Bab 2

43 15 5
                                    

Bab 2 - Warung Mpo Jana

***

Setelah sadar dari keterkejutan, aku menjawab pertanyaan Joan.

"Dia gak ikut." ucapku singkat.

Joan terdiam, tidak segera pergi. sedangkan aku langsung kembali menghadap ke arah Andre dan memunggungi Joan.

"Ah iya, nih ada es krim, bagi-bagiin aja," aku menggambil coklat untuk Nana, Mona dan Leo lalu menyerahkan kantong plastik berisi es krim kepada Andre.

"Woi, Shafa bawa es krim nih!" teriak Andre kepada teman-temanku yang lain.

Hal tersebut membuat tempatku berdiri ramai oleh orang orang yang berebut es krim. Aku tersenyum senang saat melihat teman-temanku yang tersenyum puas karena berhasil menggambil es krim yang mereka inginkan.

Bisa kalian lihat betapa baiknya aku ini. Tapi, kenapa banyak yang tidak suka padaku. Padahal aku ini gadis baik nan cantik dan fenomenal.

Oke, itu tidak ada hubungannya dengan orang-orang yang tidak suka padaku. Sekali tidak suka, pasti akan seterusnya tidak suka. Tidak peduli sisi baiknya atau bahkan kebaikan yang di perbuatnya.

Aku tersadar, entah sejak kapan Joan sudah tidak berada di belakangku. Dengan cepat aku berbalik dan menemukan Joan berjalan menjauh dan bergabung bersama teman-temanku yang lainnya.

Aku menghela nafas, lalu mengambil 3 es krim kemudian melangkah memasuki teras rumah Mpo Jana. Di sana aku melihat Mpo Jana sedang mencampurkan beberapa bahan dan terlihat seperti sedang menbuat kue.

"Hai Mpo Jana yang cetar membahana." sapa ku sedikit mengejutkannya.

"Eh monyet lo!" teriak Mpo Jana terkejut.

"Mana ada monyet cantik kaya aku Mpo, udah kaya judul sinetron aja." balasku sedikit terkekeh.

"Lagian si eneng, dateng-dateng buat Mpo kaget aja. Untung Mpo masih muda dan sehat, atau gak Bang Ridho udah jadi duda anak satu," ujar Mpo Jana sambil menunjuk seorang lelaki bersama seorang gadis kecil yang sedang bercanda.

"Lala kenapa tuh Mpo, kok ketawa-ketawa gitu?" tanyaku heran setelah melihat Lala yang adalah anak Mpo Jana sedang tertawa sambil memengangi perutnya.

"Ohh itu, lagi liat yutup sama bapaknya. Kan kita baru pasang wipi." jelas Mpo Jana kembali fokus dengan adonan kuenya.

Aku hanya terkekeh mendengar perkataan Mpo Jana lalu melangkah menjauhinya menuju Lala yang berada di dekat warung.

"Hai Lala yang enggak lebih cantik dari aku," sapaanku membuat Lala seketika cemberut.

"Tapi Lala yang paling imut kok, nih aku bawa es krim. Mau gak?" sanjungan serta pertanyaanku membuat wajah Lala bersinar kembali. Hal itu membuat aku terkekeh dan mengacak-ngacak rambut Lala yang tergerai hingga punggung.

"Iya deh kak Shafa yang paling cantik. Sekarang, mana es krim buat Lala?" tagih Lala sambil mengadahkan tangannya kepadaku.

"Nih, Lala mau yang mana? Coklat, vanila, atau strowberi?" tanyaku menunjukan tiga bungkus es krim di hadapan Lala.

"Dua boleh gak?" tanya Lala dengan jari yang membentuk huruf V.

"Ambil aja kalau Lala mau dan diboleh sama bapak." jawabku.

Dengan cepat Lala mengambil dua bungkus es krim lalu berlari menuju Bang Ridho, entah sejak kapan Bang Ridho berada di pinggir jalan yang berarti berdekatan dengan teman-temanku yang masih asik dengan es krim masing-masing sesekali menjahili yang lainnya.

Shafae Naziko [ON HOLD] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang