Delapan

9 2 0
                                    

2017

Hasil tidak akan mengkhianati usaha. Itulah hal yang selalu diterapkan dalam keluarga si kembar selama ini. Mereka pun berkaca kepada dua kakak mereka yang kini sukses dengan pekerjaan masing-masing dan memiliki penghasilan terjamin karena kerja keras mereka dalam berusaha. Satu lagi tambahannya bahwa Tuhan tidak tidur melihat usaha umatnya. Maka, ketika mendapatkan email di ponsel, mereka percaya bahwa semuanya benar.

Si kembar sedang kegirangan melihat pengumuman bahwa mereka telah lulus dan mendapatkan nilai yang sangat bagus hingga abang mereka membawa pulang rapot dengan senyum lebar. Mereka pun berencana untuk makan malam diluar hari ini demi merayakan keberhasilan keduanya dan tak lupa memanjatkan syukur.

Sabtu yang indah bagi semuanya. Gio yang kedapatan libur, Gia yang tidak ada perjalanan dinas bahkan baru saja naik pangkat, serta si kembar yang membawa berita bahagia yang ingin mereka sampaikan nanti. Walau keduanya sudah berbagi satu sama lain dan membuat Gea menangis selama setengah jam dalam pelukan kembarannya. Bagaimana tidak sedih jika sudah hidup bersama tak terpisahkan selama tujuh belas tahun dan kini harus terpisah dan menjadi mandiri tanpa siapa pun selama tiga sampai empat tahun ke depan. Bahkan Geo berencana untuk langsung melanjutkan S2 yang artinya akan menambah waktu satu hingga 2 tahun lamanya.

Mereka makan di sebuah restoran Sunda yang ada di daerah Bogor untuk mendapatkan pemandangan indah, udara sejuk, dan lesehan.

Udara Bogor yang sejuk dan tidak panas membuat suasana adem, bahkan tiupan angin yang sepoi-sepoi pun membuat mereka mengantuk. Gio sudah berbaring diatas anyaman bambu tersebut. Nyaman sekali. Gio selalu ingin memiliki rumah di daerah pegunungan seperti ini untuk menghilangkan stress kala dirinya dan keluarganya jenuh. Sayang, belum dapat tercapai. Gia dan Gea sibuk memesan makanan di kasir. Sedangkan, Geo memilih berjalan-jalan berkeliling kolam luas yang ada dibawah mereka dengan membawa serta kamera untuk mengambil beberapa gambar.

Gia dan Gea kembali dengan beberapa karyawan restoran mengikuti membawa minuman segar untuk mereka. Melihat Gio yang sudah pulas, Gia tersenyum. Abangnya memang sangat giat bekerja, tak pernah mendapatkan kesan buruk di offshore sana. Bahkan, Abangnya selalu pulang ke rumah dan kembali ke offshore tepat waktu. Sangat disiplin. Wajar jika ia lelah dengan kedisiplinan dirinya. Keduanya membiarkan sang abang tidur dibawah saung dengan bambu mengelilingi mereka, udara sejuk, dan suasana tenang. Hal yang tidak di dapat sang abang di laut yang mana selalu berisik, panas, dan bau besi.

Mata Gia mencari adik lelakinya yang sedang berkeliling, berjarak 5 meter dari saung mereka, memotret ikan-ikan yang berkumpul di dekat kakinya setelah ia melempar makanan ikan disana. Adik laki-lakinya sudah besar, sudah sangat dewasa, bahkan Gia kalah tinggi dari kedua adik kembarnya. Memalukan, namun Gia bangga karena kedua adiknya tumbuh dengan sangat baik. Kini, Gia menoleh melihat adik perempuannya yang sedang menikmati es teler kesukaannya. Anak sehat yang sangat mencintai buah dan sayur.

Cekrek!

Gia menoleh begitu mendengar suara kamera. Adik laki-laki mengambil gambarnya.

"Ge."

Geo menatap kakanya dan mengulurkan kameranya, "Bagus kok, Kak."

Gea beranjak mendekat dan mengangguk. "Fotoin Abang tuh, lumayan buat aib nanti ulang tahun."

Geo menurut. Mereka pun tertawa. Memang tak memalukan posisi Gio karena berbaring miring dengan tangan memeluk diri. Namun sangat jarang mereka melihat abang mereka beristirahat seperti ini. Dan sesi foto dengan Gio sebagai ikon pun berlanjut hingga berakhir ketika makanan mereka tiba.

Nasi hangat, sambal terasi, lalapan, masakan rumah seperti cah kangkung, ikan gurame bakar, ayam asam manis, ikan mas kecil goreng, tempe dan tahu goreng, sambal mangga, dan lainnya.

Independent Kids (SLOW UPDATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang