Bab 3 - Jalan
Typo 👉 mention please😘😘
***
Kemarin aku pulang lebih lama. Biasanya, sebelum gelap aku sudah sampai di rumah. Dan kalian tahu apa? Ini sangat penting. Jadi, dengarkan aku baik-baik.
Joan mengantarku pulang!
Hal yang mengagumkan bukan? Setidaknya bagiku. Tapi, jangan besar kepala dulu. Ia mengantarkanku bukan tanpa alasan.
Kemarin sedikit mendung saat kami bersiap untuk pulang. Rico yang sudah siap di atas motor sport hijaunya meminta Joan untuk mengantarku sambil melemparkan kunci mobil kembali kepada sang pemilik.
Rico beralasan bahwa sebentar lagi hujan, dan akan lebih aman jika aku bersama Joan yang kemarin mengendarai mobil hitamnya ke sekolah.
Joan tanpa protes mengiyakan permintaan Rico. Dan hal itu membuat Rico tersenyum melihatku yang hanya bisa pasrah berjalan mengikuti Joan menuju mobilnya yang entah dimana Rico letakan.
Setelah sampai, Joan menyuruhku untuk masuk terlebih dahulu sementara dia pergi entah kemana. Sekitar 10 menit kemudian ia sudah siap di depan kemudi telah mengrnakan jaket hitamnya dan langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.
Aku baru menyadari bahwa Joan selalu memacu kendaraannya dengan kecepatan yang relatif sama dan tenang. Aku merasakan kecepatan mobil Joan saat ini sama dengan kecepatan motor Rico saat ia mengendarainya.
Joan menginjak pedal rem saat mobil di depan kami berhenti perlahan. Kami terjebak macet tepat saat rintik hujan mulai turun. Rico beruntung karena hujan benar-benar turun. Jika tidak, ia harus mendapatkan kepalan tanganku karena menjebakku dalam situasi yang canggung seperti ini.
Joan mengambil tas sekolahnya yang entah sejak kapan berada di jok belakangku. Ia mengeluarkan sebuah susu kotak serta sepotong roti lalu dalam diam menyerahkannya kepadaku.
Dengan ragu aku mengambil susu serta roti dari tangan Joan. Aku memandangnya bingung sekaligus heran.
"Lo belum makan kan? Sekarang udah mau magrib dan lo belum makan siang," ucapannya membuatku semakin heran. Bagaimana Joan bisa tahu kalau aku belum makan siang?
"Em-emang lo udah makan? Belum juga kan," kataku sedikit tergagap karena rasa gugup yang tiba-tiba menyerang.
Joan hanya diam tak menjawab dan bersikap seolah-olah aku tidak mengatakan sesuatu. Sepertinya aku benar, Joan juga belum makan siang. Lalu, mengapa ia memberikan roti dan susu ini kepadaku. Kenapa tidak makannya sendiri.
Meski ini bukan yang pertama kalinya Joan memberiku makanan, tapi aku tetap saja heran. Untuk apa ia melakukan ini?
"Makan. Jangan bengong," ucapannya membuatku dengan cepat membuka bungkus roti lalu memakannya sedikit.
Aku melihat Joan melirik kearah roti coklat di tanganku, lalu menelan ludahnya. Aku tersenyum saat melihat hal itu. Dengan sengaja aku menggoyang-goyangkan roti itu ke sembarang arah dan mata Joan mengikutinya.
Seakan tersadar, Joan langsung kembali menatap mobil di depan kami yang mulai berjalan pelan. Joan melepas rem tangannya lalu menginjak pedal gas dengan perlahan, memendekkan jarak dengan mobil di depan.
Aku memotong roti coklat itu lalu mengarahkannya ke mulut Joan. Ia menoleh kearahku dengan alis yang terangkat.
"Lo laper kan? Rotinya buat bareng-bareng aja." ucapku sambil tersenyum
"Sok tau!" senyumku memudar saat mendengar nada ketus dalam ucapannya.
"Udah, tinggal buka mulut susah amat sih!" balasku tak kalah ketus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shafae Naziko [ON HOLD]
Fiksi RemajaShafae Naziko. Menurutnya, ia bukanlah seorang badgirl seperti kata orang banyak. Ia hanyalah seorang gadis baik nan cantik dan fenomenal yang sedikit bandel. Shafa hanya suka melakukan apa yang ia mau lakukan. Seperti saat rambutnya lebih berwarna...