03. Dua Kali

343 22 19
                                    

Sejak kejadian di UKS itu Kara dan Raka menjadi lebih dekat, bukan dekat dalam artian gimana-gimana ya, mereka jadi sering bertegur sapa dan jadi sering ngobrol. Selain itu mereka juga kadang ke kantin berdua, ngobrol ngalor-ngidul yang jadinya bikin teman-teman terdekat mereka mencium bau-bau pedekate.

"Lo sama Kara nih, Ka? Ahe lah. Boleh juga," ucap Ali, ketika mereka tengah beristirahat sejenak sehabis mengikuti jam olahraga pagi itu.

"Boleh juga apaan, boleh banget itu sih. Kara, men," Bagas menimpali.

Raka hanya tertawa saja menanggapi percakapan teman-temannya tersebut. Secara, dia memang tidak ada yang bisa diceritakan. Hubungannya dengan Kara masih bisa dikatakan wajar. Teman ngobrol yang asyik selain emang tampang cewek itu plus-plus lah, itu bonus jadinya Raka betah mandangin.

Di lain tempat Kara tengah asyik berkutat dengan catatannya, memberikan aksen warna-warni di sekeliling bukunya agar menarik untuk dipelajari.

"Yang lagi jatuh cinta emang beda ya auranya," goda Intan, sembari menatap buku catatan Kara dengan senyum mengembang.

"Apaan tuh maksudnya, Ntan?" Kara gagal paham, ia masih asyik berkutat dengan lope-lope di pinggiran bukunya.

"Ya, secara nggak langsung jadi nunjukin kalo orang itu lagi berbunga-bunga, penuh dengan lope-lope," tembak Intan.

Kara menghentikan kegiatan menghias buku catatannya. Gadis itu menoleh ke arah teman sebangkunya tersebut dengan kening berkerut.

"Apaan sih, Ntan?" Kara tambah nggak ngerti.

"Yaelah, Ra. Lo nggak paham juga? Ck, lo lagi jatuh cinta kan? Naksir ya sama anak kelas sebelah?" tanya Intan, to the point.

"Hah? Siapa?" Kara makin pusing dibuatnya.

"Ih, anak satu sekolah lagi pada ngomongin lo berdua, gara-gara kalian akrab banget belakangan ini," beber Intan.

Kara masih nggak paham. Intan jadi tambah gemes.

"Raka, Ra. Raka," ucap Intan "Lo lagi deket kan sama dia? Atau udah pacaran jangan-jangan?"

"Ngaco lo." Kara menepuk jidat teman semejanya itu dengan stabilo. "Gue sama Raka cuma temenan doang, baik anaknya, asyik juga kalo ngobrol. Emang kenapa sih?" jelas Kara, cuek.

"Masa sih? Deket gitu kayaknya." Intan nggak percaya. Kara hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, kembali ke catatannya. "Lo nggak ngerasa dimodusin gitu? Digombalin atau apa gitu, Ra?" tanya Intan, penasaran.

"Nggak ada," sahut Kara, singkat.

"Yah, nggak seru deh," ucap Intan, lebih-lebih kepada diri sendiri.

***

Hari ini Kara bangun kesiangan. Gadis itu nampak terbirit-birit turun dari ojek online yang mengantarnya tepat di depan gerbang sekolah yang sudah tertutup. Dengan nelangsa ia terpaksa berjalan mendekat, berusaha meminta belas kasihan security sekolah agar dibukakan gerbang.

"Neng, kok tumben telat?" tanya bapak security sembari membuka gerbang sekolah.

"Kesiangan, Pak," sahut Kara, kalem. "Makasih ya, Pak," ucap gadis itu ketika sudah sampai di area dalam sekolah dan melemparkan senyum kecilnya.

"Sama-sama, Neng. Jangan lupa ke guru piket ya, Neng," ingat si bapak membuat Kara menghembuskan napas berat.

Dengan gontai ia berjalan menyusuri jalanan depan sekolah, memasuki lobi dan melewati koridor menuju meja piket yang berada di depan ruang guru. Namun belum sempat ia sampai ditujuan, seseorang dengan iseng menutup kedua matanya dari belakang.

You're WelcomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang