6

24 4 5
                                    

Malam ini bintang enggan menampakkan wajahnya. Ia tergantikan oleh rintikan hujan yang membawa kenangan. Kenangan indah, sedih, dan memalukan. Dentingan jarum jam mengiringi suara bel yang berbunyi.

Dira, gadis ini masih terlihat pucat. Rasa lelah dan sakit yang ia derita sangat terlihat. Ia masih bertahan dalam ranjang tidurnya. Ditemani woody sang koboy.

Pintu kamar Dira terbuka. Di sana berdiri seorang lelaki yang sudah tak asing lagi baginya. Sontak Dira terkejut, lalu ia beranjak duduk dengan kepala disenderkannya ke tumpukan bantal. Lelaki itu melangkah satu demi satu hingga duduk tepat di kursi sebelah ranjang tidur berwarna putih.

Pikiran Dira berkelana entah kemana. Ia hanya diam membisu. Antara malu, kesal, atau masih merasa sakit. Yang jelas gadis ini terlihat seperti baru pertama kali kenal lelaki itu.

"Malam Dir" ucap lelaki itu memecahkan suasana dingin di antara keduanya
"Malam juga" balas Dira
"Gimana udah mendingan?" Tanyanya penuh kelembutan
"Iya udah. Ko lo bisa di sini sih?"
"Gue ngerasa bersalah sama lo jadi gue kesini"
"Gue engga kenapa-napa ko, ini udah malem ntar lo dicariin sama nyokap lo. Udah pulang sana" ucap Dira ketus
"Gue kesini kan niatnya baik Dir, lo jangan ngusir gue. Ntar kalo gue pengen pulang juga bakal pulang sendiri"

Dira terdiam. Ia tak membalas ucapan Niko.

"Maaf ya Dir atas kejadian tadi siang. Gara-gara gue lo jadi kaya gini" lanjutnya
"Udah santai aja engga apa-apa kali, jangan parno gitu coba"
"Besok lo berangkat sekolah engga?"
"Engga tau"
"Misal lo berangkat ntar gue jemput ya"
"Engga usah kali"
"Itung-itung sebagai balasannya biar impas. Oh ya lo dapet salam dari Ezi"
"Makasih"

Drrt.....drrtt....
Ponsel Dira bergetar di atas meja belajar. Karena jauh dan keadaannya masih seperti itu, akhirnya Demas yang mengambilnya.
Ternyata telfon dari Mely.

Halo Ra, lo engga kenapa-napa kan? Lo udah baikan kan? Apa masih sesak dada lo?

Engga gue gak kenapa-napa. Gue udah baikan lo tenang aja

Serius?

Iya serius

Tapi ko suara lo masih parau gitu
Udah ah dibilang gue engga kenapa-napa juga

Sasa sama Gina lagi boke jadi engga ngabarin lo

Engga aneh mereka berdua mah

Yaudah sekarang lo istirahat ya

Ya

Jangan lupa makan dulu terus minum obat abis itu tidur

Iya Mel iya

Tutt....tutt...tut..
Sambungan terputus.

Setelah kepergian Niko. Gadis ini tertidur pulas bersama koboy.

Pagi ini sungguh cerah, mentari kembali menampakkan dirinya di atas bumi. Ia kembali tersenyum menyapa kehidupan Dira tetapi tidak dengan Dira. Gadis ini hanya mengumpat di bawah selimut. Rasa lelah dan pusing masih dirasakannya. Dan ia memutuskan untuk tidak masuk sekolah hari ini. Walau pun jadwal hari ini adalah ulangan B.inggris.
Hordeng kamarnya terbuka dan suara lembut membangunkan dari tidurnya.

"Ra, ayo nak bangun" ucap ibunya sambil membuka selimut
"Mah, hari ini aku engga masuk sekolah ya, masih pusing kepalanya"
"Yaudah engga apa-apa. Ayo kamu bangun terus sarapan abis itu makan obat"
"Mamah engga kerja?"
"Hari ini mamah libur. Ayo bangun. Mamah mau beli bubur dulu ya di depan"
"Iya mah"

Dira duduk sambil menyenderkan kepalanya ke tumpukan bantal. Tangannya meraih ponsel yang tergeletak di sampingnya. Jari-jarinya bergerak diatas layar ponsel. Setelah selesai merangkai kata demi kata lalu ia mengirimnya. Selang beberapa detik ia mendapat balasan.

From: Gina

Oke Ra. Oh ya ntar siang kita bertiga ke rumah lo. Siapin makanan yang banyak ya!!!. Biar gue engga usah jajan di sini wkwkwk.

Dira tersenyum tatkala membaca pesan dari Gina. Sedangkan Gio, ia menghampiri adiknya dan duduk di sampingnya dengan membawakan bubur di tangannya.

"Pagi pemarah" ledeknya mengacak-ngacak rambut Dira
"Ishh" kesal Dira
"Nih makan dulu, gue suapin ya. Kasian lagi sakit engga ada yang nyuapin"
"Engga usah bisa sendiri. Gue bahagia" Dira mengambil bubur di tangan Gio.
Gio hanya ketawa melihat ekspresi yang ditunjukkan Dira. Dan Dira hanya menatapnya kesal sembari memasukkan satu sendok makan bubur ke dalam mulutnya.
"Bang, lo kan yang nyuruh Niko kesini pas kemaren"

"Kalo iya kenapa? Orang katanya Gio ngerasah bersalah sama lo"
"Rese banget sih"
"Udah cepet makan buburnya"
"Engga mau ah, sekarang gue engga napsu makan".

Dira meletakkan mangkuk bubur di atas kasur. Karena kesal, ia langsung mengusir abangnya agar keluar dari kamar. Dira kembali memainkan ponselnya. Ia melihat-lihat postingan foto-foto terupdate teman-temannya.
Matanya mendelik kesal, ia melihat foto Dina dengan Demas yang sedang duduk bersama dengan membawakan sebuket bunga. Hatinya hancur berkeping-keping, lagi-lagi ia harus merasakan sakit yang begitu mendalam.

Mengapa ia merasakan untuk yang kedua kalinya?. Tidak tahu kah mereka betapa hancurnya hati Dira?. Tidak peduli kah mereka akan kondisi gadis ini?. Tidak mengerti kah mereka akan hati Dira terhadap Demas?. Ia sudah berikan tigaperempat hatinya untuk Demas. Rasa cintanya benar-benar sudah melekat. Walau ia sadar bahwa cintanya bertepuk sebelah tangan, tetapi ia yakin kelak Demas juga akan mencintainya seperti Dira mencintai Demas.

Air mata Dira terjatuh membasahi kedua pipinya. Tiba-tiba gadis ini kembali merasakan sesak yang begitu menyakitkan. Gio dan ibunya datang dengan cepat sesaat ketika Dira memanggil nama mereka.

"Mah"
"Ia sayang, ayo minum dulu"

Dira meminum segelas air putih yang berdiri di atas meja. Oksigen yang susah sekali dihirup kini mulai kembali menyapa. Perlahan keringatnya memudar bersamaan dengan air matanya. Gadis ini pun terlelap kembali, menutup dunianya dan membuka alam mimpinya.

                             ***
Pintu kamar Dira terbuka perlahan. Mereka mendapati seorang gadis yang tengah terbaring di ranjang tidur berwarna putih. Di sampingnya terdapat sebuah boneka koboy yang sangat dicintai gadis ini. Ketiga teman Dira mulai melangkahkan kakinya memasuki ruangan hangat itu. Mereka duduk di samping Dira. Khawatir akan kondisi temannya itu.

"Dir" sapa Gina tersenyum
Dira pun terbangun dari mimpinya.
"Hai, ko kesini?" Ucap Dira tersenyum
"Kan lo sakit jadi kita kesini. Lo tau engga di kelas sepi engga ada lo. Dan pak Misba nyariin lo terus" ucap Mely
"O jadi gue sebagai pemeran utama nih ceritanya. Bagus lah kalau kalian menyadari haha. Pak Misba buat lo aja Mel"
"Lo kan gebetannya pak Misba"
"Ishh jijik gue dengernya"
"Hahaha canda kali Ra"
"Ra, emang bener ya kemaren Niko kesini?" Tanya Gina
"Iya"
"Sumpah? Tuh kan bener kalo menurut gue Niko naksir lo deh Ra, buktinya dia ngejenguk lo ngeduluin kita-kita" jelas Gina
"Apaan sih lo Gin, ngawur deh"
"Lo suka sama Niko ya Ra?" Tanya Sasa polos
"Ya engga lah. Gue engga suka Niko" jelas Dira
"Karena dia temennya Ezi?" Tanya Mely
"Bukan. Engga ada sangkut pautnya sama Ezi"
"Terus apa?" Tanya kembali Mely
"Ya engga suka aja, gue engga suka sama cowok nakal, suka buat onar di sekolah, suka bolos, suka ngerokok. Intinya gue engga suka model kaya Niko"

Drrr....drrrttt...drrrttt
Ponsel Gina bergetar dan itu adalah telfon dari sang kekasih, Gilang. Gina izin keluar sebentar. Dan sekarang yang ada di dalam ruangan itu tersisa Mely, Dira, dan Sasa. Mereka membicarakan tentang banyak hal, dari kejadian lucu yang terjadi di kelas sampai kejadian yang menghebohkan seluruh antero sekolah yaitu cowok yang sangat terkenal kebaikannya, kecerdasannya, kegantengannya, dan keramahannya yaitu Demas yang tengah dikabarkan dekat dengan Fizha, anak kelas 10 yang cantik dan baik.

Kabar itu didapat oleh Mely, ia mengetahui dari awal sampai akhir cerita Demas dan Fizha.
Lalu Mely menceritakan semuanya kepada Dira. Gadis ini begitu tertusuk ketika Mely meluapkan satu demi satu kata yang sangat menyakitinya. Ia berusaha menahan rasa sakit dan tangis di depan teman-temannya. Karena mereka tidak mengetahui akan perasaan Dira terhadap Demas.

Cinta bertepuk sebelah tangan memang menyakitkan, apalagi ia berharap jika kelak Demas akan mencintainya juga. Tapi apa? Hanya angin yang datang membawa lalu pergi entah kemana.







Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 27, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Grey LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang