5

18 2 2
                                    

Jam wekker bergambar panda berhasil membangunkan Dira dari tidurnya. Setelah sudah siap untuk ke sekolah ia pun pergi diantar oleh abangnya. Selama perjalanan banyak sekali cerita lucu yang diluapkan Gio. Kejadian lucu di mana Rangga teman Gio yang naksir Dira itu terpeleset di lantai kafe, tempat yang biasa menjadi tongkrongannya dan ia ditertawakan oleh banyak orang termasuk pacarnya.
Waktu begitu cepat berputar, begitu pun mobil milik Gio yang begitu cepat melaju dan sekarang sudah terparkir di bahu jalan depan SMA MANDIRI.

Ketika Dira sedang melangkah gontai menyusuri koridor, dari arah belakang terdengar suara Gina yang memanggilnya. Dira berhenti lalu membalikkan badannya. Dilihatnya Gina yang berlari menghampirinya.

"Ra" ucapnya dengan nafas belum stabil.
"Tarik nafas, keluarin, baru ngomong" tegas Dira
Gina menuruti perintah Dira
"Sekarang ngomong, sambil jalan" pintah Dira
"Lo tau engga, tadi pas berangkat gue ngeliat abang lo lagi ngobrol sama Niko di depan sekolah"
Ucapnya penuh ekspresi
"Hah? Lo yakin?" Tanya Dira tak percaya
"Sumpah gue engga boong. Emang Niko kenal ya Ra sama abang lo?"
"Mmmm... setau gue sih bang Gio tau Niko, soalnya Niko itu adiknya temen abang gue"
"Serius lo?" Mata Gina membelakak tak percaya
"Serius lah. Gue tau Niko adiknya temen abang gue pas Niko datang ke rumah gue buat ngejemput kakaknya" jelas Dira santai
"OMG Dira"
"Kenapa?"
"Engga papah sih"
"Lo tau engga?"
"Engga tau"
"Pas ulang tahun gue, Niko sama Ezi kan hadir tuh, nah mereka berdua diundang sama abang gue coba, parah kan tuh orang, katanya sih biar gue senang kalo Ezi bisa hadir, padahal kan gue udah move on dari Ezi"
"Hah? Serius lo? Abang lo yang ngundang mereka?"
"Iya sumpah, udah ah jangan dibahas lagi, udah bel tuh, ayo Gin dicepetin jalannya"

Jam pelajaran pertama pun dimulai. Bu Maya, guru B.Indonesia teramah pun memasuki kelas 11 IPS 4. Ia tersenyum kepada anak muridnya. Selain ramah guru ini juga cantik dan masih muda. Sehingga semua siswa sangat menyukai guru yang satu ini.
Tugas hari ini adalah meresensi buku dari perpustakaan. Oleh karena itu, semuanya pergi meninggalkan ruangan kelas dan menuju perpustakaan yang letaknya tepat di depan lab Komputer. 

Dira dan ketiga temannya mencari buku novel agar mudah untuk diresensi. Karena penggunaan bahasanya tidak baku dan alur ceritanya mengajak pembaca untuk berimajinasi. Tetapi tetap saja, Dira tak begitu menyukainya, ia terpaksa mengikuti teman-temannya karena ini adalah tugas. Kewajiban bagi siswa yang harus dilaksanakan.

Setelah setengah jam mencari cari novel yang berukuran tipis, akhirnya ia pun menemukannya.
Dan Dira langsung mengerjakan bersama ketiga temannya. Karena merasa bosan, ia pun memutuskan untuk keluar dari perpustakaan dengan alasan ingin ke toilet.

Bugh....
"Au" keluh Dira memegangi pundaknya
"Eh Dir sorry-soryy gue engga sengaja, lo engga papah kan?"
"Kalo jalan liat-liat dong, sakit nih pundak gue"
"Gue engga sengaja sumpah, maaf Dir, ke UKS yu gue anterin"
"Engga usah, makasih"
Kemudian ia meninggalkan Niko yang baru saja menabraknya. Karena kesal akhirnya Dira memutuskan untuk kembali ke perpustakaan. Menyelesaikan tugasnya karena sebentar lagi jam istirahat berlangsung.

"Kantin yu Ra" ajak Mely
"Males ah gue" tolak Dira lantang
"Lo kenapa sih? Dari tadi muka lo masam gitu?"
"Gue engga papah ko, udah kalian ke kantin aja sana. Gue pengen disini aja"
"Mau nitip batagor sama teh manis engga?" Tawar Sasa
"Engga usah deh"

Banyangan ketiganya sudah berlalu dari pandangan Dira. Lalu, Dira mengayunkan kedua kakinya menyusuri koridor kelas 12 dan tiba lah dia di UKS. Ruangan bercat putih itu sangat sepi. Tak ada satu orang pun di dalamnya. Hanya bunyi jarum jam yang mengisi kekosongan. Tanpa pikir panjang, Dira lalu masuk dan merebahkan tubuhnya di atas ranjang tidur berwarna biru. Matanya terpejam, menahan rasa sakit di pundaknya. Untuk kali pertamanya Dira bertabrakan dengan seseorang efeknya hingga separah ini. Perlahan ia merasakan sesak di dadanya. Cepat-cepat ia membangkitkan tubuhnya.

Jam istirahat sudah berakhir. Kegiatan belajar mengajar kembali dilaksanakan. Ketiga teman Dira mencari-cari gadis itu, karena bel masuk istirahat sudah berbunyi. Gina mencari ke perpustakaan, Mely mencari ke kantor, sedangkan Sasa mencari ke aula sekolah. Dan hasilnya nihil. Mereka tetap tidak menemukan Dira.

Drtttt....
Ponsel Dira bergetar, ia langsung membuka tombol kunci lalu membacanya.

From : Gina
Ra, lo dimana? Cepet balik sekarang, ntar lo engga ikutan ulangan sosiologi.

Karena sudah agak mendingan rasa sakit yang dirasakannya. Akhirnya Dira memutuskan kembali ke kelas.
Baru satu langkah Dira meninggalkan UKS, ia bertemu lagi dengan Niko.

"Dir, lo engga papah kan?" Tanya Niko penuh arti
"Gue baik-baik aja, udah lo engga usah khawatir"

Dira tidak sadar akan kalimat terakhir yang diucapkannya. Apakah memang benar Niko mengkhawatirkannya atau tidak.

Suara pak Rafli dari dalam kelas sudah menembus telinga Dira.
Tok...tok...tok
"Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam, dari mana kamu ?"
"Dari UKS pak, maaf terlambat"
"Jangan diulangi lagi!. Tidak boleh ada kata terlambat untuk semuanya termasuk kamu, Dira" tegas pak Rafli
"Baik pak"

Dira duduk di bangkunya, ketiga temannya belum menanyakan banyak hal kepadanya karena waktunya tidak memungkinkan.
Mungkin setelah bel berbunyi.

Tettttt.......
Pelajaran terakhir telah habis. Dan ini adalah saatnya teman-temannya melemparkan sejuta pertanyaan kepada Dira.

"Ra, lo kenapa sih? Pusing? Sakit perut? Lo lagi datang bulan ya? Perasaan udah deh!. Apalagi bt? Kesel? Marah? Sama siapa?" Cerosos Gina
"Lo marah sama kita-kita ya Ra?, hayo ngaku! Jangan boong. Ntar masuk neraka ya, Gin" ucap Mely
"Iya bener tuh Mel" jawab Gina
"Lo bikin gue khawatir tau engga Ra?, kita bertiga sampe muter-muter tapi enggak nemu-nemu" Lanjut Sasa.
"Gue baik-baik aja ko, udah kalian engga usah khawatir, udah yu pulang" ajak Dira melangkah lebih awal
"Gue engga pulang bareng ya Ra, Mel" ucap Gina sambil mengutak atik layar ponselnya
"Gue juga" tambah Sasa

Tempat ini sungguh sepi, tak ada bayangan satu orang pun yang menempatinya. Entah pergi ke mana semuanya.
Perlahan pandangan matanya kabur, tubuhnya lemas tidak berdaya, dadanya kembali sesak, semua benda seperti berotasi termasuk dirinya.
Tiba-tiba....

Cekrek....
Pintu terbuka perlahan

"Dira..."

Tubuh Dira tertahan oleh Gio yang datang tepat waktu. Ia langsung menggendong Dira ke kamar gadis ini. Gio langsung merogoh saku celananya lalu menelfon ibunya.

"Halo mah"
"Iya Gi, ada apa?"
"Mah, Dira pingsan"
"MasyaAllah, kenapa?"
"Aku juga engga tau mah, udah mamah cepat pulang"

Tuttt...tut...tutt...
Sambungan terputus.

Gio mondar-mandir ke sana ke mari. Lelaki ini sangat tampak khawatir akan keadaan adiknya.
Karena ia pertama kali melihat Dira pingsan. Sebelumnya Dira tidak pernah mengalaminya, se sesak apa pun dadanya ia tetap kuat menahan rasa sakitnya. Tapi entah untuk kali ini.

Karena lama menunggu ibunya yang tak kunjung datang, akhirnya Gio yang bertindak sendiri. Ia menelfon dokter agar segera datang. Mengobati adiknya yang tertidur pulas di bawah selimut toy story.

15 menit berlalu, terdengar suara bel dari luar. Dan itu adalah dokter yang akan mengobati Dira. Sesaat setelah dokter datang, Ibu Dira pun mengikutinya hanya selisih 5 menitan. Dengan hati yang cemas dan khawatir, ibu Dira langsung menemui anaknya yang sedang diperiksa dokter.

"Gimana dok kondisi anak saya?" Tanya Ibu Dira khawatir
"Ibu tenang saja, anak ibu tidak apa-apa. Hanya saja tadi sesak nafasnya kambuh" jelas dokter lembut
"Syukurlah kalau begitu. Yaudah dok makasih banyak ya"
"Yaudah bu kalau begitu saya pamit dulu"

Tangan ini sungguh menghangatkan hati dan jiwa Dira. Seperti sang surya yang menyapa dunia. Belaiannya membawa ke suatu tempat yang sangat nyaman dan aman bak seperti surga dunia. Kasih sayangnya tak akan terganti dan terhapuskan. Sungguh seperti berlian yang sangat berharga.
Ibu bagaikan kanopi hutan tropis, memberikan kesejukan dan kenyamanan bagi rerumputan.



Grey LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang