Kara sampai di lobby sekolah dengan wajah nelangsa. Hujan deras menyambut kedatangannya dengan luar biasa.
"Hah, kenapa hujannya turun sekarang sih? Deres banget lagi," keluhnya, lebih-lebih pada diri sendiri.
Sembari menatap sekeliling lobby yang sudah sepi, Kara melipat tangan di depan dada, berusaha menghalau dingin yang mulai merambat. Gadis itu meringis kecut. Sesore ini, sepertinya hanya dia yang masih ada di area sekolah.
Kara kembali berdecak, menyesali keputusannya untuk menunda tugas resensi minggu lalu dan baru mengerjakannya hari ini seorang diri. Tiga teman sekelasnya sudah mengerjakan jauh-jauh hari, sehingga mereka dengan senang hati meninggalkan Kara sendiri di sekolah.
Pesen taxi online aja kali ya, pikir Kara kemudian merogoh kantong depan ranselnya.
Namun, hal itu tidak berlangsung lama. HPnya dalam kondisi mati total.
"Anjrit, habis battery lagi!" keluhnya, kali ini dengan kecemasan yang kentara.
Kara kembali memandang sekeliling, masih tak nampak seorang pun. Security pun paling berada di posnya di depan gerbang sana. Masa ia harus kembali ke dalam demi mencari pinjaman HP kepada entah siapa?
Sambil mencak-mencak dalam hati, Kara sampai tidak menyadari seseorang sudah berdiri di sebelahnya dengan pandangan yang takjub melihat hujan begitu deras turun membasahi bumi.
"Wah, deres ya," ucap cowok itu yang seketika membuat Kara terlonjak dari tempatnya.
Cowok itu menoleh sekilas ke arah Kara, lalu melempar senyum kecilnya. Kara membeku sejenak, ia menatap sosok cowok di sebelahnya tidak percaya. Dia, Raka, anak kelas sebelah.
Kara membalas senyum itu kaku, kemudian berusaha kembali mengalihkan tatapan ke derasnya hujan yang turun. Suasana seketika canggung. Ada Kara, Raka dan hujan deras yang seolah bersekongkol dengan langit untuk menjebak keduanya dalam keadaan yang jauh dari kata akrab.
"Errr, gue Kara," akhirnya gadis itu membuka pembicaraan terlebih dahulu. Sembari menghadap sosok yang sudah diketahuinya tersebut, gadis itu mengulurkan tangan kanannya ke hadapan cowok itu.
Cowok itu menatap uluran tangan kurus itu tidak percaya, tidak menyangka Kara akan membuka pembicaraan terlebih dahulu.
Maka dikeluarkannya tangan kanannya yang sedari tadi tersembunyi di saku celana abunya. "Raka," cowok itu menyebutkan namanya.
"Ehm, Raka." Gadis itu nampak ragu melanjutkan kalimatnya. Raka menatap Kara dengan pandangan bertanya. "Gue, gue boleh pinjem HP lo buat pesen taxi online? HP gue habis battery," ucap Kara akhirnya dengan wajah nelangsa.
Oh, terungkap sekarang maksud dari Kara mengajaknya kenalan secara formal. Gadis itu butuh HPnya. Raka tersenyum simpul, dirogohnya saku celana abunya lalu diulurkannya benda hitam pipih itu ke hadapan Kara.
"Pake aja," ucap cowok itu, santai.
Wajah Kara seketika sumringah. Tanpa menunggu lama gadis itu seketika mengambil HP itu dengan senang hati. "Pinjem bentar ya," ijin Kara, dibalas anggukkan oleh Raka.
Kara tengah sibuk berkutat dengan HP Raka tidak menyadari, bahwa cowok tinggi di hadapannya sedari tadi menatapnya dengan intens. Mengamati setiap gerak jari, bibir dan kedipan mata yang dilakukan Kara selama berkutat dengan HPnya.
Tanpa Raka sadari benda pipih itu sudah terulur kembali ke hadapannya. Ia tersentak dari lamunnya, dengan ragu ia mengambil HPnya dari tangan Kara.
"Udah?" tanya Raka, basa-basi. Lalu dibalas anggukkan penuh semangat oleh Kara.
"Udah. Makasih ya, Raka," ucap Kara dibarengi senyum manisnya.
Raka terperangah sejenak. Kemudian dibalasnya senyum gadis itu. "You're welcome," ucapnya.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
You're Welcome
Short Story"Raka!" Cowok itu menghentikan langkahnya, kemudian setengah berbalik menatap Kara. "You're welcome." "Hah?" Kara ternganga. "Lo mau bilang makasih karena udah gue bantuin kan? Gue udah tau," ucap cowok itu kemudian melanjutkan langkahnya menuju ger...