Baeyoon sering bertanya pada kedua orang tuanya, apa dongeng itu benar-benar terjadi?Ya, itulah yang akan terjadi jika seseorang menceritakan dogeng penuh fantasi dan keajaiban pada seorang anak kecil.
Baeyoon hanya ingin tahu saja, apakah semua hal indah yang selalu diceritakannya menjelang tidurnya itu adalah hal yang nyata atau bukan.
Benarkah unicorn itu ada?
Benarkah di ujung pelangi itu ada sebuah guci raksasa?
Benarkah di langit ada kastil berisi raksasa?
Benarkah ada karpet terbang yang bisa membawa manusia berkeliling dunia?
Sampai detik ini, gadis dari Keluarga Moon itu belum bisa menemukan jawabannya. Dia masih belum melihat semua itu.
Yang ada hanya kuda untuk ditunggangi.
Pelangi selalu tertutup awan.
Di langit hanya ada matahari, bulan, dan bintang.
Karpet selalu ada di atas lantai, bukan di atas awan.
Bagi Baeyoon semua itu hanyalah kebohongan kecil yang diceritakan padanya sebelum tidur.
Semua itu memang tidak nyata.
Tapi ada hal lain yang nyata. Terlalu nyata sampai membuat Baeyoon ingin mengakhiri hidupnya.
Park Jimin.
Laki-laki itu terlalu nyata baginya. Luka yang ada ditubuhnya seakan jadi tanda kalau Park Jimin itu memang ada.
Kaumnya memang ada di dunia ini.
Vampire.
Baeyoon tidak mengerti kenapa dia harus jadi bagian kecil dari manusia yang bertahan hidup dalam penderitaan. Dari ribuan bahkan milyaran orang... kenapa harus dia?
Suara derit pintu membuat Baeyoon terkejut, lamunannya buyar.
Mata cokelat bercampur merah darah itu menatap ke arahnya tajam, namun ada senyuman yang dia ukir. Senyuman yang manis namun mengukir luka bagi seorang Moon Baeyoon.
''Oh, betapa kasihannya dirimu, Baeyoon sayang.'' Jimin masih tersenyum. ''Itu membuatku ingin kembali menidurimu.''
Baeyoon dengan cepat menarik selimut dan menutupi tubuhnya. Dia baru ingat kalau semalam vampire bengis itu baru saja menghabisinya. Menghabisi, memang. Namun Jimin menyisakan sedikit napas hidup agar Baeyoon bisa bertahan hidup. Ini kejam.
Kenapa dia tidak membunuhku?
Dapat Jimin lihat wajah Baeyoon yang kelihatan semakin pucat dari kemarin malam.
Sebenarnya, Jimin cukup kagum dengan gadis ini. Itu sebabnya dia menyiksa gadis itu namun tidak membiarkannya mati.
Gadis itu benar-benar memuaskannya. Bahkan hanya melihat sorot mata yang ketakutan itu membuat Jimin puas.
''Sini, biar aku sembuhkan.''
Jimin melangkah mendekati Baeyoon. Seperti yang bisa ia tebak, Baeyoon mencoba untuk menjauh. Tapi tentu saja itu tidak akan menghentikan Jimin.
Laki-laki itu justru menyibakkan selimut yang Baeyoon kenakan, menjambak rambut gadis itu dan menariknya paksa hingga bibir mereka bertemu.
Jimin suka ini. Bagaimana gadis itu meringis namun pasrah terhadap keadaan.
Moon Baeyoon memang yang terbaik untuknya.
Jimin mendominasi ciuman itu. Dia terus menggigit bibir Baeyoon, menautkan lidah mereka bahkan sesekali menancapkan taringnya pada lidah gadis itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tempted
FanfictionKetika populasi manusia mulai berkurang. Ketika vampire menjadi sosok kejam yang ditakuti dan amat dihindari. Moon Baeyoon justru tertangkap, dijadikan ternak bagi Park Jimin, pangeran vampire yang melenyapkan hampir tiga dari empat bagian bumi. ***...