Kau bilang kau menyesal, wajah malaikatmu itu keluar hanya saat kau membutuhkannya.
Gadis bodoh, harusnya aku tahu.
Aku bukanlah seorang putri, dan ini bukanlah negeri dongeng,
Aku bukan seorang yang akan kau usap kakinya, lalu menuntunnya naiki tangga.
Dulu aku seorang pemimpi sebelum kau datang dan kecewakanku.
Mimpiku tentang diriku dan dirimu sangat banyak, seperti akhir yang bahagia.
Hingga aku tahu, mimpiku hanya angin yang berlalu.
Dan jika dirimu sadar akan hal ini, semua sudah terlambat.
Aku sudah pergi, jauh dari kehidupanmu.
Semua terlambat bagimu untuk mengejarku dengan kuda putihmu.Afguirel.
Tulisan itu ia baca disaat hujan sedang menangis membasahi bumi. Tanpa ia sadari, hujan yang ada di matanya juga ikut turun saat membacanya.
Bintang tahu, ia sudah terlambat. Terlambat akan perasaannya selama ini. Logikanya yang bodoh dan juga dirinya yang tidak peka akan semuanya telah menjadi boomerang untuknya. Tetapi, apakah hanya ini jalan satu-satunya yang di takdirkan untuknya? Apa tidak ada takdir yang lain?
Hanya satu yang Bintang tahu saat ini, ia mencintainya. Sangat mencintainya. Satu alasan yang membuat ia menyesal, egois akan kemauannya sendiri dan tidak berpikir dua kali sebelum bertindak.
Pikirannya kacau. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Hanya catatan dibalik lukisan itu yang bisa menyadarkannya bahwa betapa bodoh dirinya.
Bintang ingin kembali. Bahkan sangat ingin.
Apa begini rasanya ditinggalkan saat sedang jatuh cinta sejatuh-jatuhnya?
White Horse.
KAMU SEDANG MEMBACA
White Horse
Novela JuvenilSLOW UPDATE (sedang mengerjakan cerita baru) Kamu datang disaat yang terlambat. Datang disaat aku benar-benar sudah lelah dengan semuanya. Kamu, terlambat. -Afsherra Guisca Relisha Aku tidak tahu. Hanya saja, hati ini mengatakan kalau yang harus dit...