Prolog

45 22 5
                                    

Di hari jum'at pagi yang cerah, sudah terjadi perdebatan sengit antara seorang badboy sekolah dengan seorang siswa. Itu terjadi hanya karena senggolan tidak sengaja dari sang siswa yang tampak tidak terima di salahkan. Suasana ricuh yang tercipta di koridor terdengar hingga parkiran.

Tak lama terlihat seorang gadis datang menerobos kerumunan yang ricuh menyoraki kedua siswa tersebut.

"Leo kamu apa-apaan sih! pagi-pagi udah buat heboh aja" maki sang gadis setelah sampai di hadapan sang badboy.

"Lagian dianya nyebelin sayang, masa nabrak aku gak bilang-bilang" sahut Leo tidak terima.

"Alasan kamu aja itu, mana ada orang nabrak bilang-bilang. Minta maaf sekarang abis itu ikut aku" balas sang gadis sambil berlalu meninggalkan keheninggan yang tercipta saat ia mulai mengeluarkan suara tadi.

Tanpa mengucapkan kata maaf, Leo segera berlari mengejar sang gadis dan terlihat seperti merengek lalu bergelayut manja di lengan sang gadis.

Kerumunan tersebut bubar meninggalkan banyak reaksi, seperti terkekeh, menggeleng heran, sampai iri melihat sang gadis.

Bagaimana tidak iri. Gadis tersebut cantik, kaya, walaupun sedikit judes tapi ia masih termasuk kategori baik, di tambah seorang badboy seperti Leo mampu bertekuk lutut di hadapannya.

Tapi, jika kalian berfikir bahwa gadis tersebut adalah aku maka kalian salah besar. Gadis tersebut adalah Lana pacar Leo, temanku.

Aku adalah Shafa gadis baik nan cantik yang fenomenal di sekolah ini, SMA Garuda. Selain Leo, hanya aku yang menjadi murid favorit para guru di sekolah ini. Apa lagi Bu Lyla yang adalah guru BK di sekolahku.

Hampir seetiap minggu aku dan Leo rutin di minta untuk keruangannya. Apa namanya jika bukan murid favoritnya.

Setelah kerumunan benar-benar bubar, aku melangkah dengan riang ke arah kelas ku. Sesekali menyapa orang orang yang ku lihat dan terkadang mengambil makanan beberapa murid yang ku lewati.

Sambil terus melangkah, aku mengibaskan rambut ombre warna-warniku dengan memesona ke sembarang arah. Sesekali membenarkan letak tali tasku yang jatuh dari bahu karena gerakan berjalanku yang sambil melompat-lompat.

 Sesekali membenarkan letak tali tasku yang jatuh dari bahu karena gerakan berjalanku yang sambil melompat-lompat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat akan berbelok menuju koridor kelas 11, aku melihat Bu Lyla sedang patroli pagi. Seketika aku berhenti dan bersembunyi di balik dinding.

'Gawat! Bahaya terdeteksi'

Dengan segera aku menggulung rambutku keatas lalu menjepitnya menggunakan 'jedai' atau jepitan badai, sehingga tertahan di atas kepalaku. Hal itu membuat rambut ombre warna-warniku tertutup oleh rambutku yang masih berwarna normal. Dan rambut 'normal' ku itu berwarna coklat. Jangan mengira aku sengaja mengecatnya, aku tidak segila itu untuk membuat mama mengamuk dan memotong habis rambutku.

 Jangan mengira aku sengaja mengecatnya, aku tidak segila itu untuk membuat mama mengamuk dan memotong habis rambutku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pagi Bu Lyla" sapa ku riang saat aku berpapasan dengan Bu Lyla.

Tanpa menunggu jawaban Bu Lyla aku berbalik dan langsung berjalan menuju kelasku.

Perasaan lega melingkupiku saat sedikit lagi sampai di kelas dan itu berarti aku lolos dari sumber bahaya yaitu Bu Lyla.

Namun perasaan lega itu tidak berlangsung lama, karena seseorang menarik jepit rambutku sehingga rambu ombre warna-warniku terlihat jelas.

Dan tersangka utama adalah Alex, pria menyebalkan yang selalu menggangguku.

Saat aku berbalik untuk menumpahkan sumpah serapah kepada Alex, aku melihat Bu Lyla sedang melihat ke arahku dan Alex.

Dengan segera aku berlari sebelum Bu Lyla menyadari warna rambutku. Sebelum melewati kelas 11 IPA 3 -yang adalah kelasku- aku berteriak memanggil kedua temanku.

"Nana... Mona..."

Nana dan Mona langsung muncul di depan kelas dengan wajah bingung. Sedangkan Alex tertawa melihat Bu Lyla yang mulai mengejarku saat menyadari ketidak patuhanku terhadap peraturan sekolah.

Tanpa aba-aba aku langsung melempar tasku ke arah mereka dan beruntungnya mereka dengan sigap menangkap tasku lalu masuk ke dalam kelas seolah olah tidak terjadi apa apa.

Tanpa mempedulikan apapun lagi aku terus berlari tanpa arah. Untungnya aku mengetahui seluk beluk sekolah ini, jadi mudah bagiku mencari jalan untuk menghindari Bu Lyla.

Entah sejak kapan bala bantuan untuk Bu Lyla datang. Sekarang ia mengejar ku di temani oleh Pak Jono, si satpam sekolah.

Pagi hari yang indah bukan? Sangat menyehatkan.

***

Kritik dan sarannya sangat di butuh kan. Voment juga boleh:)

Kamis, 1 Maret 2018

Shafae Naziko [ON HOLD] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang