06. Makan Dulu

257 20 2
                                    

Kara tengah berkutat serius dengan layar laptop yang menampilkan Ms Word di hadapannya. Sesekali ia melarikan jemari lentiknya di atas keyboard kemudian kembali membaca tulisan yang ia buat.

Pasca jatuh sakit kemarin, kegiatan OSIS Kara memang agak terganggu. Proposal ulang tahun sekolah belum ia revisi sejak terakhir bertemu dengan Pak Ucok, padahal panitia humas membutuhkan proposal tersebut untuk mendapatkan sponsor acara.

Sesekali Kara merapatkan parka yang ia gunakan, ruang OSIS memang memiliki suhu ruangan lebih dingin dibandingkan ruang kelasnya. Karena terkadang ruangan tersebut digunakan untuk rapat yang menampung lebih banyak siswa, dan Kara terlalu malas beranjak dari duduknya untuk mencari remote AC untuk menaikkan suhu ruangan.

Sedang asyik-asyiknya berkutat dengan pekerjaannya. Tiba-tiba HP yang ia letakkan di sebelah laptopnya bergetar. Kara meliriknya sekilas, kemudian melanjutkan kegiatannya.

Tak berselang lama, HP itu kembali bergetar, semakin intens. Membuat Kara mau tak mau mengalihkan keseluruhan perhatiannya dari laptop. Gadis itu mendengus sekilas, merasa terganggu. Tapi tangannya terulur juga untuk meraih benda pipih itu, mencari tau, siapa yang menginterupsi pekerjaannya.

Sejenak Kara mematung, chat yang ia baca membuatnya bingung harus bereaksi seperti apa. Tadinya sih kesel, tapi kok sekarang agak seneng gitu. Sekali lagi dibacanya chat tersebut dengan senyum kecil.

11.10 Raka: Dimana?

11.12 Raka: Kara

11.12 Raka: Lo dimana?

11.14 Raka: Adhikara

11.14 Raka: Naladhipa

11.15 Raka: Kemana sih lo?

Ketika tengah mengetik balasan untuk Raka, tiba-tiba layarnya switch menjadi panggilan online. Kara kembali mendengus, kali ini karena geli.

Raka Waradhana

"Iya, Ka? Baru mau gue bales line lo," jawab Kara dengan senyum lebar.

"Lama," sahut Raka, ketus. "Lo dimana?" tanyanya, seperti pada chat yang dikirimnya pada gadis itu.

"Ruang OSIS," sahut Kara.

"Ngapain?"

"Revisi proposal."

"Udah makan?"

"Udah belum ya?" Kara mencoba mengingat, lebih-lebih kepada dirinya sendiri.

"Ck, elo ya." Raka jadi sensi mendengar sahutan Kara.

Gadis itu terkekeh pelan.

"Belum, Ka. Gue belum makan," sahut Kara akhirnya.

"Dari istirahat pertama tadi?" tanya Raka, mengerutkan dahi di tempatnya.

"Iya, gue dispen dari jam istirahat pertama tadi, Ka. Proposal belum kelar nih," sahut Kara.

"Lo mau apa?"

"Hah?"

"Hah, hoh aja. Mau makan apa? Mau gue bawain ke tempat lo."

Kara terdiam, nampak berpikir. "Jus aja deh, Ka. Gue lagi males makan," sahutnya.

"Makan, Ra. Gue nawarinnya makan, bukan jus," ucap Raka, keki.

"Males ngunyah gue, Ka. Jus aja deh," pinta Kara.

"Ck, tunggu di sana," putus Raka akhirnya. "You're welcome," sambungnya, lalu menutup telepon sebelum mendengar jawaban Kara.

Gadis itu menatap layar HPnya yang perlahan meredup. Kara tersenyum geli sendiri mengingat percakapannya dengan Raka di telepon tadi.

***

"Makan dulu." Raka meletakkan plastik putih agak lebar di atas keyboard Kara, membuat gadis itu berpaling dari laptopnya seketika.

"Raka apaan sih, ntaran aja," ucap Kara, memindahkan plastik itu tanpa mengalihkan pandangannya dari layar 14 inch di hadapannya.

Raka mendengus, lumayan keras. "Ntar dingin, Ra," ucapnya, tak sabar.

"Gue... Eh, gue kan minta jus, Ka. Lo bawain gue apa?"

Kara membuka bungkusan plastik dan mendapati bungkus styrofoam yang terasa hangat di jarinya. Gadis itu membuka styrofoam dengan cepat, seporsi bubur ayam tersaji di hadapannya.

"Bubur ayam?" Kara menatap Raka penuh tanda tanya.

"Katanya lo lagi males ngunyah ya gue beliin lo bubur ayam biar bisa langsung lo telen," sahut Raka, enteng.

Kara terenyuh seketika, ditatapnya Raka lembut. "Lo dapet bubur ayam jam segini dimana?" tanya gadis itu tak habis pikir.

Raka tersenyum kecil, "yang jelas nggak di kantin sekolah," sahutnya.

"Itu juga gue tau, Raka. But, thanks ya. Lo udah repot-repot beliin gue bubur," ucapnya tulus.

"Hem," gumam Raka, pandangannya tak lepas dari Kara yang tengah mengaduk buburnya dengan sendok. "Jangan males makan, Ra. Nanti lo sakit lagi," tambahnya.

"Iya, Raka," sahut Kara sembari melempar senyum manis ke cowok itu.

TBC

Duh, baper. Mau juga dong dibeliin bubur...

You're WelcomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang