1

69 7 10
                                    

Plak
"Gue benci sama lo, kita putus!. Jangan muncul di hadapan gue lagi"
Dira pun pergi meninggalkan lelaki brengsek yang baru saja menghancurkan hatinya. Lelaki yang sudah dicintainya selama 8 bulan.

Air mata Dira tak kalah derasnya dengan hujan malam ini. Rasanya kekelaman dunia berakhir tepat di hari ini. Rembulan tak nampak mungkin ia juga merasakan kesedihan apa yang Dira rasakan sekarang. Dan bintang, tak ada satu pun yang tetap bersinar di atas sana dan di hati gadis manis ini. Menyakitkan memang. Mungkin di malam ini Dira satu-satunya manusia yang menyedihkan di muka bumi.

Pagi ini, matahari tak ingin menyapa dunia sama seperti Dira yang tak ingin menyapa Ezi.
Rasanya hari ini Dira tak ingin pergi ke sekolah tetapi jadwal hari ini adalah ulangan B. Indonesia. Jadi, mau tak mau Dira pun tetap berangkat dengan mata sembab karena menangis semalaman.

"Mah, aku berangkat dulu"
"Dira, bentar dulu. Itu mata kamu kenapa sampe sembab gitu"
"Mmm... engga papah ko mah, aku pergi dulu ya, assalamualaikum"
"Waalaikumsalam"

Ketika sampai di koridor sekolah, Dira langsung menutup matanya dengan tangan kiri tapi masih bisa melihat sekitar dari sela-sela jari. Dan tepat di depan sana, gadis ini melihat lelaki brengsek itu lagi. Dira langsung memutar balik lalu melangkah melewati koridor lab bahasa agar tidak melihatnya. Dan entah kemana tujuannya, yang penting untuk saat ini ia tidak ingin melihatnya apalagi mendengar suara manisnya.

"Dira tunggu"
Lelaki itu mulai mendekat dan berjalan di sampingnya. Sungguh suaranya begitu memekakkan telinga. Pandangannya tetap lurus ke depan dengan kedua tangan menutup telinga.

"Dira"
"......"
"Ra"
"....."
"Ra, silahkan lo marah sama gue sampai seumur hidup lo, tapi gue mohon, tolong maafin gue, gue bisa ngejelasin semuanya"
"...."
"Dira, maafin gue, gue mohon, lo ngertiin gue ra, gue bisa ngejelasin semuanya, gue masih sayang sama lo"

Dira menepis tangan Ezi yang mencoba memegang tangannya.

"Lepasin"
"Ra gue mohon sama lo, Dira gue masih sayang sama lo, lo berhak marah sama gue Ra, tapi gue mau lo maafin gue, dengarin penjelasan gue Ra"
"Lo tuli atau apasih gue bilang lepasin. Iya emang gue berhak marah sama lo sampai seumur hidup gue, karena luka yang lo pahat itu enggak akan pernah hilang sampai kapan pun, dan makasih atas semuanya, atas pahatan luka juga. Dan kalo lo mau ngejelasin mending jangan di depan gue tapi di depan lapangan pas upacara, lo bisa ngejelasin bagaimana jadi cowok yang bisa punya pacar banyak dan bisa memberikan janji untuk diingkari"
"Ra, tolong ngertiin gue, gue bener-bener minta maaf"
"Hah? apa? ngertiin lo? gue enggak salah denger apa, seharusnya juga lo yang ngertiin gue, kalo lo masih sayang sama gue lo gak bakal ngelakuin hal yang kaya kemaren, mulut lo itu manis kaya rokok yang lo isep tapi menyakitkan. Lo itu cowok brengsek yang baru gue temuin di muka bumi ini"

Tangan Ezi hampir mendarat di pipi Dira tetapi untungnya ditepis oleh seorang lelaki yang tak asing baginya.
Lalu ia pergi meninggalkan keduanya. Air mata ini menemaninya menyusuri koridor kelas 11. Sesampainya di ambang pintu kelas, Gina yang melihat raut wajahnya berbeda langsung menghampiri.

Jam pelajaran 3-4 guru B.Inggris tidak masuk, jadi ia menceritakan kronologis kejadian kemaren.

"Gue putus sama Ezi" ucap Dira dengan nada melemah.
"Hah lo putus"
"Gara-gara apa Ra" tanya Gina penasaran.
"Ko bisa Ra, perasaan gue liat kemaren siang lo jalan sama dia"

Dira menghela nafas dalam-dalam. Berusaha menahan air mata yang hampir jatuh.

"Iya emang Mel kemaren siang gue habis jalan sama dia, dan malamnya gue putus. Dia nyelingkuhin gue, di depan mata gue sendiri, dia lagi pelukan sama cewek lain. Dia juga sedang pesta rokok sama Niko dan Dion. Lo semua tau kan, gue paling anti sama cowok perokok. Iya emang dari dulu gue tau kalo Ezi sering ngerokok tapi itu dulu jauh sebelum gue pacaran sama dia dan kenapa gue bisa nerima Ezi karena dia rela berhenti ngerokok demi gue. Janjinya kaya rokok manis tapi menyakitkan" air mata Dira kembali terjatuh.
"Ra, lo yang sabar" ucap Gina yang lalu memeluk Dira.
"Gue masih sayang sama dia Gin. Gue kira Ezi bukan orang yang seperti itu. Terlalu sakit. Dia engga berusaha nahan pas gue pergi"
"Kita semua bisa ngertiin lo Ra, tapi lo harus seka air mata lo. Kita semua sayang sama lo, udah ya jangan nangis lagi. Senyum dong Ra, biar tambah manis" rayu Sasa
"Udah yu ke kantin" ajak Gina.

Sehabis malam terbitlah siang tetapi akan kembali malam. sama seperti apa yang Dira rasakan sekarang.

Jajanan favorit gadis manis ini  adalah batagor dan es teh manis. Selain enak juga hemat biaya.

Dira duduk di sebelah Sasa dan tepat di belakang sasa adalah Niko. Cowok yang tadi pagi menjadi penyelamat pipinya. Keduanya saling bertatapan sejenak.

Tiba-tiba Acha teman kelasnya datang menghampiri dengan nafas yang tidak teratur. Dira langsung pergi ke kantor setelah mendapat informasi dari Acha.

"Assalamaualaikum, Ibu manggil saya?"
"waalaikumsalam, iya Dira.  Tolong bagikan hasil ulangan B. Indonesia kemaren dan kasih tau  anak-anak yang belum ikut ulangan segera hubungi Ibu"
"Iya Ibu"
"Sekarang kamu bisa kembali ke kelas. Oh iya tolong panggilkan Demas kelas 11 ipa 4"
"Baik Bu, saya permisi dulu"

Berjalan seorang diri seperti dikucilkan memang. Dira pun langsung menuju kelas Demas.

"Cari siapa?" Tanya lelaki bertubuh tinggi dengan memakaikan kacamata hitam.
"Demas" jawab Dira singkat.
Lalu Demas pun keluar setelah dipanggil teman kelasnya.
"Iya ada apa?"
"Kamu ditunggu sama Bu Mia di kantor sekarang"
"Oke makasih"
"Iya sama-sama"

Bel pulang berbunyi.  Dira kemudian membereskan alat tulis setelah itu pergi meninggalakan sekolah bersama Mely, Gina, dan Sasa.
Jadwal hari ini adalah bersantai di rumah Gina. Sesampainya di sana, mereka mulai membaringkan tubuh di atas kasur. Cukup melelahkan untuk hari ini.
Memutar lagu tanpa cinta dari Yovi and Nuno ditemani rintikan suara hujan dan secangkir teh manis hangat dan sale pisang sungguh nikmat rasanya.

"Eh guys, kalian tau Demas anak 11 ipa 4?" Tanya Sasa memulai pembicaraan.
"Iya gue tau, dia itu anak basket, jago main gitar, nyanyi, cipta puisi, ganteng, tinggi, putih, baik, dan rajin" jawab Mely memainkan jari tangannya.
"Ko lo bisa tau semua tentang dia sih Mel"
"Yaiyalah gue tau, siapa coba yang engga tau sama Demas"
"Tapi ko gue engga tau, selama sekolah di sini gue belum pernah ngeliat muka dia. Dia anak baru ya?"
"lo nya aja yang kudet Ra, kebanyakan ngehabisin waktu sama Ezi sih jadi gitu hahahaha"
"Apaan sih lo Mel, udah lah gue engga mau bahas dia lagi. Enek gue denger namanya berasa pengen muntah"
"Dira, maaf gue gak sengaja ngomong gitu" ucapnya dengan raut wajah penuh dosa.
"Sengaja juga engga papah kali kan itu fakta. Emang bener sih apa yang lo bilang, selama sekolah di sini gue terlalu banyak ngehabisin waktu sama orang itu"
"Udah lah engga usah bahas itu lagi, ntar lo sedih lagi Ra, mending kita main ToD biar seru" ajak Mely penuh semangat
"Males ah gue. Mending tidur, ngantuk"

Grey LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang