Bab 1 - Run Away
***
Panas terik matahari membuat wajah cantik ku memproduksi keringat, dengan lelah aku mengusapnya menggunakan punggung tanganku.
Saat ini aku sedang berdiri di depan tiang bendera karena usaha melarikan diri ku gagal. Ternyata bala bantuan Bu Lyla bukan hanya Pak Jono, melainkan juga Raka si ketua OSIS yang saat itu berada di koridor langsung menghadang jalan ku. Membuat aku menabrak tubuhnya dan terjatuh. Sedangkan dirinya masih tetap berdiri tegak bagaikan tiang listrik.
Hal tersebut membuat Bu Lyla dan Pak Jono berhasil menangkapku dan sekarang aku harus menerima hukuman.
Aku sudah memikirkan berbagai macam cara kabur untuk sekedar meminum seteguk air. Tapi tatapan mata Bu Lyla seolah olah membuat tubuhku kaku.
Godaan untuk meminum seteguk air semakin menjadi saat aku melihat banyak murid melewatiku dengan berbagai macam minuman dingin di tangan mereka. Ingin rasanya berteriak kepada mereka untuk meminta berbagai macam minuman tersebut.
Untuk menghindari sinar matahari serta godaan minuman dingin, aku menundukan kepalaku menatap daun-daun yang berjatuhan
'Untung gue pake sepatu yang normal hari ini.' batin ku saat melihat sepatu sekolah ku.
Saat sedang asik menendang-nedang apapun yang dapat ku capai, sebuah kertas terjatuh tak jauh dari sepatuku.
Aku mencari dari mana kertas tersebut berasal, dan aku menemukan Leo berdiri tepat di hadapanku, namun ia berada di lantai 2.
Leo mengisyaratkanku untuk membuka lertas tersebut. Aku melirik ke arah Bu Lyla dan menemukan Nana serta Mona sedang yang sedang mengalihkan perhatian Bu Lyla.
Dengan segera aku berjongkok untuk mengambil kertas tersebut lalu membukanya.
'Mau minun atau kabur?'
Aku kembali melihat ke arah Leo dengan seyuman yang sangat lebar. Seakan mengerti maksudku, Leo segera berlari menghampiriku.
Saat melihat Leo sudah berada tak jauh dariku, aku segera berlari kearahnya. Dengan cepat Leo menarik tanganku agar mengikuti arah langkah kakinya.
Kami berlari dengan cepat menuju gudang sekolah. Melewati jalan sempit lalu mulai berjalan menuju gerbang rahasia yang adalah lubang besar di dinding pembatas area sekolah yang tertutupi tanaman liar.
"Keluar sekarang, nanti ada Rico yang udah nungguin lo. Langsung cabut aja gak usah nungguin gue," jelas Leo saat kami sudah sampai di depan gerbang rahasia. Ia menyerahkan tas sekolahku yang entah sejak kapan ia bawa.
"Lah lo gak ikut cabut?" tanyaku sambil menerima tas yang Leo serahkan.
"Engga, gue udah janji sama Lana buat gak cabut." balasnya sambil memamerkan gigi putih rapinya.
"Yee dasar bucin*, yaudah gue cabut dulu. Thanks btw."
Agar tidak terkena duri dari tanaman liar aku keluar dengan hati-hati. Lalu berlari kecil menuju seberang jalan setelah melihat keadaan jalan raya yang sepi.
Saat menyebrang jalan, aku sudah melihat keberadaan Rico yang sudah siap di atas motor sport hijaunya. Setelah sampai, aku langsung menaiki motor Rico.
Tanpa berbicara apapun, Rico langsung menlajukan motornya dengan kecepatan sedang.
5 menit telah berlalu, namun tidak ada obrolan yang terjadi.
Tidak suka dengan suasana hening, aku berinisiatif untuk memulai obrolan dengan mengoceh tentang banyak hal."Hari ini sial banget ya gue, bisa kena sama Bu Lyla. Gara-gara kembaran kampret lo nih."
"Untung bisa kabur, atau gak rambut gua udah isdet kali."
"Ombre gue baru nih. Nanti liat deh."
"Si Leo makin lama makin bucin aja ya. Untung aja Lana nya baik, jadi kita gak se-ilfeel dulu sama dia."
"Si Alex juga makin nyebelin aja, gara-gara dia rambut gue ketauan."
Aneh, tidak biasanya Rico sependiam ini. Apa lagi saat membahas tentang Alex. Biasanya dia tidak akan pernah bosan mengobrol denganku, walaupun dengan bahasan ombre atau sepatu baru sekalipun.
"Ric, lo sehat kan?" tanyaku.
Tidak ada jawaban dari Rico. Aku mulai penasaran, dengan perlahan aku memajukan badanku untuk melihat wajah Rico melalui kaca spion.
Nihil. Tidak terlihat apapun. Kaca helm fullface yang di gunakan Rico tertutup. Aku tidak bisa melihat wajah Rico karena kaca helm yang gelap.
"Kita mau kemana sih?!" tanya ku lagi dengan sedikit kesal karena tidak mendapat balasan apapun dari tadi.
"Di minimarket depan berhenti dulu, gue mau beli es krim," ucap ku dengan malas karena sikap Rico membuat mood-ku rusak.
Setelah berhenti tepat di depan minimarket, aku turun dari motor lalu melangkah masuk kedalam mininarket dan berjalan ke tempat es krim berada.
Saat ingin membayar, aku melihat coklat di etalase dekat kasir. Segera saja aku mengambilnya untuk Nana dan Mona serta Alex. Aku menaruh coklat tersebut di dekat setumpuk es krim berbagai macam rasa yang merupakan barang belanjaan ku juga.
"Rp. 98.000.00 mbak" ucap sang kasir setelah menghitung total belanjaanku.
Segera saja aku mengeluarkan kartu pemberian Dady dan menyerahkannya ke kasir.
"Ada kartu membernya mbak?" aku hanya menggeleng sebagai jawaban dari pertanyaan sang kasir.
Dengan membawa plastik berlogo minimarket, aku berjalan menuju Rico yang masih berada di atas motornya tanpa melepas helm.
Aku menaiki kembali motor Rico dan motor tersebut mulai melaju lagi setelah aku duduk dengan nyaman.
Tak lama, kami sampai di depan sebuah rumah yang terdapat warung serta beberapa tempat untuk duduk. Aku tahu tempat ini. Warung Mpo Jana. Tempat kabur atau sekedar nongkrongku dan murid lainnya.
Dengan sedikit ke susahan karena barang bawaan, aku turun dengan memegang bahu Rico sama seperti cara ku untuk menaiki motor sport manapun.
Saat berjalan memasuki kawasan warung Mpo Jana aku melihat beberapa temanku tersenyum penuh arti ke arahku. Merasa heran, aku mepercepat langkah kakiku menuju salah seorang temanku.
Perlu ku beritahu kepada kalian, sebagian besar temanku itu adalah lelaki. Atau bahkan hanya Nana dan Mona yang merupakan teman perempuan ku atau mungkin Lana juga. Jadi, jangan heran saat terlalu banyak lelaki yang dekat denganku.
Setelah sampai di hadapan Andre, aku bertanya. "Anak-anak pada kenapa sih. Ngeliatin gue kaya aneh gitu."
"Mungkin gara-gara lo udah lama gak kesini kali," jawab Andre sambil tersenyum penuh arti juga.
"Lama dari mananya, baru seminggu lewat dikit gue gak kesini." balas ku tak percaya.
"Atau mungkin gara-gara lo ke sini bareng Joan," ucapan Andre membuat aku memutar badanku dengan cepat.
Aku tersentak kaget saat melihat seseorang sedang berjalan tak jauh dariku dan Andre.
Aku kembali memunggungi lelaki tersebut, dan menemukan Andre sedang menahan tawa saat melihat mukaku.
"Anjir, awas aja lo Alex, Rico. Mati lo di tangan gue," geram ku sambil mengepalkan tangan.
"Leo mana?" jantung ku berhenti berdetak saat mendengar suara itu berada tepat di belakang ku.
Dengan kaku aku berbalik dan menahan nafas saat aku melihat wajah menawannya tepat berada di depan ku.
***
Fyi~~
Bucin: budak cintaKritik dan sarannya sangat di butuh kan. Voment juga boleh:)

KAMU SEDANG MEMBACA
Shafae Naziko [ON HOLD]
JugendliteraturShafae Naziko. Menurutnya, ia bukanlah seorang badgirl seperti kata orang banyak. Ia hanyalah seorang gadis baik nan cantik dan fenomenal yang sedikit bandel. Shafa hanya suka melakukan apa yang ia mau lakukan. Seperti saat rambutnya lebih berwarna...