Satu

54 4 0
                                    

2013

Gia, Gio, Geo dan Gea sedang duduk diruang makan rumah sederhana mereka yang tampak sempit dengan keberadaan mereka. Mereka berempat sedang menikmati makan malam bersama kedua orangtua mereka.

Sudah tiga bulan ini, kedua orangtuanya pulang bergantian ke rumah. Tidak pernah pulang bersamaan. Salah satu diantaranya selalu menginap mengatakan bahwa mereka ada urusan. Gio dan Gia sebagai sosok yang sudah dewasa sudah merasakan suatu hal yang tidak beres diantara hubungan kedua orangtuanya.
Gio yang memang sudah mulai bekerja di sebuah perusahaan minyak besar sambil menyelesaikan skripsinya, mulai mengambil tindakan.

Suatu sore, Gia, adiknya yang selisih usia hanya satu tahun dengannya ia jemput pulang kuliah dan mereka memilih mampir ke sebuah restoran Itali kesukaan mereka. Gia sudah biasa menikmati gaji sang kakak, jadi ia tak sungkan memesan apa yang dia inginkan. Maklum, sebagai karyawan junior gajinya memang sudah luar biasa. Namanya juga perusahaan minyak.

"Ada apa nih Bang, cuma ngajak gue? Biasanya si kembar diajak juga."

Gio menelan pasta yang ia pesan dan mendongak menatap sang adik. "Gua mau ngomong." Gia menatap sang kakak lurus, menunggu. "Soal Mami sama Papi."

"Ada apa?" Tanyanya malas.

"Lo sendiri lihat kan gimana dinginnya hubungan Mami sama Papi sekarang ini. And I think, they'll divorce someday. In case, gua mau bikin sebuah rencana sama lo. But before that, gua mau nanya. If they did, lo bakal ikut siapa?"

"Well, gue udah semester tua. Udah mau kepala dua juga, malu sama umur kalau masih mikirin hal gak penting kayak gitu. Gue punya kehidupan sendiri yang masih harus gue urus. Terserah, itu pilihan mereka untuk bahagia dengan cara masing-masing. Either way, gue juga punya cara sendiri. Gue lagi skripsi, gue butuh ketenangan. Gue bakal ngekos." Jawabnya mantap.

Gio tersenyum tipis, "Lo piker gua bakal biarin lo kos tanpa ada yang ngawas? Enggak!"

Gia mendengus, "Dasar posesif!"

"Lo adik perempuan gua, jelas gua bakal posesif sama lo." Gia menanggapinya dengan mencibir.

"But, I have solution. Gua baru beli rumah. Masih dicicil sih, dan bukan rumah besar kayak rumah ini. Cuma rumah sederhana aja, yang hanya ada dua kamar, satu kamar mandi diluar, satu kamar mandi di dalam, dapur, ruang makan yang gabung sama ruang keluarga, ruang tamu kecil dan halaman depan berupa taman mini gitu. Lo sama Gea bisa nanem pohon cabe disana biar hemat karena cabe lagi mahal." Gia menatap kakaknya horror. "Ada juga kolam ikan dibelakang dan sedikit space dengan alas bebatuan buat olahraga kecil-kecilan dan buat jemur pakaian. Gimana?"

"Daerah mana?"

"Gak jauh dari sekolah Geo dan Gea."

Selama ini, rumah mereka memang jauh dari sekolah di kembar, kampus Gia dan Gio, maupun kantor Gio sekarang. Jangan ditanya jarak rumah mereka dengan kantor kedua orangtuanya. Jauh sekali hingga menyebabkan mereka jarang pulang.

"I think I know this place." Gio mengangguk mengiyakan. "Couldn't agree more!"

Senyum Gio merekah, "Gua hanya gak pengen ribet karena gua gabisa memilih diantara keduanya. Gua hanya akan memilih kalian, adik-adik gua. Soal hidup kita nantinya, ada kerjaan gua."

Independent Kids (SLOW UPDATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang