Page III

6.6K 651 64
                                    


Malam ini Jimin merasa tidak begitu ingin menyentuh Baeyoon. Dia ingin mencoba yang lain. Itu sebabnya dia mengajak Yuan, salah satu vampire tercantik.

Oh, dia memang cantik. Tapi biar Jimin lihat sehebat apakah vampire cantik itu bisa memuaskan kejantanannya.

Jimin bukan tipe orang yang suka basa-basi. Tapi dia suka pemanasan. Menggoda adalah hobinya. Dan juga kebutuhannya.

''Ah.''

Yuan sudah mendesah terlebih dahulu, padahal Jimin baru meremas dadanya sekali.

Hm. Nampaknya ini akan mudah.

''My Lord, please.''

''Apa?'' Kedua sudut bibir terangkat, membuat sebuah senyuman menggoda di sana.

Tangan Yuan mencengkeram lengan kekar Jimin sementara matanya memohon penuh harap. ''Touch me.''

Jimin tentu saja akan melakukannya dengan senang hati. Oh, tanpa diminta pun dia akan melakukannya.

Merasa sudah sesak di bawah sana, Jimin langsung melonggarkan celananya, menurunkannya dan membuangnya asal. Dia kemudian merayap dan mengunci pergerakan Yuan.

Tangannya mulai menjelajahi tiap lekuk tubuh Yuan sementara bibirnya meminta Yuan untuk saling beradu lidah.

Ini menyenangkan.

Tanpa aba-aba Jimin langsung memasukkan miliknya ke dalam Yuan, membuat wanita itu meringis dan mendesah tertahan di sela ciuman mereka.

''Tolong gerakkan.''

''Kenapa tidak kau gerakkan sendiri?''

Hanya dengan satu gerakan, Jimin langsung mengubah posisi mereka. Yuan jadi ada di atasnya sementara dia ada di bawah.

Kedua sudut bibir Jimin semakin terangkat. ''Malam ini kau punya kebebasan untuk bermain. Bergeraklah sesukamu.''

Suatu kehormatan bagi Yuan, tentu saja. Dia bisa menghabiskan malamnya dengan mencicipi tubuh pangeran vampire terkuat di Klan Park.

Yah, siapa yang tidak kenal Klan Park. Mereka jadi kandidat terkuat untuk calon klan pemimpin bangsa vampire selanjutnya. Dengan kata lain, Yuan sedang bersenggama dengan calon raja vampire.

''Ah, Jimin!''

Desahan. Jimin suka mendengar hal itu.

Tapi kali ini dia merasa ada yang kosong. Dia ingin mendengar desahan Baeyoon. Dia ingin membuat gadis itu mendesah malam ini dan kelelahan karena permainan mereka.

Oh, Jimin ingin menyetubuhi Baeyoon. Kenapa dia justru mengajak Yuan?

''Ah. Jimin! Jimin!''

Tidak tahan, Jimin kembali mengubah posisi mereka. Dengan cepat dia menggerakan kejantanannya ke dalam milik Yuan.

Gadis itu mendesah dan menjerit. Tapi Jimin tidak peduli. Dia harus menyelesaikan permainan ini dan segera menikmati menu utamanya. Moon Baeyoon.

''Jim! Ahh! Oh!''

Mata Jimin terpejam.

Yuan mencoba untuk mendekatkan wajahnya dan berusaha untuk mencium Jimin, tapi Jimin dengan kasar kembali mendorong Yuan untuk tetap ada di kasur.

''Kau pikir siapa kau sampai berani menciumku, hah?''

Dengan suara yang menggelegar, Jimin kembali menggerakkan kejantanannya.

''Ah! Jim! Too rough!''

Yuan terus mendesah sampai akhirnya dia merasakan sesuatu yang hangat. Cairannya bercampur dalam rahimnya, bersama dengan cairan hangat Jimin.

Dia baru saja ingin meminta lebih, tapi dia kalah cepat. Jimin langsung memakai jubah panjangnya tanpa memakai bajunya terlebih dahulu, melangkah keluar dari kamarnya.

Kali ini dia butuh gadis itu sebagai pemuas nafsunya.

Dia butuh kemaluan gadis itu untuk memuaskan selangkangannya malam ini.

Moon Baeyoon sayang, bersiaplah. Aku akan memberimu hadiah malam ini.

***

Di tempat lain, Baeyoon tengah membaca buku di kamarnya. Tidak ada hal lain yang bisa dia lakukan. Dan setidaknya, membaca buku bisa menenangkan dirinya.

Baeyoon baru saja mau membuka lembar selanjutnya dari buku yang tengah ia baca, tapi tiba-tiba Jimin muncul dari pintu kamarnya.

''Hey, babe.''

Oh, tidak. Ketenangannya sudah berakhir. Lupakan soal membaca buku. Dia dapat masalah baru dengan munculnya Jimin di sini.

''My... Lord?''

''Ayo bermain,'' kata Jimin tanpa mengulur waktu. Dia langsung berjalan menghampiri ranjang Baeyoon dan naik ke atasnya, membuat ranjang itu berguncang karena Jimin baru saja naik.

Dalam hati Baeyoon berharap pikirannya salah. Dia berharap dia hanya bermimpi. Tidak apa-apa bahkan jika itu mimpi buruk. Setidaknya dia tidak akan diserang Jimin.

Sayangnya itu percuma. Lidah Jimin yang mulai menyentuh pipinya membuatnya sadar kalau laki-laki memang sedang ingin menerkamnya. Ini bukan mimpi. This is fucking real.

''Jim, please.''

''Don't beg, Bae. I'll fuck you senseless now. Just shut the fuck off and let me play.''

Oh, sial. Dirty talk Jimin selalu bisa membuatnya diam. Baeyoon tahu ini salah, tapi tiap Jimin menyentuhnya, everything seems right. Ya, Jimin is her sweet mistake.

''Jim, akh!''

''Keep it up. Aku menyukainya.''

Tanpa disadari tangan Jimin sudah ada di dalam selimut, menyentuh pahanya, teasing her.

Jimin baru saja mau mendekatkan wajahnya pada Baeyoon, namun tiba-tiba pintu kamar gadis itu terbuka lebar.

Untuk sepersekian detik Baeyoon mendapati sosok bayangan yang tak asing ada di depan pintu. Sosok itu menatap Baeyoon dalam. Mungkin sosok itu mengerikan, tapi tatapannya berbeda. Sosok itu seakan menatap Baeyoon dan berkata ''I'll protect you.''

Katakan Baeyoon gila. Karena begitu Jimin berbalik, bayangan itu sirna secepat cahaya. Apa gadis itu hanya sekadar berhalusinasi?

Jimin mendengus keras. Dia kembali berbalik ke arah Baeyoon, berniat untuk kembali melanjutkan aksinya. Namun tiba-tiba Kepala Shin muncul.

''Pangeran, aku minta maaf. Tapi sepertinya ada yang memasuki kastil diam-diam. Ada penyusup.''

Jimin langsung beranjak dari kasur.

Sialan, umpatnya dalam hati. Dia bahkan belum sempat bersenang-senang dengan Baeyoon namun masalah baru sudah mendatanginya. Ini benar-benar menyebalkan.

Seakan tahu apa yang Jimin butuhkan, Kepala Shin segera melangkah pergi begitu mengucapkan, ''Aku akan mengambilkan jubah Pangeran.''

Baeyoon merasakan ada sesuatu yang aneh di sini. Tapi di sisi lain dia merasa bersyukur karena Jimin tidak jadi menyentuhnya. That's the good news for her.

''Kali ini kau beruntung,'' desis Jimin yang kemudian menatap Baeyoon tajam. Cukup tajam untuk membuat gadis itu bergidik ngeri. ''Next time, aku benar-benar akan mengikatmu di tiang dan menampar bokongmu sampai merah.''

Kemudian, Jimin pergi dari kamar dan meninggalkan Baeyoon dengan pipinya yang merah seakan tengah direbus.

Ya, gadis itu memang selamat. Tapi apa yang dia dengar dari ucapan Jimin barusan membuatnya sadar kalau satu keberuntungan tidak akan cukup untuk menyelamatkan nyawanya.

Dan saat itu juga Baeyoon berdoa. Semoga bayangan itu akan menyelamatkannya lagi dari Jimin dan segala godaannya.

***

Kookstaer's Noteu:

Mwah, update. Spam spam dong biar rame, biar mangat nih~ ⊙▽⊙

TemptedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang