Bagian 3 || Konversasi 7W Sayembara Ajudan

280 44 1
                                    

"Saudara sibuk?"

"Tidak, Tuan."

"Bisa berbincang sebentar?"

"Bisa, Tuan."

"Duduklah."

"Di ma—"

"Di sofa magenta itu."

"Baik, Tuan."

"...."

"TV-nya perlu dinonaktifkan, Tuan?"

"Tak usah."

"...."

"Hem, baiklah. Hem, barangkali Saudara sudah tahu siapa saya. Jadi, tidak perlulah introduksi dan penyambutan dan lain-lain dan sebagainya dan semacamnya itu. Saya itu kecenderungannya menggunakan kalimat-kalimat efektif. Lagi pula ... bukankah Saudara sudah tiga minggu ini menginap di kediaman saya?"

"Benar, Tuan."

"Kesimpulannya, untuk sekarang ini, dan mungkin seterusnya, Saudara adalah kandidat terkuat pilihan saya. Kesan pertama yang Saudara pelongokkan waktu itu sungguhlah amazing."

"...."

"Makanya saya pun langsung memanggil Saudara malam ini. Selamat datang di eliminasi Wawancara."

"Wawancara, Tuan?"

"Iya."

"Sungguhan, Tuan?"

"Iya."

"Sekarang ini, Tuan?"

"Iya."

"Duh, saya terharu, Tuan."

"Oh."

"Terima kasih, Tuan."

"Sama-sama."

"...."

"Hem, hem, jadi ... begini. Kita sedang apa, ya?"

"Maksud Tuan?"

"Maksud saya, kenapa ya saya mengundang Saudara Wawancara malam ini?"

"Karena Tuan memilih saya."

"Maksud Saudara?"

"Tuan memilih saya, sebab kata Tuan, saya itu kandidat terkuat pilihan Tuan."

"Saya bilang begitu?"

"Begitu, Tuan."

"Maksud Saudara?"

"Tuan mengundang saya Wawancara, lantaran saya dinilai kandidat kuat. Tuan kagum menyaksikan kesan pertama yang saya beri. Menurut saya, karena saya sudah tinggal di rumah Tuan ini tiga pekan terakhir, Tuan pasti merasa tak perlu lagi seleksi macam-macam guna memilah spesifikasi yang Tuan perlu. Barangkali, Tuan telah dengan saksama mengamati perilaku saya, mengintili gerak-gerik saya, lantas memutuskan memanggil saya Wawancara. Bukankah Tuan sedang mencari Ajudan yang baru?"

"Nah, itu dia maksud saya."

"...."

"Saudara kelihatannya ... gelisah. Ada masalah?"

"Sedikit, Tuan."

"Apa itu?"

"Kalau Tuan tak keberatan, bolehkah saya menanyakan sesuatu?"

"Silakan."

"Sedikit banyak boleh, Tuan?"

"Silakan."

"Saya masih bingung, Tuan. Kenapa ya saya bisa sampai bertemu Tuan? Dan tahu-tahu teregister jadi Kandidat Ajudan? Dan tahu-tahu pula saya diinstruksikan Wawancara? Bukankah itu timpang? Bukankah lazimnya Sayembara Ajudan itu melewati seleksi superketat?"

BTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang