3

31 2 2
                                    

"Bang buruan lama banget sih" teriak Dira dari ruang tamu.
"Iya gue datang"
"Lama banget sih kaya cewek dasar" omel Dira pada abangnya
"Jangan marah-marah terus. Udah yu cabut" ajak Gio tersenyum.

Jazz merah pun melaju meninggalkan ninja merah milik Niko yang terparkir di depan gerbang rumah Dira. Setelah itu keduanya berlalu membawa rintik hujan dan tiupan angin.

"Gue bilang juga apa, ujan kan jadinya" gerutu Dira
"Ujan juga air kali, udah ah nanti juga di sana engga ujan"

Sesampainya di By florist, Dira mengambil satu tangkai bunga mawar putih yang indah lalu ia tunjukkan kepada abangnya.

"Nih bagus" ucap Dira singkat sambil memberikan setangkai mawar putih
"Vio engga suka mawar"
"Aneh ya bang kak Vio"
"Vio itu emang beda dari yang lain, di saat semua cewek suka mawar dia lebih suka abang" ucap Gio sambil menaikkan alis kanannya.
"Otaknya juga beda" lanjut Dira
"Calon dokter harus cerdas" balas Gio
"Kak Vio engga cerdas"
"Emang tau?" tanya Gio
"Buktinya dia nerima abang sebagai pacarnya. Berarti otaknya idiot hahaha" ledek Dira
"Apaan sih engga jelas"
"Isshhh" kesal Dira

Setelah Gio sudah mendapatkan bunga yang menurutnya cantik, mereka pun pergi ke salah satu tempat makan sederhana yang letaknya tepat di bahu jalan.

"Bang bakso dua ya, bikin pedes, garamnya dibanyakin, engga pake bawang goreng" ucap Gio yang kemudian duduk berhadapan dengan Dira.

Selera keduanya sama terutama dalam hal makanan. Sama-sama suka pedas dan suka asin. Umur Dira dan Gio tidak terpaut jauh hanya selisih 5 tahun. Dan kini Gio tengah duduk di bangku kuliah semester 5. Ia mengambil jurusan managemen bisnis.

"Ra, ko abang gak pernah liat Ezi lagi? "
Kalimat yang dirangkai Gio begitu memekakkan telinga dan hati Dira. Lagi-lagi ia mendengar nama lelaki brengsek yang sudah melukis luka di hatinya. Luka yang tidak akan pernah hilang dalam kenangan hidupnya. Luka yang begitu membekas.
"Gak tau gue, tanya langsung aja sama yang bersangkutan" jawabnya dengan muka kesal
"Putus ya?" Tanya Gio datar.
Dira tak menjawabnya, ia tetap fokus pada layar ponsel miliknya.
Tak lama kemudian, bakso bertoping sambal pun datang dan mereka menyantapnya.

Setelah selesai menikmati bakso. Tiba-tiba Dira teringat akan janjinya hari ini yaitu menonton pertandingan basket antar sekolah.
Cepat-cepat ia berlari menuju mobil lalu mengambil ponsel yang tergelatak di jok depan. Dan benar saja 8 panggilan tak terjawab dan 9 pesan belum dibaca. Dira panik dan ia langsung menghampiri abangnya agar cepat-cepat meninggalkan tempat itu lalu pergi menuju sekolah.

Di sana terdapat Sasa dan Gina yang tengah asyik memberikan semangat kepada team basket SMA MANDIRI yang diketuai oleh Niko. Teriakan demi teriakan mampu memecahkan suasana dingin yang sedang terjalin.
Dira menghampiri kedua temannya. Ia langsung duduk di samping Gina. Karena bersalah Dira hanya terdiam tanpa mengeluarkan sepatah kata pun dengan menatap tajam wajah Demas.

"Oi" ucap Gina memecahkan keheningan di antara mereka
"Hai Gin, Sa" jawab Dira dengan wajah penuh dosa
"Abis dari mana aja lo? Ditelfon engga diangkat, disms engga dibales" omel Gina
"Maafin gue Gin, gue lupa kalo ada janji sama kalian. Tadi gue habis nganterin Bang Gio beli bunga buat kak Vio terus habis itu makan bakso"
"Oh" ucap Gina ketus, setelah itu pandangannya dialihkan kembali ke depan.

Tiba-tiba peluit pendek dibunyikan oleh wasit. Itu berarti terjadi pelanggaran. Dan benar saja di kejauhan sana Demas terjatuh, tubuhnya terdorong ke depan. Sontak Dira khawatir akan keadaan Demas.

"Demas..." teriak Dira
"Ra?" Tanya Gina
"Eh Gin, itu Demas kasian sumpah, lututnya berdarah. OMG" ucap Dira panik
"Ko lo panik gitu sih Ra? Lo suka ya sama Demas?"
"Iya gue suka" jawabnya tanpa sadar karena pikirannya hanya tertuju pada kondisi Demas sekarang.
"Serius? Lo suka sama Demas?" Tanya Gina tak percaya
"Eh..eh engga maksud gue, gue suka sama team basket sekolah kita" jawab Dira penuh alasan
"Boong dosa. Ntar masuk neraka, lo mau?" Ancam Gina
"Apaansih udah ah, gue mau keluar bentar, panas di sini"

Grey LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang