"D-Dazai.."
"[N/n]-chan!"
"Apa.."
"Tetaplah bersamaku, Kau akan selalu aman disisiku jadi janganlah Kau takut"
.
.
.
Aku membuka mataku perlahan, semuanya masih terlihat buram. Aku mengedipkan mataku beberapa kali lalu berusaha melihat sekeliling ruangan. "Di..mana aku?" Yang Pasti ini bukanlah kamarku dan juga terlihat bukan seperti rumahku. Semuanya terlihat gelap karena lampu yang tidak dinyalakan, hanya sinar matahari pagi hari dari jendela yang dapat menerangi nya sedikit. Aku berusaha mengingat apa yang terjadi semalam, tapi tidak bisa.. Satu-satunya yang kuingat pada saat aku pergi berkencan dengan Dazai kemarin adalah saat Dazai membunuh..para preman itu? Ya, dia Kan mafia jadi seharusnya aku tidak begitu terkejut. Tapi apa yang terjadi setelah itu? Seringaian Dazai kemarin..sangat membuat bulu kudupku berdiri.Cerkreek..
Pintu kamar tersebut tiba-tiba terbuka perlahan, memperlihatkan sesosok pria berambut coklat yang tersenyum. "Ohayou [Y/n]-chan!" Sapanya.
Aku mengangguk perlahan dan menyapanya balik, "O-ohayou.." Pria itu berjalan mendekat kearahku, masih memakai senyumannya tersebut.
"Apa kau tertidur nyenyak semalam?" Dia duduk di tepi ranjang yang ku tiduri, mata coklatnya tersebut tidak memaling sama sekali dari mataku. "Y-ya..sepertinya begitu" jawab ku dengan gugup.
"Umm..Dazai" si rambut coklat itu memiringkan kepalanya sedikit dan tersenyum, "ya?" Aku menelan ludahku perlahan sebelum aku bertanya padanya, "A-apa yang terjadi semalam? D-dan di mana aku?" Dazai terkekeh pelan, tatapan Dazai semakin melembut. "Kau pingsan saat aku selesai membunuh para preman kemarin, oh! Dan kau sedang di rumahku sekarang, lebih tepatnya di kamarku. Tadinya mau kuantar pulang, tapi aku tidak tahu di mana kau tinggal"
Kaget, aku langsung memposisikan tubuhku untuk duduk. Dazai tampak tertawa kecil saat melihatku terkejut, "Tenang [Y/n]-chan~ aku tidak melakukan apa-apa Padamu kok~"
Ucapannya tersebut membuatku merona, pipiku berubah sedikit kemerahan. Dengan cepat aku memalingkan mukaku untuk menyembunyikannya, "A-aku tahu kok!" Tertawaan Dazai sedikit lebih keras sekarang.
Dia berdiri, mengelus kepalaku, "apa kau lapar? Aku masih punya dua ramen instan di dapur" aku mengangguk perlahan, tapi juga tidak mau merepotkannya. Saat aku mau menggerakkan kakiku untuk turun, kakiku terasa terikat. Aku manarik selimut yang menutupi kakiku. Dengan syok, aku berteriak ketakutan membuat si pria perban itu kaget. "Nande [y/n]-chan?" Dia bertanya dengan wajah polos. "A..apa-apaan ini?!" Aku menunjuk ke kedua kakiku yang terikat dengan tali, terikat dengan tempat tidur Dazai tersebut. "Ooh..itu! Gomen, gomen" Dazai mengeluarkan pisau kecil dari sakunya, memotong kedua tali tersebut dari kakiku. "Mengapa kau..mengikat kakiku?" Badanku mulai bergetar ketakutan, apa yang dia inginkan padaku?
"Ya..sepertinya kau benar-benar tidak ingat apa yang terjadi semalam.." Seringaiannya kembali muncul. "Kau berteriak ingin pulang saat kau siuman di kamarku ini semalam, padahal aku sudah bilang aku tidak keberatan jika kau tinggal disini. Jadi..ya kau tahu lah.."
"S-sampai sebegitunya kau ingin aku tidur di sini?"
"Tentu saja"
Pria berambut coklat itu menarik tanganku perlahan untuk membantuku berdiri, "Lupakan saja soal itu, ayo sarapan [Y/n]-chan~~"
KAMU SEDANG MEMBACA
Yandere!Mafia Dazai x reader
Fanfiction[CERITA INI SEDANG DI REMAKE DI BUKU BERBEDA] Aku bertemu seorang anggota mafia di sebuah bar, saat itu aku bekerja sebagai seorang reporter. Lalu tiba2 lelaki itu menghampiriku dan menembakku. Kita menjalani sebuah hubungan selama 2 tahun tapi lalu...