Serpihan 3
Saat seseorang yang selalu berkelana di arus lurus tiba-tiba saja berbelok di arus deras, dia telah memasuki era baru dalam hidupnya. –Suho-
***
“Bagaimana gadis di bawah umur sepertimu bisa masuk ke sana malam itu?”
Bibir Via berkedut. Pertanyaan di luar ekspektasi yang ia kira pertanyaan umum macam anak baru yang ingin tahu apa-apa saj tentang sekolahnya. Atau pertanyaan ala anak nakal tentang dimana tempat yang asyik untuk membolos. Sejauh ini hanya hal tersebut yang Via ekspektasikan.
Tapi, Via lupa satu hal. Sehun itu aneh. Dan mana mungkin pertanyaan normal yang akan dia lontarkan? Mustahil.
“Lalu… kau sendiri, bagaimana bisa masuk ke sana?” Via menggigit bibirnya pelan. Tak ada pilihan lain selain membalik pertanyaan. Karena ia tidak bisa menjawab pertanyaan itu.
Bukan. Via belum bisa. Karena menceritakan suatu hal kepada orang lain, terlebih yang baru dikenalnya beberapa hari bukanlah style Via. Dia gadis tertutup. Bahkan Soojung yang notabene berteman dengannya sejak SMP pun belum tahu banyak tentang dirinya.
Sehun meletakkan sendoknya. Ia tinggalkan nasi yang baru ia santap setengahnya. Lama ia memandang Via. Sampai akhirnya ia beranjak tanpa banyak kata. Meninggalkan Via yang makin tak mengerti sosok seperti apakah Sehun itu.
***
Hanguk Hospital – 11.21
Gadis cantik rambut sebahu itu, menatap turunnya pasir-pasir laut dalam jam pasir dengan seksama. Bagai hal itu adalah keajaiban yang menakjubkan. Hal baru yang tak pernah ia lihat sebelumnya. Meski sebenarnya, ia hampir melihat itu setiap hari.
Bibirnya kecil warna merah muda, terbalur lipgloss tipis yang membuatnya tampak berkilau. Matanya coklat kopi, hangat tapi memabukkan jika dipandang lama. Bulu matanya lentik, kelopaknya tak terlalu lebar dan alisnya terasa proporsional dengan yang lainnya.
Gadis itu cantik. Bahkan saat melihatnya terbengong melihat turunnya pasir-pasir itu, dia seperti manekin paling cantik sedunia.
“Irene, kau sudah datang?” Terdengar suara berat seorang lelaki setelah suara decit pintu yang terbuka. Dan seorang lelaki dengan tinggi rata-rata, jas putih bersih, dan kacamata bulat yang bertengger di atas hidungnya, datang menghampiri.
Satu tangannya sempat mengelus puncak kepala gadis itu, sebelum ia mengambil duduk di hadapan sang gadis. “Kau mau makan apa?” tanyanya manja, dengan mata berbinar.
“Kudengar Sehun diopname kemarin…” Bukannya menjawab, gadis cantik yang dipanggil Irene tadi malah melontarkan pertanyaan lain.
Suho sempat terdiam. Belum ada setengah hari, tapi sudah dua orang yang mengintrogasinya perihal Oh Sehun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis dalam Almari
FanfictionSatu. Dua. Tiga. Empat. Aku menghitung dalam hati. Detak jantungku yang melaju kian kencang tiap detik terlewat. Pada suatu hari, yang tak pernah aku kira akan berbeda dengan hari-hari sebelumnya, kutemui hatiku tertambat pada satu hati. Patung ya...