Dua Belas

7 2 0
                                    

2018

Sebelumnya, Adam memang tidak pernah bertemu orangtua Gia karena ia baru bertemu Gia saat sedang berlibur bersama teman-temannya di Bandung. Mereka bertemu pada 2015 di Floating Market ketika perahu Gia dan satu temannya oleng dan perahu Adam yang ada di sebelahnya membuatnya bisa menahannya. Untung saja mereka tidak tercebur. Kemudian Gia dan temannya cekcok karena takut jatuh lagi, maka perahu mereka akhirnya beriringan demi keselamatan mereka.

Turun, mereka pun berkenalan dan memutuskan untuk keliling tempat tersebut bersama. Adam pun memperhatikan Gia di sana, sayang perempuan itu tampak cuek saja. Yang membuat Adam memperhatikannya selalu adalah warna rambutnya ketika dikuncir yang berwarna ungu gelap itu. Bagus. Tidak norak.

Adam pun menyejajarkan langkahnya ke sisi Gia. "Rambut lo lucu."

Gia menoleh dan mendapati laki-laki yang tadi menolongnya yang berkomentar. Tubuhnya jangkung, kurus, berkacamata, gayanya sangat santai. Rambut gelombangnya dipangkas pendek rapi.

"Makasih." Jawabnya singkat.

Adam tersenyum, "Jangan jutek-jutek, nanti gaada yang mau."

Gia langsung menatapnya sinis, "Berisik Mas!"

"Udah manggil 'mas' aja, kan belum nikah."

"Terserah."

Gia pun meninggalkannya. Adam hanya tertawa kecil dan menyusulnya.

Malamnya, tak sengaja mereka bertemu kembali di alun-alun kota Bandung. Awalnya, teman Gia yang menyapa ia dan temannya. Saat matanya menangkap sosok Gia, senyumnya terulas lebar.

"Hai!"

Gia menoleh kaget, "Eh, lo bukannya yang tadi siang?"

"Yap. Inget juga."

"Biasa aja."

"Rambut lo bikin gua langsung ngenalin. Lagi ngapain disini?"

Gio seketika memegang rambutnya. "Iya ya?" Gia langsung menarik kuncir rambutnya hingga tergerai. Hilang sudah ombre ungu tadi.

"Yah, jangan diurai rambutnya. Nanti kalau ketemu gua gabisa notice lo lagi dong."

Gia terkikik mendengarnya. "Apa deh!"

"Beneran. Jadi ciri khas lo aja gitu."

"Makasih. Well, karena lo udah muji gue, we should introduce ourselves properly. Gue Giandra."

Melihat uluran tangan Gia, langsung Adam menyambutnya dan menjabatnya tegas. "Adam."

Begitulah. Setelahnya, mereka bertemu lagi di supermarket dengan Adam yang pertama mengenali rambut ombre ungu perempuan itu. Beberapa kali terus demikian, akhirnya mereka bertukar kontak dan jadian setelah dekat selama dua bulan.

Sebelum berpacaran, Gia menceritakan sedikit mengenai dirinya yang hanya tinggal dengan ketiga saudaranya. Hanya demikian, ketika Adam bertanya alasannya, Gia hanya bungkam hingga Gio menceritakannya setelah hampir dua tahun keduanya menjalani hubungan dan setelah Gio melihat kesungguhan Adam.

Adam tak masalah dengan hal tersebut walau ia tetap perlahan berbicara pada Gia dan saudaranya untuk membuka pintu silahturahmi kembali karena bagaimana pun surga ada di telapak kaki ibu mereka dan hanya ayah mereka yang dapat menikahkan Gia juga Gea.

Adam yakin untuk menikahi Gia setelah melihat ketulusan Gia mengurus kakak dan adik-adiknya. Rasa sayang perempuan itu yang menempatkan saudara-saudaranya di atas dirinya sendiri membuat Adam kagum dan yakin bahwa Gia bisa menjadi istri dan ibu yang baik kelak. Dalam doanya pun, Adam selalu meminta kepada Tuhan untuk mendekatkan jodohnya. Dalam setiap sujudnya, ia selalu berdoa agar pilihannya tidak salah. Dalam mimpinya, ia melihat Gia berdiri di depan pintu yang bercahaya. Ia hanya berharap semoga itu adalah pertanda baik untuknya.

Independent Kids (SLOW UPDATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang