''Pangeran, apa ada yang anda butuhkan?''
Rachel, salah satu pelayan di kastil Jimin memberanikan diri untuk bertanya. Sedari tadi Jimin terus memerhatikan isi perpustakan dari depan pintu, tapi kelihatan enggan untuk melangkah masuk ke dalam.
Kepala Jimin menoleh ke kanannya. Dia tersenyum pada Rachel.
''Tidak ada. Hanya mau lihat-lihat saja.''
Itu bohong. Semua itu hanya bualan semata. Tapi Jimin tidak mungkin mengatakan dia datang ke sini karena Kepala Shin bilang Baeyoon tengah membaca buku di dalam.
Rachel mengangguk dan membentuk bulatan kecil dengan mulutnya. Dia kemudian sedikit menundukkan punggungnya sebelum permisi dan pergi dari hadapan Jimin.
Jimin bukan tipe vampire yang suka menghabiskan waktu dengan ribuan rak buku berisi buku berkulit tebal yang entah berapa banyak. Dia lebih suka menghabiskan waktunya di luar, bertemu bangsawan lain atau mungkin memburu manusia yang masih terus bersembunyi.
Tapi hari ini dia ingin memerhatikan Baeyoon. Bukan untuk alasan khusus. Jimin hanya ingin memastikan kalau pemuas nafsunya itu tidak mencoba untuk kabur lagi.
Mencoba kabur dari seorang Park Jimin adalah kebodohan besar.
Jimin terus berdiri di depan pintu perpustakaan sementara tangannya menyilang di depan dada. Ujung kakinya mulai menepuk lantai, menunggu kapan Baeyoon akan selesai membaca kertas-kertas usang di dalam sana.
Entah memang Jimin yang terlalu kesal karena Baeyoon, tapi laki-laki itu tidak menyadari ada sosok lain yang sudah berdiri di belakangnya.
Bruk.
Jimin merasakan dirinya didorong hingga kakinya menapak masuk ke dalam perpustakaan.
Dengan cepat Jimin berbalik, bersiap untuk mengomeli siapa yang berani-berani berbuat demikian padanya.
Mata Jimin yang memerah perlahan berubah menjadi cokelat begitu melihat sosok laki-laki jangkung yang sepantaran dengannya.
''Youngjae?''
Dan kemudian, sosok yang ada di depan Jimin tertawa keras sambil mengangkat sebelah tangannya, membuat lambaian kecil.
''Hai. Sudah lama sekali, ya, Jimin?''
***
Setidaknya, perpustakan jadi tempat yang cukup menenangkan bagi Baeyoon di siang hari.
Jimin tidak mengganggunya, mengingat kalau Jimin pernah bilang padanya kalau dia tidak suka perpustakaan. Berbeda dengan Baeyoon, gadis itu maniak buku.
Baeyoon membaca lembar demi lembar kertas yang terbuat dari papirus itu, memerhatikan baris demi baris kalimat yang tertulis.
Sebenarnya bacaan semacam ini tidaklah berguna. Cara untuk membunuh vampire.
Baeyoon sendiri tidak mengerti kenapa ada buku seperti ini di perpustakaan para vampire. Bukankah ini terbilang sebagai senjata untuk bunuh diri?
Vampire tidak menyukai terang, dan vampire tidak menyukai benda suci, terutama yang berwarna mencolok seperti perak.
Seketika pandangan Baeyoon teralih ke jendela. Sinar matahari memang masih terpancar, tapi langit justru berubah merah bak darah di luar sana. Vampire benar-benar sudah memanipulasi dunia.
Baeyoon mendesah kasar sebelum menjatuhkan dahinya pada buku tebal yang terbuka di atas meja.
Baru saja gadis itu menoleh ke kanan, sebuah bayangan hitam muncul di balik salah satu rak buku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tempted
FanfictionKetika populasi manusia mulai berkurang. Ketika vampire menjadi sosok kejam yang ditakuti dan amat dihindari. Moon Baeyoon justru tertangkap, dijadikan ternak bagi Park Jimin, pangeran vampire yang melenyapkan hampir tiga dari empat bagian bumi. ***...