernikahan di atas kertas, gitu maksud lu?" Safira terlihat membuang muka dari tatapan Adit.

"Yah.. kurang.. lebih.."

"Cewe gila! Bisa-bisanya gue kejebak sama rencana gue sendiri.."

"Maksud lu?!"

"Ooo, pasti karena gue anak Indra Wijaya? Dan lu ngincer harta bokap gue, ya kan?!" tebaknya dengan nada suara yang makin meninggi.

"Iya, karena lu anak om Indra," jawab Adit tanpa dosa.

"Lu sama aja kayak cowo-cowo diluar sana, cuma mau sama gue karena gue anak Indra Wijaya." Safira yang terlihat kesal langsung mengambil beberapa barang di dekatnya dan melemparkannya ke arah Adit.

"Woi!! Apa-apaan sih!!" teriak Adit sambil menyilangkan kedua tangannya di depan mukanya.

"Safira, Safira!! Dengerin gue dulu!!" tambahnya dan mencoba menghindar dari amukan Safira.

"Karena om Indra udah banyak ngebantu gue," Safira yang mendengar ucapan Adit pun mulai menghentikan lemparannya.

"Gue ngga tau dengan cara apalagi gue bisa ngebales semua kebaikan om Indra,  mungkin apa yang gue lakuin sekarang tetap ngga akan bisa membalas semua."

"Asal lu tau, gue ngga suka kalau lu nyama-nyamain gue sama orang lain apalagi sama cowo-cowo lu itu." sambungnya sambil menunjuk Safira dengan jari telunjuknya, kesal. Dan bergegas keluar kamar dengan membantingkan pintu, meninggalkan Safira yang terlihat tak mampu membalas ucapan Adit.

💞💞💞

ADIT POV

"Loh kok sepi sih? Jangan-jangan tuh cewe kabur lagi?" tebak Adit saat melewati pintu kamar Safira.

Sudah dua jam, Adit membiarkan Safira sendiri di kamar setelah pertengkaran mereka tadi. Dengan cepat Adit membuka pintu kamar. Setelah pintu kamar terbuka, terlihat Safira baik-baik saja. Bahkan ia terlihat tertidur pules di ranjangnya. Mungkin Safira terlalu letih hari ini.

Aku mendekat kearah Safira dan mencoba merapihkan selimutnya. Tiba-tiba, bayangan sebulan lalu pun terlintas.

"Maaf pak Indra, mengganggu waktu bapak. Ini ada surat dari bank atas nama Safira Nathalia Apsarini Wijaya" ucapku sambil menyimpan surat itu diatas meja direktur utama, Indra Wijaya.

Pak Indra terlihat menarik nafas panjang lalu menyenderkan punggungnya di kursi kebesarannya.

"Bapak tidak kenapa-kenapa..?? perlu saya ambilkan minum..??" ucapku menawarkan.

"Tidakk, tidak perlu." tolaknya.

"Duduklah.." Adit menarik kursi di hadapannya dan duduk di kursi tepat di depan meja kerja pak Indra.

"Saya tidak tau lagi gimana harus menghadapi anak saya, Safira. Udah lima kali, credit card- nya limit." ungkapnya.

Pak Indra memang sering menceritakan anaknya padaku, semua tingkah anaknya yang udah keterlaluan menurutnya.

"Kenapa bapak tidak menikahinya saja?" usulku.

"Ide yang bagus," ucapnya. Ia mendongkakkan kepalanya, berfikir sejenak lalu menatapku. "Maukan kamu menikah dengan Safira?"

Degh!

'Apa? Menikahi Safira? Bentuknya seperti apa juga gue belum tau'  Akupun berusaha menelan ludahku mendengar permintaannya.

"Maaf Pak, Bapak juga tau sendri saya masih kuliah. Mana bisa saya membiayai kehidupan anak Bapak," ucapku dengan sangat hati-hati.

"Tidak masalah, saya hanya minta kamu menikahi Safira."

"Cuma kamu yang saya percaya, Adit. Entah sama siapa lagi saya akan mempercayakan harta satu-satunya saya, peninggalan istri saya." pintanya, "Istri saya pasti seneng, akhirnya kamu bisa jadi anak kami juga."

"Baik Pak, saya bersedia. Itu juga kalau anak bapak bersedia,"

"Ya Allah,  apa keputusanku salah?" gerutuku sambil terus memandangi Safira yang tengah terlelap. Tapi pandanganku beralih pada sebuah bingkai foto berwarna hitam dalam pelukkannya.

Perlahan aku melepas bingkai foto itu, ku pandangi bingkai foto itu. Sebuah bingkai foto yang terdapat foto Safira, Indra dan wanita paruh baya yang masih sangat diingat, Vannya. Ibunya Safira. Istri dari Indra. Sesaat aku teringat ucapan Bi Inah.

"Dulu Non Safira anaknya ceria, penurut, selalu bantu Bunda, bahkan bantuin Bibi didapur."

"Tapi setelah Bunda sakit dan meninggal, suasana dirumah ini jadi dingin, sepi. Bapak juga jadi jarang dirumah, mungkin keadaan ini yang buat Non Safira berubah jadi cuek dan ngga peduli sama apapun."

"Aku yakin, kamu cewe baik-baik.." ucap Adit membatin sambil sesekali pandangannya mengarah pada Safira yang tengah tertidur.

"Adit akan berusaha Bu, Adit akan kembalikan Safira, putri Ibu seperti Safira yang Ibu kenal dulu." ucapku dalam hati sambil memandangi sosok Vannya dalam foto itu dan kemudian menyimpan bingkai foto itu dimeja tak jauh dari ranjang dimana Safira tertidur pulas.

To be continue...

💞💞💞

Ketika Cinta Datang: Adakah Cinta Untukku berubah judul jadi Salahkah Aku mencintaimu?  Tidak merubah inti cerita hanya ada beberapa bagian yang dihapus. Kalau suka bisa tinggalkan jejak,  kalau gak suka tinggalkan jejak kalian juga ya 😘

Salahkah Aku Mencintaimu? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang